Chapter 1

6 2 1
                                    

Thalita menanggalkan pakaiannya dan berjalan ke bawah shower, tangannya meraba keran sower dan membukannya hingga maksimal.

"Gilaakk.. dingin banget" Jerit Thalita sekuat tenaga begitu air shower menguyur tubuhnya.

Airnya keknya diimpor langsung dari kutub utara deh, Gerutunya dalam hati.

"Tha ? Kamu kenapa ?"

Thalita mendengar suara mamanya di balik pintu, tapi dia gak sanggup menjawab karena masih mengigil kedinginan.

"Oh, yah mama lupa bilang water heaternya lagi rusak, jadi terpaksa pagi ini kamu mandi air dingin aja dulu yah, kan lumayan biar seger".

Walaupun dibatasi pintu, Thalita bisa membayangkan seulas senyum yang mengembang di bibir mamanya.

"Huh.. seger apanya ? Bikin jadi boneka salju sih, iya" Thalita mengomel panjang, pendek. Tangannya pun cepat-cepat menutup keran showernya yang masih memuntahkan air dingin. Ia lalu meraih handuk dan dengan cepat membungkus tubuhnya pilihan untuk melanjutkan mandi air dingin di pukul 04:30 pagi jelas sama dengan cari mati.

Tapi bayangan bahwa ia harus gak mandi di hari wisuda kelulusaannya membuat Thalita bergidik. Gimana kalau ia bau kecut.

Thalita lalu menguatkan nyali untuk kembali di bawah air shower yang dingin itu. Ternyata setelah beberapa saat tubuhnya terbiasa juga dengan suhu air dari shower, bahkan Thalita berani memutuskan untuk keramas.

Sembari membusakan shampo di rambutnya, Thalita merenung. Ia pun teringat kejadian beberapa minggu yang lalu,

***

Mesin motor baru saja di matikan oleh Aidan tepat di depan rumah Thalita. Mendengar suara motor kekasihnya, Thalita pun langsung bergegas untuk menemui sang pujaan hati, Namun langkahnya terhenti ketika melihat papanya ternyata telah sampai lebih dulu di depan pintu sambil berkacak pinggang.

"Thalita! Masuk!" Suara menggelegar dari papanya.

"Tapi pah.." Thalita berusaha membujuk papanya.

"Papa bilang masuk sekarang!" Kali ini papa mendesisi berbahaya.

Akhirnya Thalita gak berkutik, mau gak mau ia harus menuruti perintah papanya, karena lagian hari ini udah malam dan ia gak mau para tetangga berhamburan keluar dari rumah mereka masing-masing, dan keluarganya jadi tontonan gratis bagi mereka.

Ia mendengar papanya menghardik Aidan.

"Kamu! saya sudah peringatkan kamu, Jangan deketin anak saya lagi! Pergi kamu!"

Tidak terdengar suara Aidan membantah, hanya terdengar deru mesin motor yang menjauh pergi, melihat kepergiaan Aidan, Thalita merasa hatinya perih.

Setelah Aidan pergi, papa pun masuk dan menemui Thalita, dia memanggil anak gadisnya ke ruang tamu. Thalita pun berjalan ke ruang tamu dan duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu, Thalita menghela nafas dalam-dalam.

"Papa udah gak tau dengan cara apa agar kamu bisa dengar omongan papa"

Thalita hanya terdiam.

"Anak itu berbahaya, Tha. Kenapa kamu masih mau punya hubungan sama dia ?"

"Namanya Aidan, Pah"

"Terserah siapapun namanya, papa gak peduli, papa cuman mau kamu jangan dekat-dekat lagi sama dia, jangan ada hubungan apapun lagi sama dia, Kamu tau kan Tha, dia itu pengguna Narkoba"

Thalita sudah mendengar kalimat itu berkali-kali keluardari mulutnya papanya, tapi setiap kali mendengar kalimat itu rasanya sakit.pedih.

***

Dewanya ThalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang