Kita cuma punya diri kita sendiri, berhentilah berharap kepada orang lain!
_Rafardhan Athalla_
***
HAPPY READING!!!Keesokan harinya siswa-siswi SMADA dibuat kegirangan karena sekolah mereka akan mengadakan kegiatan yang mengharuskan siswa-siswinya belajar di rumah.
"Pemberitahuan untuk siswa-siswi SMA Garuda, bahwa hari ini kalian akan kami pulangkan dengan artian 'tidak boleh ada yang nongkrong di luar dengan menggunakan seragam sekolah SMADA!' demikian saya sampaikan pula bahwa pemberitahuan lebih lanjut akan diberitahukan oleh wali kelas masing-masing," papar pak Gunawan selaku kepala sekolah SMA Garuda.
Mendengar paparan suara dari speaker yang nyaring di setiap sudut kelas, makin membuat siswa SMADA semakin kegirangan.
Momen yang paling ditunggu-tunggu setiap siswa. Pulang cepat sudah jadi bagian dari kebahagiaan hidup bagi anak sekolah.
"Yah, kita gak bisa nongkrong di WPJ dong," cetus Dira yang sangat menyayangkan ketidak bolehan yang KEPSEK berikan.
"Wah iya juga nih, gak seru dong kalo gitu. Masa dari sekolah kita langsung pulang," timpal Gilang menyetujui apa yang tadi Dira katakan.
"Gimana kalau kalian main ke rumah gue? Kebetulan Mama lagi masak banyak," imbuh Nara.
"Beneran, Ra? Gue si setuju-setuju aja, apa lagi kalau ada si ganteng Gabi," Gilang benar-benar mata bujang.
"Hari ini Bang Gabi ulang tahun, guys."
"Kalo gitu kita harus beli hadiah, pasti nanti si ganteng seneng banget," kata Gilang mengajak mereka berburu hadiah.
"Gak usah, kebetulan Abang gak suka hadiah. Kalian cukup ke rumah aja, okay?!"
Mendengar itu mereka dengan senang hati meng-iyakannya, manusia mana yang tidak mau makan-makan gratis? Hari ini bahkan menjadi hari keajaiban, kalau diumpamakan seperti rezeki nomplok yang mereka idam-idamkan.
Karena rumah Nara lumayan jauh, jadi mereka memutuskan untuk memesan taksi online untuk mereka tumpangi bersama. Kecuali Khalisa yang memilih pergi bersama Kakaknya.
Sesampainya di kediaman rumah Nara, mereka disambut hangat oleh Regina dan juga Gabi.
Regina sangat senang sekali jika kedua anaknya membawa teman-temannya ke rumah. Menurutnya, rumah akan menjadi ramai dengan tawa yang beragam.
"Ayo-ayo masuk, di dalem udah ada temen-temen Gabi juga. Kalian berbaur aja yaa, jangan malu-malu," ucap Regina mempersilahkan mereka masuk terlebih dahulu.
"Ah, iya Tante terima kasih. Kami masuk dulu ya," jawab Gilang sopan.
Setelah mengucapkan itu mereka pun masuk bergantian, baru saja sampai ruang tamu mereka dikagetkan dengan teman-teman Gabi yang terbilang banyak. Dan kebanyakan dari mereka adalah laki-laki.
"Aduh Ra, kita beneran mau gabung di situ? Itu cowoknya banyak banget, gue jadi takut," celetuk Dira yang merasa tidak enak hati, beda lagi dengan Gilang yang merasa senang jika disekelilingnya ada banyak laki-laki tampan.
"Hm, gimana kalau kita duduk di ruang tamu lo aja, Ra?" usul Kafka yang langsung diangguki oleh Gilang dan juga Khalisa.
Ruang tamu Nara memang tidak sedang dipakai, karena teman-teman Gabi lebih memilih duduk di ruang keluarga yang tertuju langsung dengan PS.
"Iya-iya terserah kalian mau duduk dimana, gue ijin ganti baju ke kamar ya? Kalian mau ganti baju juga gak?" tanya Nara.
"Kayanya kita gini aja deh, Ra. Lagian juga kita di sini gak begitu lama," jawab Dira.
"Oke deh, gue ke kamar dulu ya guys."
