06. drama

151 14 10
                                    


"Jovan?" Seketika Chika tertawa terbahak-bahak. Dari sekian banyak manusia yang bisa dicurigai bisa-bisanya Aruka menaruh curiga pada seorang Jovan. Dilihat dari sisi manapun Jovan hanyalah seorang lelaki tampan yang narsistik sebab ia menyadari ketampanannya, selain itu Jovan adalah rival Chika. Jovan jelas tidak memiliki hobi menulis, membaca satu pesan yang terlalu panjang saja lelaki itu bisa marah bagaimana bisa ia menulis sebuah cerita.

"Bukan dia Ka, dia itu sama kayak gue. Gimana dia bisa nulis cerita" Chika bersuara setelah beberapa saat tertawa.

"Gak ada yang gak mungkin Chika"

"Jadi Lo curiga Jovan yang nulis buku itu karena setelah bareng dia gue mengalami kejadian itu?"

"Semua orang bisa kita curigai Chika, gak ada yang gak mungkin"

"Jovan bahkan gak pernah kelihatan peduli sama Asa, gimana bisa dia nulis novel tentang Asa " jelas Chika.

"Tapi..."

"Coba yang lebih realistis, ketua OSIS kita misalnya. Dia pemenang lomba menulis karya ilmiah tingkat Nasional dan banyak lomba menulis lainnya, lebih patut dicurigai tuh" potong Chika.

Aruka menghela nafas "dia gak punya waktu untuk nulis cerita fiksi Chika"

"Seperti kata Lo tadi, gak ada yang gak mungkin Aruka"

"Udah, kita bahas besok lagi"

"Lo yang mulai Ka, bawa-bawa Jovan gak make sense"

"Oke, udah kita bahas lagi besok. Istirahat Chika"

Chika menurut walaupun masih tidak mengerti mengapa Aruka seakan tidak suka jika ketua OSIS sekolah mereka turut dicurigai, padahal dari pandangan manapun jelas lebih make sense mencurigai Kandra daripada Jovan. Kandra adalah ketua OSIS, cakupannya lebih luas serta jelas ia mengenal semua murid disekolah dan mengetahui data mereka. Prestasinya diberbagai bidang juga tidak main-main, kecakapan dan keterampilannya sudah dibuktikan dari banyaknya penghargaan yang Kandra torehkan untuk sekolah dua tahun terakhir.

Namun tidak mungkin juga manusia sesibuk Kandra memiliki waktu untuk menulis sebuah cerita fiksi, tetapi cerita ini tidak lagi fiksi sebab kejadiannya ada di dunia nyata.

Chika ingin menyuarakan pemikirannya barusan pada Aruka, namun suaranya seperti tertahan di tenggorokan. Mengingat reaksi Aruka saat ia membawa lelaki itu dalam percakapan mereka tadi, sepertinya Chika harus mencari tahu sendiri soal Kandra.

Semua orang patut dicurigai, Aruka benar dan Chika akan mengikuti perkataannya. Mencurigai semua orang termasuk orang terdekatnya.

***

"Gak masuk tiga hari, enak ya hukuman Lo cuma gue yang ngerjain" Chika memutar bola matanya malas, di pagi yang cerah ini dirinya disambut oleh seseorang yang tidak ia harapkan.

"Seenggaknya Lo tanya dulu, gimana keadaanya gue ya cewek gila. Lo gak lihat kaki gue?" Chika menunjukan kakinya yang diperban. Anggika tampak tidak peduli "Lo masih bisa jalan, berarti gak seberapa dong lukanya"

"Gak seberapa gimana, gue dirawat tiga hari dirumah sakit ye. Asal Lo tau!" Chika mencak-mencak, Anggika ini buta atau gimana? Tidak lihat kakinya yang bahkan masih terlihat bengkak, Chika bahkan memilih menyeret kakinya daripada memakai alat bantu.

"Lebay, masih bisa jalan tuh"

"Lo berharap gue lebay pakai kursi soda, sorry ye cewek gila gue gak alay kayak Lo" tuding Chika pada Anggika. Anggika tidak terima, gadis itu balik melototi Chika.

"Apa Lo bilang?"

"Lo alay"

"Berani Lo ngomong gi-"

Save me I Babymonster FanfiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang