jaman sekarang sungguh canggih, dimana tidak ada lagi biaya yang besar untuk melakukan panggilan luar kota bahkan luar negri sekalipun. tak perlu memegang tali telepon gengam ketika tersipu malu lagi.
"gimana kabar kamu?" suara berat sedari tadi menemani jaeyun dimalam hari yang gerimis, tak mengurangi kebisingan mereka mengobrol.
"sangat bagus, aku punya teman yang baik" jaeyun tidak bohong bukan? berteman dengan yeojin ruka dan yang lain membuat lembaran baru dihidupnya.
"hmm.. kamu sedang suka dengan seseorang?" sontak jaeyun bangkit dari tidurnya menjadi duduk dikepala kasurnya. giginya bergerak memikirkan alasan.
"itu normal bukan?"
"iya, tapi kamu punya aku." jaeyun menghela nafas kasar, mengusap wajahnya kasar. ia benci situasi ini bahkan disaat bertatap muka dirinya hanya meninggalkan tanpa berkata apapun.
"kita ngga ada hubungan apapun."
"punya sayang.. mungkin saja mama setuju."
tanpa berkata apapun, jaeyun langsung mematikan sambungan dan menghela nafas kasar, bagaimana dirinya bisa lepas dari orang itu bahkan dirinya sudah berbeda negara.
suatu pagi jaeyun sedang berjaga dibagian perpustakaan sebagai tanda kerja dari bagian kesiswaan sekolah.
sambil menjaga dirinya membaca beberapa buku agar menemaninya menjaga perpustakaan, beberapa murid masuk untuk mempersiapkan ujian atau ulangan mereka.
"aku butuh bantuan." jaeyun yang sedang membaca buku mendongakan kepalanya dan tersenyum.
"okey, aku akan bantuin kamu." lalu siswa tersebut menanyakan beberapa bacaan didalam buku dan jaeyun menanggapinya dengan sesanggup dirinya.
"kamu punya nomor favorit, atau nomor keberuntungan?" jaeyun menyiritkan dahinya lalu mengangguk "15."
siswa itu tersenyum hangat dan pergi dari perpustakaan begitu saja, tanpa disadari itulah titik awal mereka bertemu hingga sekarang.
jaeyun sedang mengerjakan tugasnya dikelas, ditemani suara berisik kelas karena jadwal guru yang padat tidak dapat hadir mengisi kelas.
"hey jake ada seseorang sedang mencarimu, mungkin saja itu pacarmu!" ujar teman perempuannya, sontak seisi kelas menatap jaeyun yang melangkah keluar untuk melihat.
"kenapa?" tanya jaeyun, ternyata itu siswa diperpustakaan beberapa minggu lalu. dengan senyuman dirinya memberi kaos jersey sama yang ia pakai.
"aku boleh menggunakan nomornya?" setelah jaeyun melihat jersey dengan nama, nomor, dan nama sekolah jaeyun hanya tersenyum tipis.
"15 bukan 51."
"nomor itu telah digunakan, tapi aku tetap ingin nomor favoritmu" sontak kedua pipi jaeyun memerah, sang saksi mata tertawa lalu mengelus rambut hitam itu "jangan lupa untuk hadir dipertandingan class meet jake."
jaeyun mengangguk dan melihat punggung yang mengenakan seragam sekolah, tampak punggung itu bisa membangun rumah tangga bersama.
☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubbles
Teen Fictiondisscontinued. gelembung; lingkaran rapuh namun indah, keindahannya membuat mereka bertemu.