"Masa-masa paling indah adalah masa SMA. Karena masa itu memberikan beberapa momen yang begitu indah untuk dikenang."
°^°
Tok...tok...tok...
Terdengar suara ketukan dari luar kamarnya. Danda lantas bergegas berjalan keluar sambil mengancingkan kancing seragamnya.
"Kenapa, Bang?" tanya Danda sembari membuka pintu kamarnya.
Rupanya orang yang mengetuk pintu kamar Danda ialah, Rahmat.
"Hari ini gue nggak bisa anterin lo, gue harus nganterin sayuran ke pasar sekarang juga, tadi gue di telfon sama bos gue. Nggak papa kan?" tanya Rahmat dengan wajah yang sungkan.
"Ya nggak papa, Bang. Nanti gue bilang ke mereka, kalau lo nggak bisa anterin." Jawab Danda tak masalah, karena menurutnya pekerjaan Rahmat pasti jauh lebih penting dibanding mengantarkannya sekolah.
"Tapi, lo mau naik apa ke sekolah?" tanya Rahmat, lagi.
"Kayaknya naik angkot aja, masih jam 6 juga." Balas Danda sambil menatap ke arah jam dinding di kamarnya.
Rahmat mengangguk mengerti. "Oh, yaudah deh kalau gitu."
"Oh iya, Bang. Nanti siang gue mau pulang ke rumah, gue mau jenguk Satria."
Rahmat belum merespon ucapan Danda, dia justru diam sembari menatap Danda lekat.
"Hari ini ulang tahun Satria."
Rahmat pun mengangguk, "iya, nanti gue bilang ke Om Jamal kalau lo mau pulang."
"Iya, Bang."
"Yaudah, gue mau berangkat dulu." Pamit Rahmat seraya menepuk pundak Danda
Selepas Rahmat pergi, Danda kembali masuk ke dalam kamarnya, dia bercermin sembari mengenakan dasi sekolah berwarna abu-abu.
Setelah semua atribut sekolah dia kenakan, Danda pun mulai mengecek isi dalam tasnya, mengecek buku tulisannya- apakah sesuai dengan jadwal hari ini atau mungkin apa ada yang kurang. Rupanya tidak, Danda membawa buku sesuai jadwal hari ini dan juga terdapat kaos olahraga diselipkan di dalam tasnya.
Danda menutup resleting tasnya, lalu menggendongnya di punggung miliknya. Dia segera keluar kamarnya lalu menguncinya dari luar.
Saat Danda sedang mengunci pintu kamarnya, Ronal dan Bambang pun keluar secara bersamaan dari dalam kamar mereka. Danda lantas menghampiri Ronal, untuk memberikan kabar, jika Rahmat tidak bisa mengantarkan mereka hari ini.
"Kita hari ini naik angkot ya?"
"Loh, kenapa?" tanya Ronal sambil memasukkan kunci ke dalam tasnya.
"Bang Rahmat udah berangkat dulu, tadi ada urusan di pasar katanya." Jelasnya pada Ronal.
"Oh yaudah nggak papa, kita naik angkot aja." Putus Ronal.
Ronal dan Danda pun berjalan menghampiri Bambang, yang telah menunggu di sudut tangga sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok dengan tangan melipat di atas dada.
"Johan udah di bawah?" tanya Ronal pada Bambang.
Bambang mengangkat pundaknya seraya berkata, "iya kali, udah nungguin di kantin."
"Yaudah, kita turun aja!" ajak Ronal pada kedua temannya itu.
Sesampainya di kantin, mereka tidak melihat keberadaan Johan, bahkan batang hidungnya pun mereka tidak melihatnya. Apa benar Johan sudah turun terlebih dahulu?
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMPOERNA
Teen FictionDanda Surya Atmaja, remaja yang selalu membuat ulah di kampungnya, terpaksa harus pindah ke kost-kostan yang jauh dari tempat tinggalnya. Lantaran sebuah kejadian kelam, yang memaksanya untuk pergi jauh demi menyembuhkan lukanya dan untuk memulai le...