"Ayah, apa Jake boleh makan?"
Anak itu melongok takut ke dalam ruang kerja sang ayah. Perutnya meraung minta diisi sejak sore, tapi dia tak punya uang sepeserpun. Terpaksa, Jake harus menunggu hingga malam tiba supaya mendapat sisa makanan dirumah.
Ayah melirik sebentar, kemudian mengangguk.
"Terimakasih ayah!"
Sambil bernyanyi kecil, Jake melangkah menuju ke dapur. Senang akhirnya bisa makan dengan layak. Sepertinya suasana hati ayah sedang bagus, jadi, tak ada pukulan dipunggung untuk hari ini.
Saat membuka tudung saji, netra bulat Jake berbinar. Ada nasiㅡsetengah basi, dan kepala ikan goreng kesukaannya. Pasti ayah sengaja menyisakannya.
Jake akan tidur dengan perasaan bahagia, nanti!
* * * *
Sekolah telah selesai 30 menit lalu, sementara jarum jam masih menunjuk angka delapan. Sebelumnya, seluruh anak sudah diinformasikan lewat obrolan grupㅡsedangkan Jake tidak punya ponsel, jadi dia tidak tahu apa-apa.
Didalam kelas, sambil mencatat beberapa pekerjaan, Sunghoon menunggui. Dia sudah bosan setengah mati, tapi Jake tak kunjung berhenti.
Kesal, Sunghoon menepuk lengan si kawan dua kali agar perhatian Jake teralihkan padanya. "Ikut gue yuk?"
Alis Jake menukik. "Kemana?"
"Ayo ikut dulu."
Keduanya beranjak menuju area parkir. Begitu tiba, disana ada Jaehyuk dan kawanannyaㅡsedang duduk sambil merokok, serta seragam yang tak dikancing dengan benar.
Jake menyapa, "Halo, kalian mau kemana?" Matanya tenggelam acap kali senyum lebar tersungging pada bibirnya.
"Nungguin lo. Hoon, ayo!" Asahi, sosok yang baru dilihat Jake hari ini, memanggil Sunghoonㅡpemuda itu sibuk berkutat dengan motornya yang terparkir berdempet diujung pagar.
"Bangsat! Ini aerox motor siapa sih anjing. Udah tau gede begini pake didempetin segala!" Sunghoon mengomel, wajahnya muram.
Jake menengok bingung, "Hoonie, gak apa apa?"
"Gapapa, aman."
Beomgyu mencibir, "Marah marah mulu, butuh pelukan tuh Jake."
"Motornya si Myungjae! Bocahnya tadi telat!" Jisung berteriak diluar gerbang tanpa menoleh kearah Sunghoon.
Kalau saja saat itu tidak ada Jake, Sunghoon tak segan mendorong motor itu hingga roboh. Ah, anak baik seperti Jake tidak boleh melihat hal hal berbahaya.
"Naik. Mereka biarin."
Cuek, Sunghoon melanjukan motornya mendahului teman-temannya. Dibelakang, mereka menyumpah.
"Kita mau kemana?" Tanya Jake lagi.
Dia bukannya takut bila Sunghoon akan berbuat nakal. Tapi, takut Ayah tahu dia pergi keluar dari lingkungan sekolah sebelum jam belajar selesai. Ayah tidak akan menerima alasan seperti, jam bebas atau semacamnya.
"Kamu pikir saya gak sekolah? Jam bebas itu cuma akal-akalan kamu aja!"
Jake ingat betul, kala itu, dia masih berada dibangku SMP. Setiap menjelang acara kelulusan, guru serta beberapa murid, sibuk mengurus acara, sehingga ada banyak waktu luang dan anak anak dipulangkan lebih awal. Sampai di rumah, Jake justru dipukuli menggunakan rotan hingga patahㅡayah anggap, segala hal yang keluar dari mulut Jake adalah kebohongan.
"Anak gila kayak kamu cuma bisa bohong!"
"Mati aja kalau kerjaannya bolos!"
Ayah bahkan tidak pernah sekalipun mempercayai Jake.
"Jake?"
"Jake? Lo gapapa?"
Suara Sunghoon membuyarkan lamunan Jake barusan. Pemuda itu melirik dari kaca spion, memastikan Jake tidak apa-apa dibelakangnya.
Yang ditanyai mengangguk semangat, "gapapa kok!"
"Kita mau ke warung bunda gue. Ga lama kok, nanti kelar dari sana, gue anter balik." Ulang Sunghoon.
Beberapa menit berlalu, rombongan tadi sampai di sebuah warung kecil yang menjual berbagai macam lauk. Jake penasaran, jadi sebenarnya di dunia ini ada beragam makanan?
"Ibuuun, udah lama ga mampir~" begitu tiba, Taehyun menyalami seorang wanita paruh bayaㅡcantik sekali. Jake tebak, beliau Ibunda Sunghoon, wanita yang sering memberikan makanan padanya.
"Kok tumben pulangnya pagi banget, hyun?" Bunda bertanya keheranan.
"Iya, gurunya sibuk. Bun, ini Jake." Sunghoon menyela Taehyun sambil menunjuk Jakeㅡdia terdiam kikuk didepan pintu warung.
"Oalah Jake, sini nak. Masuk, masuk. Jangan disitu. Ayo makan dulu, bunda baru masak nasi."
* * * *
"Jake, makan aja yang banyak. Gue janji ayah lo ga bakal tau." Heeseung duduk berdua bersama Jay di kursi ujung — ia melongok ke arah Jake sebentar, memastikan semuanya akan baik-baik saja.
Baru setelah itu, Jake beranikan diri memakan makanan dihadapannya.
Enak sekali.
Jake lupa kapan terakhir kali merasakan ayam goreng, sambal, nasi hangat dan segelas es teh — pemuda kecil itu merasakan tiap suapan yang mampir ke lidahnya.
Dari ujung mata, Sunghoon melempar pandang pada Jake. Senang melihat bibir itu tak diam, sibuk mengunyah hingga comot sana sini.
Benar-benar sedang jatuh cinta.
"Pelan-pelan makannya." Interupsi Sunghoon — yang justru mengagetkan teman-teman disampingnya.
"Suapin lah." Ledek Jisung. Dongkol sekali, kenapa ia harus merasakan kejombloan ditengah para bucin begini.
"Makanya cari pacar." Seru Taehyun tak mau kalah.
Jisung makin muram, "emang Jake sama Sunghoon udah jadian?"
"Matamu."
Ternyata, di dunia yang keras dan harus serba berani ini Jake masih banyak takutnya. Mereka semua, teman-teman baru — mereka punya masa muda yang seru. Jake berani bertaruh, ada begitu banyak kenangan terukir bahkan semenjak mereka berada di sekolah dasar. Tidak seperti dirinya.
"Lo mikirin sesuatu?" tegur Sunghoon begitu melihat Jake melamun—tak melanjutkan makan-nya.
"E—eh? enggak kok. Nasi nya masih agak panas."
Tanpa diberitahu pun, Sunghoon paham hidup Jake berat sekali. Anak itu seolah tak punya ruang untuk tersenyum — kaki kecilnya tertatih seorang diri. Ingin sekali Sunghoon memberikan sebuah pelukan hangat — harapannya agar dapat menjadi pelipur lara Jake.
Ah, biarlah ini menjadi rencana di waktu selanjutnya.
Tangan Sunghoon terangkat tuk mengusak perlahan rambut legam milik Jake, "Nanti biar gue yang bilang ke ayah lo."
Jatuh cinta dengan Jake adalah salah satu cara Sunghoon meromantisasi kehidupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEMBER RAIN | SUNGJAKE
FanfictionSunghoon tidak dungu, batinnya selalu berseru bahwa hanya Jake yang ia mau.