Pondok Pesantren

28 5 0
                                    

Cendrawasih adalah desa yang memiliki keberagaman agama dan budaya, meskipun mayoritasnya adalah muslim, tetapi justru kaum muslimin tak begitu memprioritaskan perihal agama di tempat ini, usianya yang belum genap seabad, dan penghuninya yang tida...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cendrawasih adalah desa yang memiliki keberagaman agama dan budaya, meskipun mayoritasnya adalah muslim, tetapi justru kaum muslimin tak begitu memprioritaskan perihal agama di tempat ini, usianya yang belum genap seabad, dan penghuninya yang tidak taat, adalah jawaban mengapa cendrawasih belum memiliki pesantren sebagai tempat menimba ilmu bagi kaum muslimin.

Menuntut ilmu memang tidak semudah kedengarannya, tetapi perlu diingat bahwa ilmu sangatlah penting sebagaimana perkataan Imam Syafi'i ia berkata : "Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya"

Menjadi santri adalah keinginan Zayn yang belum tercapai hingga saat ini, jarak yang jauh serta kurangnya biaya menjadi penghalang untuk Zayn mencapai keinginan, ia berharap dengan menjadi santri akan mempermudah jalannya untuk mewujudkan keinginan almarhum kakek, namun ternyata Allah sampai saat ini belum menghendaki hal tersebut.

K.h Zafrullah dan anaknya k.h Hidayatullah telah mengerahkan tenaganya untuk mencerdaskan umat di desa ini, sayangnya minat mereka untuk menuntut ilmu agama hanya membara disaat kanak-kanak saja, ketika menginjak masa remaja para murid itupun berpaling pada hal yang lebih mereka minati.

Sementara itu di kepulauan lain terdapat Kiyai yang tengah gencar membimbing anak semata wayangnya untuk menuntut ilmu "ayo semangat, kamu bisa kok nak, kalau bukan kamu lantas siapa yang akan menggantikan abah?" ucapnya pada sang anak.

Sang anak sangat sering berulah, hingga beberapa kali ia menjadi buah bibir karena tingkahnya tak sesuai dengan status yang ia miliki, mengingat ia adalah anak dari pimpinan pondok pesantren yang cukup besar di daerahnya, tentu ia harus menjaga citra tersebut.

"Assalamu'alaikum Ning, aku mau nitipin salam dari Gus Khalid, katanya dipanggil abah buat nderes" Ucap salah seorang santriwati pada anak pimpinan pondok tersebut "oh yaudah dikit lagi aku kesana" Jawabnya.

Meski baru berusianya baru menginjak 14 tahun, akan tetapi ia telah hafal 15 juz Al-Quran, ia memperdalam ilmu agamanya dibawah bimbingan ayah sekaligus Kiyai pimpinan Pondok Pesantren Arrisalah.

Ada saja cobaan yang membuat Kiyai tersebut kewalahan menghadapi anaknya, kabur dari pondok adalah hal biasa bagi putrinya, namun sayang, Gus Khalid yang merupakan anak k.h Ar-Razi selalu dapat menangkap basahnya saat melarikan diri.

"Abah ini ada surat yang harus ditandatangani" Ucap Khalid pada ayahnya yaitu k.h Ar-Razi, selaku sahabat k.h Nursalim pimpinan pondok ini, "taruh aja disitu, oh iya gimana ning nya? udah ketemu belum?" Tanya sang Kiyai pada anaknya, "emang ning bocil itu kabur lagi?" Tanya Khalid keheranan, "katanya sih gitu, coba kamu bantu cari bareng santri lainnya" Perintah sang Kiyai, "okay deh, aku berangkat dulu bah" Khalid mencium tangan ayahnya yang tengah duduk membaca surat-surat.

"Duh harus kemana lagi ya biar ga nderes" Gumam putri k.h nursalim tersebut, perlahan gus khalid dan santri lainnya datang secara mengendap-endap untuk menangkapnya, "waa!! mau kabur kemana lagi?" Teriak Gus khalid dihadapanya diikuti dengan santriwati lainnya yang memegang tangan putri k.h nursalim tersebut.

Mode Ustadz MillennialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang