Cerita 3 | Mereka yang Mengintip ke Taman Bunga Para Gadis | FreSha

610 63 17
                                    

[Freya x Marsha]

^
Episode 3
v


Marsha itu ... putih banget, ya?

Benar-benar putih ....

Sangat-sangat putih ....

Pucet malah ....

Marsha cahaya Asia.

Apa kulitnya emang enggak pernah disentuh matahari sama sekali?

Dari kepala sampai kaki ...

Wajah, lengan, betis, jari-jari tangan, paha, rusuk, dada, tengkuk, perut, jari-jari kaki ....

Semuanya putih.

Bahkan rambutnya pun kini ikut berwarna putih. Matanya juga. Bibir. Dinding-dinding kamarnya ... Semuanya menjadi putih!

"Pucet banget, Fre?"

Suara Oniel, yang duduk di sebelahnya, membuyarkan lamunan panjang Freya. Ia terlonjak sedikit dengan detak jantung yang kian cepat, seperti baru saja kepergok melakukan kejahatan. Freya membuka mulutnya, hendak bersuara, tapi tak ada apa pun yang keluar. Oniel menatapnya penasaran sambil tetap menyeruput pop mie di tangannya. Mereka sedang berada di backstage sekarang.

Freya menggelengkan kepala, lalu mengeluarkan desahan panjang. Bungkam, mengabaikan Oniel yang masih menatapnya dengan bingung sedari tadi. Freya menenggelamkan wajahnya ke dalam telapak tangan.

Kacau. Benar-benar kacau!

Sudah tiga minggu sejak kejadian di rumah Marsha. Sudah tiga minggu pula ia mengabaikan sahabatnya itu. Freya bersyukur dengan padatnya jadwal syuting film yang ia jalani, memberinya alasan sempurna untuk menghindar. Dan ia kembali bersyukur, karena teater hari ini, jadwalnya dan Marsha berbeda. Jadi, mereka tidak perlu bertemu.

"Fre, kamu kenapa? Baik-baik aja, kan?"

Freya mengangkat wajahnya, menatap Oniel yang memperhatikan dirinya dengan alis mata bertaut. Freya meneguk ludah, ragu-ragu apakah ia harus bercerita.

Lima belas detik Gadis itu habiskan hanya untuk menatap wajah khawatir Oniel dalam diam, hingga akhirnya ... ia menggelengkan kepala kembali. Mengabaikan Oniel sekali lagi.

"Kamu kenapa sih, Fre? Sakit apa gimana? Hei, ngomong dong!"

Oniel berdecak sambil mengguncang-guncangkan bahu Freya. Kesal, karena pertanyaan-pertanyaannya tidak dijawab dari tadi. Freya sendiri hanya pasrah, menerima perlakuan dari Oniel tanpa mengeluarkan protes sama sekali—yang justru membuat Oniel semakin khawatir. Bukannya tidak mau berbicara, tetapi—

"... Emang apa susahnya sih?"

Itulah yang diucapkan Marsha tiga minggu sebelumnya, yang membuat mata Freya melotot setelah mendengarnya.

Baru saja—benar baru saja—Freya datang dan masuk ke kamar Marsha, dan segera ditodong permintaan nyeleneh dari Gadis itu. Sejujurnya, Freya sudah tahu bahwa hari itu ia akan dihukum karena kepergok ciuman dengan Chika, Mantannya. Tapi setelah dipikir-pikir, kenapa juga dirinya harus menerima hukuman? Dia tidak benar-benar melakukan kesalahan, bukan? Tapi, ini Marsha yang dibicarakan. Kadang hal yang bernama "masuk akal" tidak bisa disangkutpautkan dengan pola pikir polos dan aneh Gadis itu.

"Ta-tapi, Cha ... Ma-masa' kamu nyuruh aku t-telanjang? G-gak mungkin, kan? Ka-kamu bercanda, kan?"

Freya menatap Marsha dan pintu kamarnya bergantian. Ingin sekali rasanya ia melompat dan lari keluar. Namun, sayang, tepat setelah ia masuk, Marsha mengunci pintu kamar dan menyembunyikan kunci itu di saku belakang celana pendeknya. Bulir-bulir keringat dingin membanjiri tubuh Freya. Dan sekarang, kakinya—yang berlutut di atas lantai kamar Marsha—pun terasa kesemutan.

JKT48 (SITUATION)SHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang