Chapter 3

2 0 0
                                    

Papa terdiam beberapa saat, dan Thalita mulai berharap bahwa setelah mendengar kata-katanya barusan papa akan melunak.

Selama ini gue menyimpan alasan Aidan sampai jatuh ke dunia Narkotika itu untuk dirinya sendiri. Baru kali gue menceritakan semuanya pada papa, dengan harapan papa mengerti alasannya untuk tetap bersama Aidan.

"Itu tetap bukan urusanm kamu, bukannya papa mau jadi orang jahat, tapi kamu anak papa. Apa kamu pikir papa akan biarin kamu terjun ke dunia yang sama ? Narkoba itu luar biasa bahayanya. Kamu bisa terkena AIDS karena memakai jarum suntik bergantian, bisa membuat kamu ketergantungan.. masa depan kamu akan rusak, dan lebih parahnya lagi kamu bisa mati karena Narkoba, Tha.. Papa gak bisa membiarkan kamu mengalami semua itu"

Gue bisa merasakan kasih sayang dan kekhawatiran dalam setiap kata yang diucapkan papa tadi. Yah, papa benar tapi bagaimana gue bisa meninggalkan Aidan dalam keaadan seperti ini ?.

"Papa mohon kali ini kamu nurut, ya. Sekali ini saja. Kalau kamu gak mau melakukannya untuk papa. Maka lakukanlah untuk dirimu sendiri. Ingat masa depanmu, Tha"

Thalita gak bisa berkata apa-apa lagi.

***

Setelah malam itu, beberapa hari kemudian. Thalita minta putus sama Aidan, Aidan sempat marah besar tidak terima harus putus sama Thalita, kalimat ma'af dan Janji diucapkan kembali agar Thalita luluh, Namun kali ini hati Thalita gak gampang goyah, dia telah meneguhkan hatinya.

Ini masa depan gue, gue gak bertanggung jawab atas masa depan Aidan. Kalau Aidan sendiri gak peduli lagi dengan masa depannya, dan tetap memilih untuk jadi junkies, apa lagi yang harus gue perjuangkan ?

Setelah putus dari Aidan, hari-hari Thalita harus di lalui dengan rasa sulit, masa recoverymya ternyata gak berjalan sesuai dengan expetasi. Susah banget menahan jarinya untuk gak negchat Aidan, susah untuk mengendalikan pikirannya untuk gak memikirkan Aidan.

"Gimanapun caranya gue harus berusaha untuk gak mikirin Aidan. Gue hanya mau balikan sama Aidan kalau dia udah 'Bersih'".

Semenjak itu, gue hanya berdoa dan berharap terus-menerus agar gue cukup berharga untuk membuat Aidan meninggalkan obat-obatan berbahaya itu. Tapi sampai saat ini pun. Keliatannya Aidan gak berusaha untuk melakukan itu. Lelaki itu ternyata lebih menyayangi barang haram itu daripada diri gue, bahkan dirinya.

***

Namun hari-hari semakin sulit ketika di sekolah, Aidan selalu berusaha menemui Thalita, tapi Thalita selalu menjaga jarak bahkan walaupun berpapasan dengan Aidan, Thalita selalu membuang mukanya.

Setelah 2 minggu gak ke sekolah, Akhirnya Aidan kembali ke sekolah. Mereka berdua berpapasan di koridor sekolah. dia melihat hari ke hari tubuh Aidan semakin kurus. Semua drugs itu sudah menggerogotinya.

Aidan pun menarik lengannya Thalita. Thalita menelan ludah dengan susah payah. Dia bener-bener kangen sama Aidan, tapi dia juga gak sanggup kalau harus balikan sama cowok itu dan melukai dirinya sendiri lagi bahkan mungkin lebih parah dari sebelumnya. Thalita selalu memegang teguh pada pendirianya bahwa Aidan gak baik untuknya, dan dia juga teringat pesan papanya.

Kalau Gue tetap mau berteman sama Aidan, gue juga pasti bakalan terjerumus juga, gue bisa terjerat hukum, berisiko tinggi karena AIDS, dan gue bisa mati.. mati dengan menderita.

"Aku pengen kita balikan Tha, aku pengen kita kek dulu. kamu mau kan balikkan sama aku ?"

***


Dewanya ThalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang