Chapter 6

1 0 0
                                    

Sepulang dari pemakaman, Thalita selalu menyalahkan dirinya, dia pun kembali meneteskan air matanya yang dikira udah terkuras habis.

Andaikan waktu itu gue balikan sama Aidan, Andaikan waktu itu gue masih sama Aidan, Aidan pasti bisa keluar dari ketergantungannya sama obat-obatan, Andaikan Aidan gak pernah terjerumus di dunia obat-obatan itu, Andaikan gue bisa memutar waktu kembali, pasti Aidan masih ada.

Thalita membuka pintu rumahnya, dan di saat itu juga papa langsung memeluk Thalita. Papa sudah tau kabar bahwa Aidan meninggal, Namun Thalita menolak untuk ditemani papanya ke pemakaman.

"Pa.. Aidan sekarang udah gak ada, Aku kehilangan dia Pah... Aku udah gak bisa liat dia lagi"

"Tenang yah, Kamu udah berusaha untuk menyelamatkan dia kan ? Jadi, gak ada yang perlu kamu sesali, Tha. Kamu sudah mencoba sebisa kamu, tapi Aidan memilih jalan lain"

Thalita hanya terdiam.

"Kalau kamu gak berusaha untuk membantunya, apa boleh buat. Tapi ini kamu berusaha membantunya kan ? Sering kali kamu memohon pada dia untuk masuk rehab, tapi dia gak pernah nurut. Jadi, jangan salahkan dirimu, Tha, Dan pada akhirnya papa akan tau nasib Aidan akan berakhir seperti ini"

"Tapi kan Pah.."

"Ada ha-hal yang memang harus terjadi, supaya seseorang belajar tentang hidup ini. Awalnya papa gak pernah berharap ini akan terjadi secara langsung di kehidupan kamu, tapi dengan begini kamu bisa melihat sendiri, apa yang bisa di renggut Narkoba. Aidan masih muda, dan mungkin saja dia akan memilik masa depan yang cerah, Jika dia gak pernah mencicipi drugs. Dan jikalau dari awal dia berpikir bahwa kematian lah yang akan menantinya di ujung jika dia masih berurusan dengan barang haram itu. Tapi nyatanya dia gak berusaha untuk menjauh, dia malah berlari mendekat dengan kematiannya sendiri.

Thalita menyusut air matanya perlahan.

"Kehilangan orang yang kamu sayangi, apalagi dengan cara seperti ini, memang berat. Tapi dengan begini, kamu akan lebih menghargai hidup yang kamu miliki, dan gak akan mempertaruhkan diri untuk coba-coba narkoba, karena kamu tau konsekuensi apa yang bakalan kamu dapat jika berani bersentuhan dengan barang haram itu, Papa yakin kamu bisa melalui semua ini"

***

Di kamar Thalita memandangi foto yang terletak di nakas samping ranjangnya, foto sepasang sejoli tengah tersenyum bahagia di depan kamera. Thalita mengusap foto itu,, tak terasa air matanya jatuh membasahi bingkai foto tersebut.

"Aidan.. gue kangen sama loe,gue gak tau hari-hari gue kalau gak ada loe, Kenapa semuanya harus terjadi sama loe Aidan ? Kenapa ? Lo udah janji akan terus bersama gue, loe janji kita harus lulus bareng dan masuk ke universitas yang sama. Tapi kenapa loe ...." Thalita terisak. "Kenapa loe pergi duluan dari gue Aidan ? Kenapa ? Loe udah ingkar janji kita Aidan. Kenapa loe jadi cowok tolol banget ? terus gue harus gimana sekarang ? Gue harus gimana Aidan ? harus gimana ? Jawab gue Aidan. Jawab gue"

Dalam tangisnya dia tertidur memeluk bingkai, dimana dirinya dan Aidan masih bisa tersenyum, dimana Aidan belum sama sekali terjerumus ke dunia drugs.

***



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dewanya ThalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang