Setelah cekcok yang sedikit panjang, akhirnya Chika setuju diantar Jovan. Sepanjang jalan Chika was-was, Jovan adalah musuhnya jadi kemungkinan ia akan dicelakai lelaki itu lebih tinggi daripada menjamin keselamatannya. Langit mulai menguning, kendaraan ramai berlalu lalang. Suara hiruk pikuk kota begitu terasa dengan kepulan asap dari kendaraan roda empat. Keduanya berjalan santai, jarak halte dengan rumah sewa Chika memang cukup jauh jika ditempuh dengan jalan kaki. Biasanya Chika tidak mempermasalahkannya namun berakhir bersama Jovan benar-benar tidak ada dalam rencana atau fikiran Chika.Belum lagi Jovan sama sekali tidak bersuara, hanya sesekali melirik ke arahnya.
Chika yang kesal menghentak- hentakan kakinya.
"Kenapa?" Akhirnya Jovan bersuara.
"Lo kenapa sih diam aja dari tadi?" Chika balik bertanya dengan nada ketus.
Jovan terkekeh, tangannya terulur mengusak pucuk kepala Chika.
"Ntar kalo gue ajak ngomong, Lo marah. Ya gue milih diam"
Jawaban Jovan tidak memuaskan Chika sama sekali, sang gadis yang sedang membenarkan rambutnya berdecak.
"Kenapa pake lo acak-acak sih Jovan, ini habis keramas kemarin""Kan nanti bisa keramas lagi"
"Gue gak bisa keramas sendiri"
"Hah?!"
"Biasanya gue keramas di salon atau dikeramasin Aruka" jelas Chika.
Jovan jelas terkejut, Ia tahu Chika sangat manja tetapi ia tidak tahu bahwa akan separah ini.
"Dasar manja" cibir Jovan sembari mengusak pucuk Chika lagi.
Satu
Dua
Tiga
"JOVAN" Jovan sudah berbalik dan berlari sekencang mungkin.
"Awas Lo besok!"
Chika baru sadar jika ia sudah sampai di rumah sewanya. Setelah melepas sepatunya, Chika segera membersihkan tubuh lalu bersiap menyiapkan makan malam. Hari ini jatahnya, Aruka akan pulang dua jam lagi, masih ada bimbel yang diikuti Aruka.
Ctang!!
Mati lampu.
Chika berdecak, sudah hampir seminggu ini mati lampu rutin terjadi. Tidak ada pemberitahuan apapun dari pihak PLN, Chika mencoba meraba sekitar nya namun dari arah depan sebuah tarikan kencang menariknya hingga tersungkur, setelahnya terdengar bunyi barang berjatuhan dan guncangan hebat semakin membuat Chika ketakutakan. Gadis itu menutup mata rapat-rapat sembari menutupi wajahnya. Menjerit sekuat tenaga, berteriak meminta tolong.
Sebuah cahaya memasuki pencahayaan ruangan, lampu sudah hidup. Chika membuka matanya. Maniknya membelalak, tidak ada barang-barang berjatuhan. Suasana rumah tetap baik seperti sebelumnya, sang gadis menelan ludah kasar, sekujur tubuhnya merinding. Pandangannya turun pada kakinya, jejak memar kebiruan tampak jelas Disana. Dengan cepat Chika berlari keluar ruangan dengan kaki tertatih-tatih.
Chika sudah berlari jauh, kini gadis itu memilih duduk disalah satu bangku yang tersedia di pinggir jalan. Mengusap wajahnya yang penuh air mata, menatap jalanan penuh nanar.
Gadis itu menunduk, menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan kembali menangis. Sungguh, Chika takut setengah mati. Tarikan kuat dan guncangan hebat itu menimbulkan sengatan di sekujur sendi tubuhnya.
"Gue... Takut.."
Tangisannya berhenti saat maniknya menangkap benda aneh yang melingkar pada lengannya. Sebuah gelang dengan simbol kuno, gelang itu tampak bersinar terang namun kemudian meredup.
![](https://img.wattpad.com/cover/368279270-288-k728240.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Save me I Babymonster Fanfiksi
Mistério / SuspenseAruka tidak mempercayai fantasi yang diceritakan Chika setiap malam, hingga akhirnya Aruka terjebak di dunia yang digambarkan sahabatnya.