3. CONFESS?

85 10 4
                                    

Kuda: Selatan, aku pulang duluan naik ojek. Kamu nggak perlu jemput aku. Makasih.

Selatan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana abu-abunya setelah membaca pesan dari Sevira. Entah Sevira yang telat mengirim pesan, atau Selatan yang telat membuka ponsel, tapi sekarang Selatan ada di depan sekolah Sevira. Dan Sevira sudah pulang!

Selatan berdecak kesal kemudian menyalakan mesin motornya untuk pulang. Namun, tatapannya mengarah pada segerombolan motor yang baru keluar dari gerbang SMA Garuda.

Selatan tau mereka. Mereka, inti Calveras, adalah teman sekelas Sevira, yang sangat tidak dia sukai.

Motor milik Selatan pun langsung melaju pergi tanpa mempedulikan tatapan dari anak-anak geng itu.

“Sejak kapan Sevira tomboy? Bukannya tadi pagi masih pake rok, ya?” tanya Jevan yang sejak tadi melongo menatap cowok yang barusan melewati mereka.

Wajahnya sangat mirip Sevira menurut Jevan pribadi. Hanya saja terkesan lebih tegas.

Gara ngakak. “Bodo. Itu kembarannya. Lo nggak tau Sevira punya kembaran?”

“Kembaran?” Jevan nampak berpikir. “Oh cowok yang tahun lalu mukul si Aksa?”

Aksa mendengus mendengarnya. “Jangan ingetin gue.”

“Kenapa kakaknya mukul lo waktu itu?” tanya Kevin penasaran. Dia memang belum pernah bertanya soal ini.

“Karena gue nganterin Sevira pulang. Dan kakaknya nggak suka Sevira deket sama anak geng,” jelas Aksa.

“Karena?”

Aksa melirik. “Masalah mantan Sevira.”

Sementara Arsen dibelakang hanya diam mendengarkan percakapan teman-temannya. Tidak boleh dekat anak geng. Menarik.

****

Sevira melemparkan tasnya asal ke lantai lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang tanpa mengganti pakaian seragam. Gadis itu melamun sebentar. Beberapa detik kemudian, tubuhnya langsung berguling-guling tidak jelas memikirkan ucapan Sabrina di sekolah tadi.

Sevira menangkup wajahnya sendiri. “Apa dia bilang? Aku harus ngejar Satria Arsen? Akh!” Sevira memekik tertahan. “Kok bisa mereka nyuruh aku ngejar Satria Arsen? Mereka nggak tau...”

Sevira beranjak bangun lalu berlari menuju lemari dan mencari sesuatu di bawah tumpukan bajunya. Setelah menemukan apa yang dia cari, Sevira membawanya kembali keatas ranjang.

Buku harian.

Baru saja membalik halaman pertama, Sevira langsung membenamkan wajahnya pada bantal.

Aku jatuh cinta, pada dia yang tidak akan pernah tergapai. Semakin aku mendekat, rasanya semakin jauh. Biar rasa ini berjalan sendiri kemana ia ingin pergi. Untuk kamu, Satria Arsen.

Sevira menggeleng keras. Kata-kata yang sangat tidak nyambung. Wajar, dia menulisnya saat sedang jatuh cinta, mencurahkan semuanya tanpa peduli apa yang sedang ditulisnya. Dan ketika membacanya ulang, Sevira merinding.

Iya, Sevira menyukai Arsen. Belum lama, mungkin saat mereka menginjak masa akhir kelas sebelas. Sekitar empat bulan lalu.

Sebenarnya Sevira bukan tipe orang yang menyukai dalam diam. Dia lebih suka mengungkap perasaan pada orang yang disukainya. Tapi karena orang ini Arsen, seorang anggota geng, Sevira tidak bisa melakukannya.

Sevira harus patuh pada larangan Selatan. Karena Sevira yakin, setiap larangan itu memiliki sebab.

Namun sekarang, Sabrina malah menyuruhnya mengejar Arsen. Bahkan mendesaknya segera pacaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TROUBLEMAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang