#0.6 Berangkat bersama

116 8 1
                                    

; Festival akan segera dimulai nanti siang hingga malam. Kini pada pagi hari, matahari muncul dari arah timur dengan membawa kehangatannya.

Serta udara sejuk sehabis hujan di saat malam hari yang masih membekas di luar rumah. Bisa kita lihat, ada seorang lelaki bernama Moen yang sedang tertidur pulas. Sepertinya ia sangat lelah, memangnya apa yang ia lakukan kemarin?

Tak lama kemudian terdengar suara wanita yang cukup tua dari luar kamar tidur lelaki tersebut. Itu adalah ibu Moen, sang ibu mengetuk pintu kamar Moen dengan perlahan.

Tok.. Tok.. Tok..

Namun itu sia sia, Moen tak kunjung bangun dan malah makin tertidur pulas. Kehilangan sedikit kesabaran, sang ibu segera mendobrak pintu anak lelakinya dengan keras. Dibukanya selimut yang menempel pada tubuh Moen itu kemudian beliau menepuk nepuk bahu lelaki tersebut.

"Moen, ayo bangun!" Ucap sang ibu dengan pelan namun sedikit tegas.

Yang dibangunkan segera bergerak perlahan, mencoba membuka mata walaupun sedikit berat. Ia segera bangun dan merubah posisinya menjadi duduk. Tak lama kemudian, ia segera sadar bahwa hari ini ia ada kegiatan di sekolahnya. Sang ibu pun mulai menghela nafas, mendengar anak lelakinya mulai mengomel ngomel tak jelas.

Moen segera berdiri lalu merapikan tempat tidurnya dan segera masuk ke kamar mandi, tentunya untuk mandi dan gosok gigi. Sementara sang ibu berjalan menuju ke dapur untuk mempersiapkan bekal. Yap, Moen adalah tipe orang yang tidak suka beli jajanan di luar. Ia lebih memilih memakan masakan ibu nya daripada memakan jajan jajan yang menurut ia tidak sehat.

Beberapa menit berlalu, terlihat Moen sedang berkaca sambil merapikan dasi serta menyisir rambutnya yang terlihat lembut dan tipis itu. Diambilnya sebuah botol parfum yang bertuliskan 'rasa oreo' lalu di semprot ke arah leher dan pergelangan tangan.

Tak lama setelah itu, ia kemudian berjalan keluar kamar dan mulai mencium sebuah aroma masakan dari arah dapur. Benar saja, ternyata ibu nya sedang memasak roti panggang isi coklat.

"Wah, ibu masak roti isi coklat kesukaanku ya?" Tanya Moen semangat, mata nya berbinar binar saat melihat roti panggang tersebut.

Sang ibu terkekeh, lalu mengangguk sebagai jawabannya. Setelah itu dimasukkannya roti panggang tersebut ke dalam kotak bekal, serta ada botol yang berisikan susu kesukaan anaknya. Sejak tadi ia terus menerus melihat ke arah makanan itu.

Sang ibu menggelengkan kepala lalu menjentikkan jarinya di depan wajah anaknya, jentikan berhasil membangunkannya dari lamunannya.

"Hayo, ngelamun mulu sih." Ejek sang ibu sambil memasukkan kotak bekal dan minum ke dalam tas Moen.

Yang dimaksud mulai tertawa malu dan menggaruk kepalanya sejenak. Sang ibu menggeleng sekali lagi. Kini semua nya sudah siap di dalam tas Moen. Tasnya itu cukup kecil namun di dalamnya sangatlah luas dan besar jadi jika ia memasukkan barang yang sangat banyak, mungkin 'akan' muat.

"Oh ya, nanti Moen berangkat bareng kak [Name] ya." Kata laki laki tersebut.

Sang ibu tersebut lantas bingung, siapa kah orang tersebut.

"Pacar kamu?"

"Hah?!" Tanya laki laki itu, ia terkejut akan jawaban dari sang ibu.

"Mefelz cerita ke ibu soal si [Name], kelihatan dia baik banget ya?"

"Ya.. Mungkin?" Jawab Moen dengan ragu.

Sang ibu hanya menggelengkan kepala, lalu menyuruh sang anak untuk bersiap siap. Tak pikir panjang, Moen beranjak mengambil tas sekolah lalu memakaikan ke belakang punggungnya. Kemudian, ia memakai kaos kaki.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari arah luar rumah. Setelah di lihat, ternyata itu adalah [Name]. Ia tersenyum lalu kepada ibu Moen.

"Wah, ini pacarnya Moen ya? Ayo masuk dulu." Tanya sang ibu.

[Name] yang di tanya hanya bisa mengangguk dan mulai masuk ke dalam rumah, mengikuti sang pemilik rumah.

"Jadi kamu ya yang namanya [Name]? Aduh cantiknya, pantes Moen suka.."

"Hehe iya Tan, salam kenal.." Jawab [Name] dengan lembut, pipinya segera memerah.

Setelah sedikit berbincang bincang, Moen tiba tiba meminta izin bahwa akan segera pergi ke sekolah. Sang ibu mengangguk paham, lalu mengantarkan mereka berdua ke depan pintu rumah.

"Bu, Moen berangkat dulu ya!"

"Iya hati hati ya, jangan bandel."

"Nak [Name], tolong jagain si Moen ya.." Lanjut sang ibu kepada [Name].

[Name] mengangguk paham apa yang dimaksud ibu Moen. Mereka berdua kemudian berjalan menuju ke arah tempat sekolah.

Keadaan cukup canggung, [Name] dan Moen hanya menatap ke depan sambil memegang tasnya masing masing. Angin berhembus cukup kencang, membuat rambut lembut Moen bergerak menutupi wajah tampan dan lucunya.

[Name] yang melihat itu hanya bisa tertawa sejenak lalu membenarkan rambut serta poni Moen agar tak menutupi wajahnya.

"Kayak bocil tau." Ucap [Name] dengan nada mengejek.

"Apaan sih, Kak [Name]!" Sahut Moen yang tak terima di samakan dengan 'Bocil'.

[Name] hanya bisa tersenyum lalu lanjut berjalan duluan, berniat untuk meninggalkan Moen. Yang merasa ditinggal langsung bergegas lari menyusul [Name].

"Kak [Name] nyebelin banget, jangan tinggalin aku ih!" Kata Moen dengan raut wajah yang kesal.

"Habisnya kamu lambat sih, nanti terlambat tau."

TBC, terima kasih sudah membaca.
Don't forget to vote and comment.

— Cleo .

MALESUB [MoenD x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang