BAB 2🥀

90 20 4
                                    

Happy reading para readers ✨
*
*
*
*

"Luna ambilkan adikmu makan!"

Aluna menurut, ia berlari mengambil makanan di dapur dengan terburu.

"Luna ambilkan adikmu buah!"

Kepala gadis itu berdenyut nyeri, Dengan nafas ngos-ngosan ia kembali berlari menuju dapur untuk mengambil apa yang bundanya minta, dan mengabaikan rasa sakit di kepalanya yang semakin menjadi.

"Ambilkan air putih dan pisau, setelah itu pel ruang tamu!"

Gadis itu mulai goyah. penglihatannya mulai memburam, dan kepalanya seperti tertimpa batu. gadis itu terduduk dilantai sebentar sembari menatap wajah ibunya dengan raut lelah, "bunda sebentar dulu ya aku capek"

Lia menatap tajam "mau ngebantah kamu?!"

Gadis berambut sebahu itu menundukkan kepala dalam. ia hanya diam, saat berulang kali kepalanya ditepuk kasar karna wanita setengah baya yang berada di depannya mencaci makinya. masalah yang sederhana, hanya karna dirinya meminta waktu untuk beristirahat sebentar dari perintah lia, berakibat membuatnya mendapatkan cubitan keras di lengannya.

Jujur Aluna heran dirumah ini ada lima atau tidak tujuh pembantu. tapi mengapa bundanya lebih suka menyuruh dirinya yang melakukan segala pekerjaan rumah ketimbang menyuruh Art lainnya?

"Kamu tu cewek jadi jangan pemalas! Masa disuruh gitu aja langsung capek, sekarang cepat ambilkan air. kamu nggak lihat itu adik mu sudah kehausan dari tadi Aluna!!" Maki Lia mencubit lengan gadis itu yang meringis kecil.

"Kamu tu anak cewek! Bisa nggak sih kalo kerja itu diperhatin lebih baik?! Kam-"

"Ada apa ini?" Sela satu pasang suara berat dan Luna mengenali suara itu, gadis itu mendongak menatap wajah Andra yang juga tengah menatap dirinya.

"Bunda lagi ngajarin adik mu supaya gak jadi malas malasan terus ndra, capek bunda tuh selalu aja dia buat masalah. kerja ga becus! Anak perempuan kok gitu" sewot Lia berjalan ke arah meja makan tempat anak ketiganya duduki.

Andra membuang nafas panjang, ia menghampiri adiknya yang tertunduk lalu menuntunya menuju meja makan.

"Duduk" titahnya pada Luna yang hanya menurut pada kakanya.

"Bunda jangan keseringan bentak dan suruh-suruh luna, dia juga ada tugas sekolah. dirumah ini kan masih banyak pembantu lainya kenapa gak minta meraka aja yang ngerjain pekerjaan rumah?" Andra mengusap lembut bahu gadis yang bergetar menahan tangis.

"Kalo gak digituin mana mau denger dia, lagi pula anak cewek tu harus bisa segalanya! Jangan jadi cewek yang gak guna!" sewot Lia mengambilkan nasi beserta lauk-pauk untuk putri ketiganya.

Lagi dan lagi andra membuang nafas kasar, laki-laki itu berdiri lalu mengengam tangan dingin adiknya untuk dia bawa menuju ke lantai dua kamar Andra dan Aluna berada.

"Mau kemana kamu Andra? Kamu belum sedikitpun menyentuh makanan ini makan dulu baru pergi!" Teriak Lia saat melihat anak pertama dan keduanya beranjak dari kursi lalu melangkah santai menuju lantai atas.

Laki-laki itu tak menggubris ia tetap melangkah lalu kembali berhenti sesaat, "Bi tolong bawain makanan kami ke lantai atas!" Teriak Andra yang dianguki bi marni.

Lia mendecak kasar. "keras kepala"

"Duduk" titah Andra lembut dan kembali lagi gadis itu menurut.

"Gue mau ke luar dulu Lo tunggu dis–"

"B-bunda emang gak sayang sama gue kak" Isak gadis itu mencegkram erat tangan andra yang mematung, Laki-laki itu mengurun kan niatnya untuk keluar ia malah duduk lalu mendekap erat tubuh adiknya yang bergetar hebat.

"Udah pernah gue bilang kan, bunda bukanya gak sayang sama lo na tapi dia cuma mau Lo belajar mandiri "jelas Andra lembut sembari mengusap bahu adiknya.

"Mandiri? Dari gue kecil bunda s-selalu keras sama gue, dan h-hasil nya apa? Mental gue malah makin kegangu " Isak Luna sesenggukan.

Andra menghela nafas panjang, "tidur yah?" Laki-laki itu mengendurkan dekapannya bisa ia lihat wajah cantik adiknya nampak berantakan sekali. mata sembap, serta hidung yang memerah, bibir laki-laki itu berkedut ingin tertawa namun ia tahan mengingat ini adalah situasi yang tak memungkinkan.

Andra baru saja ingin beranjak tapi lebih dulu ditahan oleh cengkraman erat tangan lentik adiknya, wajah anak itu memelas, huh nampak mengemaskan sekali!

Alis Andra menukik satu, "jangan tinggalin gue sendiri kak" lirihnya, dan Andra hanya menganguk.

"Kak" panggil luna

"Hm"

"Gue lo dan Hana saudara, tapi kenapa bunda membeda-bedakan kasih sayangnya pada setiap anak?"

Andra terdiam.

"Setiap malam gue selalu berpikir, apa mungkin gue ini bukan anak kandung bunda?" Kata-kata terakhir Luna sontak membuat Andra melirik datar ke arahnya.

Laki-laki itu menyentil pelan mulut adiknya, "mulut nya di jaga" peringat Andra lalu membalikan badan menghadap ke arah Luna yang berbaring menghadap dirinya juga.

Gadis itu menggerutu sebal saat merasakan bibirnya yang berdenyut nyeri karna ulah sentilan maut sang kakak

"Kak, gu-"

"Tidur" perintah Andra tak mau dibantah.

"Tap-"

"Tidur atau gue pergi" ancam Andra, laki laki itu sudah berniat beranjak dari ranjang empuk luna namun tangan gadis itu sudah lebih dulu menggapainya.

"Iya! Iya!"

Andra tersenyum tipis lalu ikut berbaring kembali di samping adiknya.

"Selamat malam pangeran Alyandra" ucap luna sebelum gadis itu benar-benar menyusul ke alam mimpi.

"Malam juga putri Aluna" balas Andra lalu memeluk tubuh adiknya erat.

TBC
*
*
*
*
Vote dulu 🔔

Semesta Untuk Aluna [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang