3

726 63 8
                                    

Suara hiruk-pikuk, hingar-bingar kota terdengar malam ini. Mungkin karena hari ini adalah hari Jumat, dimana orang akan menyambut akhir minggu yang sudah ditunggu-tunggu. Di tengah keramaian kota, seorang pria tampak panik setelah beberapa saat lalu menerima pesan dari teman SMA.

Ya, dia Revan.

Kalau dipikir, siapa juga yang tak panik setelah membaca pesan itu. Pertama istrinya menangis tanpa ia tahu penyebabnya apa. Kedua, Revan dituduh selingkuh. Dan yang terpenting, kenapa pula harus Rafli yang menemani Kaynara disaat seperti ini?!

Revan terlihat tak tenang. Jalanan terlalu macet untuk dia yang tak sabar. Bahkan menurutnya, lampu merah yang hanya 3 menit saja, rasanya seperti 3 jam. Revan ingin memastikan dan mengkonfirmasi bahwa dia tidak mungkin selingkuh.

Rafli mengajak Revan bertemu di sebuah cafe di dekat kantor Rafli. Tentu saja Revan berharap ada Kaynara juga disana. Tetapi, nihil. Rafli sendirian. Tidak ada siapapun yang menemani. Hanya ada secangkir kopi diatas meja yang tinggal setengah tersisa.

Revan langsung menarik kursi di depan Rafli yang masih menatapnya kesal.

"Apa maksud pesan lo itu?" tanya Revan.

Rafli tertawa getir. "Bukannya gue yang harus tanya itu ke elo? Apa maksud lo bikin sahabat gue nangis?"

"Gue bener-bener ngga ngerti alasannya. Apa sih? Jelasin ke gue."

"Tadi Kaynara tiba-tiba telepon gue. Dia cerita segala macem, yang intinya lo selingkuhin dia."

Revan memijat keningnya. Padahal ia tak pusing. "Sumpah. Gue ngga habis pikir. Selingkuh? Sama siapa?"

"Mana gue tau?! Lo seharusnya yang mikir."

"Sekarang Kaynara dimana?"

Rafli menggeleng. "Lo ngga perlu tau dimana dia. Yang jelas, gue bawa dia dan Kai ke tempat yang aman."

Revan mengernyit heran, "Apa maksudnya? Lo jangan bercanda ya, Fli. Mereka itu anak dan istri gue. Kalaupun ada masalah, lo ngga berhak buat ikut campur apalagi pisahin gue sama mereka!" katanya tegas.

"Gue ngga akan ikut campur, kalo lo ngga bikin dia nangis, Brengsek!" Dari nadanya, Rafli terdengar menahan amarahnya. Kemudian ia berdiri, "Satu lagi yang perlu lo tau. Gue masih cinta sama Kaynara, jadi kalo lo macem-macem, gue ngga segan buat ambil dia, dan lo harus siap kehilangan Kaynara," tambahnya.

Entah Revan harus berbuat apa. Pikirannya buntu. Bingung dengan apa yang terjadi, apalagi dengan kata perselingkuhan. Namun, ia ingat satu hal. Di Korea, ia tidak mungkin mabuk dan hilang kesadaran. Dia seorang pilot. Bisa dicabut izin terbang dan statusnya oleh maskapai jika sampai ketahuan mabuk. Dan seperti yang sudah diketahui, Revan sangat menjaga kredibilitas pekerjaannya.

Ketika sampai di rumah, benar saja. Tidak ada Kaynara, Kai, bahkan baby sitter anak mereka. Rumahnya memang sepi, tapi tak sebanding dengan hati Revan. Biasanya ada yang menyambut. Biasanya ada suara tangisan bayi atau wangi harum parfum Kai. Hari ini semua menghilang.

Ketika sedang berbaring di tempat tidur, ia teringat kalau lokasi ponsel Kaynara dan dirinya terhubung. Ia langsung mengecek ponselnya. Nampaknya dewi fortuna sedang berpihak padanya. Ponsel Kaynara terlacak. Segera ia kembali bangkit dan menuju tempat yang sudah ditunjukkan.

Mobil mewah milik Revan sudah terparkir di sebuah hotel bintang 5. Ia meminta pelayan hotel untuk memarkirkan kendaraannya karena ia ingin segera bertemu dengan Kaynara. Dan lagi-lagi, seperti sudah ditakdirkan untuk bertemu, Kaynara tengah berjalan keluar lalu bertemu dengan Revan di lobby. Ketika melihat suaminya, ia berbalik arah, tapi berhasil ditahan oleh Revan.

"Kay, tunggu, Kay."

"Lepasin aku."

"Kamu kenapa sih, Sayang? Jelasin ke aku kenapa kamu begini? Huh?" Raut wajah memohon Revan terlihat sekali.

"Pikir sendiri aja sama kamu."

"Kay, please. Jangan kaya gini. Kita udah dewasa, Kay."

Kaynara mengangguk setuju. "Iya bener. Dan semakin dewasa, aku makin sadar gimana aslinya kamu."

"Kay, bisa jelasin dulu ngga kenapa kamu begini? Hm?"

"Kemana aja kamu pas ke Korea kemarin?"

Revan tak buru-buru menjawab, ia mengingat dulu. "Ke tempat biasa paling sama ke tempat oleh-oleh titipan kamu."

"Jangan bohong, Mas Revan!"

"Demi Tuhan, Kaynara. Kenapa sih?"

Kaynara merogoh ponselnya, lalu menujukkan sebuah foto, "Ini apa maksudnya?" tanyanya.

"Aku ngga tau. Bahkan itu foto apa aja aku ngga ngerti, Kay."

"Itu foto kita pas di hotel waktu di Korea kan, Van?"

Keduanya menoleh.

"Eve?"

Si Gendut dan Si Casanova Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang