Chapter 8: Sosok Ibu Yang Hebat

71 4 0
                                    

Ibu yang melahirkan mu adalah ibu yang tidak ingin melihatmu menangis. Maka berbahagialah kamu!

_Chanara Amitha Nareswari_

***
HAPPY READING!!!

Hari ini adalah hari pertama Nara menjalankan masa skorsingnya.

Namun, sejak kemarin Nara belum memberitahu Regina. Alasannya, karena ia terlalu takut melihat reaksi Mamanya nanti.

Sejak pagi tadi Nara hanya bisa mengurung diri di kamarnya, pasti sebentar lagi Mamanya akan memanggilnya untuk sarapan.

"Aduh gimana ya cara gue bilang ke nyokap. Reaksi bang Gabi juga patut dipertanyakan," gumam Nara yang merasakan takut dengan pikirannya sendiri.

Belum selesai dengan kekhawatirannya, Nara sudah dikagetkan dengan suara ketukan di pintunya.

Ini sudah pasti Mamanya.

Dengan lesu Nara berjalan dan menghampiri Mamanya di luar.

"Selamat pagi Mama ku tersayang," sapanya dengan senyuman yang mengembang. "Loh, Nara? Kok belum pake baju sekolah?" tanya Regina penasaran.

"Aku mau ngomong sesuatu, boleh? Tapi setelah sarapan."

"Boleh sayang, ayo kita sarapan dulu!" ajak Regina dengan menggandeng tangan Nara.

Di meja makan sudah ada Gabi yang sedang terbengong-bengong melihat Nara yang membawa selembar kertas tanpa menggunakan seragam.

Wah pasti ada yang tidak beres dengan Adiknya ini.

"Kamu pasti abis ngelakuin sesuatu kan, Nar?" tanya Gabi tiba-tiba.

"Abang, nanyanya nanti aja. Kita sarapan dulu," tegur Regina.

Sarapan pun berjalan dengan lancar, sekarang mereka sudah berada di ruang keluarga untuk membicarakan masalah yang terjadi pada Nara.

"Sebelumnya Nara mau minta maaf ke Mama dan bang Gabi, pasti kalian dari tadi mikir yang nggak-nggak soal aku. It's okay, aku emang ada problem," intro Nara dengan sedikit dibumbui basa basi.

"Ini surat skorsing aku," ucapnya sambil menyerahkan selembar kertas yang sedari tadi ia genggam.

Regina pun mengambilnya tanpa bertanya terlebih dahulu, karena menurut Regina dengan surat ini saja sudah bisa terjawab.

"Kamu diskorsing karena melakukan tindakan asusila terhadap Stella di saat upacara, Nar?" tanya Gabi setelah membaca surat itu.

Nara hanya mengangguk untuk menjawabnya.

"Sekarang jelasin ke Mama, semuanya sayang!" ucap Regina dengan terus memegangi tangan Nara supaya anaknya itu tidak gugup.

Begitu besar perannya sebagai ibu rumah tangga, namun itu lah yang seharusnya terjadi.

"Stella udah ngambil perhatian Gezha sejak 2 tahun terakhir ini. Aku emang salah, seharusnya bisa lebih sabar lagi. Tapi hari itu, aku bener-bener kesel sama Stella," jelasnya.

"Aku yang di dorong duluan, tapi karena dorongan aku terlalu bertenaga jadi ngebuat tangannya ke gores," aku Nara lagi, mau bagaimana pun dia juga tetap bersalah.

Narazha: Rain On The Clouds [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang