Chika terbangun karena deringan ponsel yang tak henti-hentinya, setelah memastikan nyawanya berkumpul. Chika meraih ponsel yang berada di nakas, sepertinya ini bukan ponselnya. Panggilan masuk dengan nama 'NERAKA' tampak tertera disana. Chika melirik ke belakang dimana Asa terlihat sangat pulas dalam tidurnya. Chika mengangkat panggilan tersebut.
"DIMANA KAMU ASA? BERANI KAMU TIDAK MENGANGKAT TELFON AYAH. BERANI MEMBANGKANG SEKARANG?!" Chika menutupi telinganya, tidak menyangka orang dibalik telefon akan berteriak. Apa itu tadi ayah? Seorang ayah kontak namanya dinamai 'NERAKA' oleh Asa.
Chika menoleh ke arah Asa, gadis itu tampak tenang dalam tidurnya. Asa dalam pandangannya namun gelang ditangan Chika memancarkan sinar kemerahan yang begitu, Chika segera mematikan sambungan telepon dan menggenggam tangannya erat.
Chika merintih, gelang ini mencekik lengannya. Apakah ini sebuah pertanda? Chika anggap iya karena gejalanya hampir sama dengan yang Chika alami sebelumnya. Pening menyerang, Chika memejamkan matanya erat-erat.
Samar bayangan-bayangan aneh datang lagi, sangat samar bahkan hampir tidak Chika kenali. Suara-suara aneh juga turut memenuhi indera pendengarannya. Chika memekik kuat saat suara seperti cambukan menderu memekikan telinganya.
"AAAHHH!!!"
Chika tersungkur dilantai, semua yang ada dilangit kamar seolah berputar. Nafasnya naik turun, Chika bergetar hebat. Tak lama dapat ia dengar suara pekikan Asa sebelum kesadarannya sepenuhnya hilang.
***
Chika membuka matanya, satu persatu objek dihadapannya perlahan menyatu menjadi suatu objek yang utuh. Asa dan Jovan menatapnya dengan penuh khawatir, Chika memegangi kepalanya. Kepalanya masih terasa pening walaupun tidak separah sebelumnya.
"Are you okay?"
Chika mengangguk, maniknya melirik jam diatas nakas yang menunjukan pukul dua dini hari. Chika menatap asa dan Jovan secara bergantian, keduanya nampak ingin bersuara sebelum akhirnya Chika yang terlebih dulu mengeluarkan suara.
"Asa, Gue mau ngomong sesuatu sama Lo" ucap Chika "Jovan keluar dulu, aku mau ngomong berdua sama Asa"
Jovan berdiri, menepuk pundak Chika pelan "Aku keluar, kalau butuh apa-apa panggil aja ya" ucap Jovan yang diangguki oleh Chika.
Jovan tersenyum kemudian melangkah keluar, setelah memastikan bahwa lelaki itu benar-benar keluar. Chika menghela nafas panjang.
"Gelang itu... Aku gak tahu dia akan nyakitin kamu Chika, aku minta maaf" suara Asa lirih, gadis itu menunduk penuh penyesalan.
"Hei, ini bukan salah elo Asa.Gue udah setuju untuk bantuin Lo . So, ini konsekuensi Gue"
"Tapi aku gak nyangka akibatnya akan separah ini Chika" perlahan cairan bening mengalir di pipi Asa.
"Gapapa Asa, rasa sakitnya gak seberapa kok. Justru gue jadi paham semuanya sekarang" Chika tersenyum "gelang ini bisa melihat masa depan Asa, gelang ini bisa mencegah masa depan.lo akan selamat Asa" Chika memegang kedua bahu asa, menatapnya dengan penuh binar.
Asa menyerngitkan kening, bingung akan pernyataan Chika. Bukankah gelang itu hanya memberikan reaksi atas sesuatu yang sedang terjadi, ada apa ini? Melihat masa depan. Menurut perjanjian tidak begitu, bukan.
"Melihat masa depan? Maksud kamu..."
"Ini sedikit gila tapi Lo harus percaya Asa, gue melihat masa depan lo"
"Hah.."
Manik Chika meredup "tapi masa depan yang gue lihat kali ini gak baik asa, tapi kita akan cegah hal ini terjadi dengan begitu masa depan akan berubah"

KAMU SEDANG MEMBACA
Save me I Babymonster Fanfiksi
Mistério / SuspenseAruka tidak mempercayai fantasi yang diceritakan Chika setiap malam, hingga akhirnya Aruka terjebak di dunia yang digambarkan sahabatnya.