15 menit kemudian mereka diminta bergabung untuk makan bersama. Semuanya berjalan lancar, mereka juga akhirnya bisa berbaur dengan teman-teman Gabi.
Dan ternyata sedari awal ada yang curi-curi pandang dengan Sadira Adhwa. Dia Rivel, teman kuliah Gabi.
Jika kalian tanya soal kemana Gezha, maka Nara akan menjawab 'tidak tahu'. Sedari pulang sekolah tadi, handphone milik Gezha benar-benar tidak bisa dihubungi, Kafka selaku temannya pun tidak tahu kemana perginya Gezha.
Dari pada memusingkan itu, Nara lebih memilih menyibukkan diri dengan berkumpul bersama teman-temannya dan juga teman Gabi.
***
Sore harinya Nara diajak Gabi untuk nonton bioskop di sebuah Mall di Jakarta Selatan.
Entah lah, apa yang merasuki Abangnya ini. Tiba-tiba sekali, padahal Gabi anti sekali dengan Mall.
Walaupun film yang mereka tonton tidak termasuk film yang Nara sukai, tapi apa boleh buat. Semua ini demi keinginan Gabi, mungkin karena ini hari spesial lelaki itu, Nara jadi memakluminya.
Sekarang mereka sedang makan di Marutama Ra-men yang berada di lantai 3 Mall.
Jika nonton adalah keinginan Gabi, maka makan ramen adalah keinginan Nara. Cukup adil bukan?.
"Ra, kenapa sii gak suka film luar negeri?" tanya Gabi penasaran. "Aku suka kok Bang, tapi aku penyeleksi genre dan film tadi gak termasuk genre yang aku suka."
Genre superhero memang menjadi kesukaan laki-laki, tapi menurut Nara genre action yang berbau psikopat jauh lebih ia sukai.
"Pasti action yang di drakor? Kenapa sii cewek-cewek suka banget nonton drakor sampe maraton seharian gitu, apa gak cape itu mata?" tanya Gabi lagi.
"Nggak dong, kalo udah hobi kayanya oke-oke aja deh Bang."
"Hah, hobi? Hobi identiknya harus yang bermanfaat gak si, Ra? Kalo gitu kan jadi kita yang rugi," tanya Gabi heran dengan betina yang menjadi kan drakor sebagai hobi.
"Abang, hobi sama kesukaan itu satu jenis. Jadi, biarin mereka ngejalanin itu, toh hal itu juga bisa bikin bahagia."
"Oalah, oke deh. Udah selesai belum, Ra? Lama banget, Abang udah males nih di sini," celetuk Gabi.
"Udah-udah, ayo pulang!" ajak Nara. Kan, apa yang Nara bilang benar adanya. Gabi sangat anti sekali dengan keramaian Mall.
Di perjalanan pulang, Nara tidak sengaja melihat seseorang yang sangat familiar. Ketika ia teliti lagi ternyata itu adalah Gezha, sedang apa Gezha di supermarket?.
Belum selesai dengan pikirannya, Nara dikagetkan lagi dengan sosok wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Stella.
"Huh, ternyata itu kesibukan barunya. Pantes aja seharian ini Gezha susah dihubungi," gumam Nara pelan.
Agar tidak menimbulkan pertikaian sengit, Nara memilih putar balik dengan menarik paksa lengan Abangnya itu. Gabi yang tiba-tiba di tarik pun memasang wajah bingung.
"Loh, kenapa puter balik?" tanya Gabi sambil menatap Nara bingung.
"Biar cepet, Bang," bohong Nara.
Nara hanya tidak mau pandangan Gabriel terhadap Gezha itu buruk, makannya dia memilih untuk berbohong.
Hatinya benar-benar ter-iris melihat realita barusan.
Tapi, Nara malah memilih diam.
[To Be Continue]
KAMU SEDANG MEMBACA
Narazha: Rain On The Clouds [On Going]
Ficțiune adolescenți"Aku yang terluka, namun dia yang kau buat bahagia." *** Untuk kesekian kalinya aku terjatuh, terjatuh ke dalam lubang yang sama setiap kali aku melihatmu bersama dengan orang yang telah merebut kebahagiaan dalam mengambil alih perhatianmu. Kau angg...