4. KENAPA BERUBAH?

14 1 0
                                    

Cuaca yang cerah menyambut pagi Jeno. Anak laki-laki itu sedang bersiap untuk berangkat kuliah, rumahnya terasa sepi karena ayah dan saudaranya sudah pergi sejak pagi tadi. Jeno tengah sibuk menyisir rambutnya dengan wajah tersenyum, meskipun hari ini adalah mata kuliah pak Kun tetapi masih ada Winter yang menghangatkan hatinya.

Kali ini Jeno langsung pergi ke kampus karena Winter tidak mau berangkat bersama, katanya malu jika dilihat orang-orang.

Jeno dengan hati yang gembira memanggil taxi dan langsung berkabar dengan Winter.

Singkat cerita Jeno sudah tiba di kampus dan langsung berlari ke gedung dimana kelasnya berada, katanya Winter sudah duduk disana.

"Hai Wintah!" Sapa Jeno begitu lantang. Tetapi dahinya langsung mengerut begitu ia melihat wajah kusam Winter yang tampak juga seperti orang melamun.

Jeno pun duduk disamping kanan kekasihnya, dengan perasaan hawatir. Ia pun lanjut bertanya, "kamu kenapa?" Namun pujaan hatinya tidak menjawab dan pak Kun pun datang sehingga semua orang fokus untuk ke pelajaran.

Sepanjang kelas, Jeno memperhatikan kekasihnya tetapi gadis yang memakai dress warna nude rose itu tetap dengan raut yang sama. Jeno sampai tidak mendengarkan apapun yang dijelaskan pak Kun, ia hanya fokus melihat Winter yang tampaknya tidak baik-baik saja.

Waktu berjalan hingga akhirnya kelas pun selesai, tepat dimana waktu makan siang tiba sehingga semua orang pun bergegas pergi ke kafetaria kampus.

"Kamu mau makan dimana?" Tanya Jeno, sementara Winter masih sibuk membereskan buku-bukunya.

Sedangkan dibelakang Renjun dan Jaemin berdiri menunggu sahabatnya yang sedang bucin.

"Ikut kita nggak?" Tanya Renjun sambil memajukan muka, jika sedang lapar dia memang memasang wajah kesal.

Jeno dengan cepat menggelengkan kepala dan kembali melihat ke Winter. Sementara Jaemin langsung menimpali, "salah kamu nanya Njun" diikuti tawa kecilnya.

Masih ditempat duduk Jeno dan Winter akhirnya berdiri secara bergantian. Winter masih belum buka suara sedangkan Jeno hanya mengekor.

"Winter kamu ngomong dong!" Seru Jeno tapi tetap tidak digubris oleh gadis itu.

Jeno pun menghela napas, melihat Winter yang sudah melangkah jauh di depannya. Namun bukan Jeno namanya jika ia berhenti dan menyerah, justru sikap seperti ini bukanlah hal baru baginya. Sehingga dengan yakin Jeno tetap mengikuti langkah Winter, entah kemana gadis itu akan membawanya.

"Winter tidak melarangku mengikutinya, jadi kenapa aku harus berhenti dan diam" gumam Jeno.

Laki-laki itupun berlari untuk menyamai langkah Winter hingga akhirnya mereka berhenti di depan danau yang jauh dengan gedung kampus, tapi masih disekitaran kampus.

Winter langsung duduk dibangku panjang itu dan menghela napas. Raut mukanya masih datar dan tidak melihat ke arah Jeno.

"Aku boleh duduk disini nggak cantik?" Goda Jeno, tidak peduli muka muram pujaan hatinya.

Winter tetap tidak bersuara.

Jeno yang tidak kehilangan akal pun mulai beraksi.

"Oh iya, aku bawa macaroon. Ini dibeliin ayah" kata Jeno, yang baru ingat sebelum berangkat mengambil macaroon milik Donghyuck yang duduk manis di atas rak kulkas.

Winter tetap tidak melirik, Jeno pun bergerak mengambil satu macaroon berwarna hijau tosca dan memasukkan ke mulutnya.

"Em enak, manis. Ini udah aku cobain, jadi aman, tidak beracun" kata Jeno, sambil mengunyah.

3. So, THIS IS LOVE ?? [Jeno × Winter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang