Cerita 4 | Kencan yang Damai | ShanDah

211 5 0
                                    

[Shani x Indah]

^
Episode 2
v

Pada suatu pagi yang cerah di kota Jakarta, Indah dan Shani memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di sebuah ruang karaoke yang terletak tidak jauh dari area teater tempat mereka biasanya melangsungkan pertunjukan. Ruang karaoke itu tidak terlalu luas. Namun nyaman, dengan dinding berlapis panel kedap suara berwarna hitam dan abu-abu, serta karpet tebal yang membuat langkah kaki nyaris tak terdengar. Di sudut ruangan, sebuah layar datar besar menampilkan lirik-lirik lagu yang akan dinyanyikan, sementara lampu neon warna-warni berkedip mengikuti alunan musik. Sofa kulit cokelat tua membentang di sepanjang dinding, sempurna untuk bersantai.

Di tengah ruangan, meja kecil dipenuhi katalog lagu, remote control, dan beberapa minuman ringan yang sudah dipesan. Suasana remang-remang dari lampu neon membuat ruangan terasa intim namun tetap ceria.

Penampilan kedua sejoli itu tampak anggun dan berkelas. Indah mengenakan dress hitam sederhana namun elegan, rambutnya ditata rapi dengan kunciran agak tinggi, menambah kesan modern. Di sampingnya, Shani tak kalah menawan dengan blouse putih berpadu rok panjang, memberikan kesan dewasa dan tenang. Rambut cokelat bergelombangnya dibiarkan tergerai bebas, menambah pesona kecantikannya yang natural. Mereka terlihat seperti dua wanita karier yang baru saja selesai menghadiri acara formal-betul-betul kontras dengan pilihan lagu mereka yang ... tidak biasa.

Indah, untuk sebuah alasan yang tidak jelas, ngotot memilih menyanyikan lagu yang bahkan tidak ada di mesin karaoke.

"Masukkan lagu 'Buang semua skibidi'," pintanya dengan penuh percaya diri, membuat petugas karaoke kebingungan dan harus meng-input lagu tersebut secara manual.

Begitu lagu dimulai, Indah langsung bernyanyi dengan semangat membara. "Buang semua skibidi!" suaranya menggema, mengabaikan sepenuhnya citra dewasa yang biasanya ia jaga.

Shani, sang kekasih, hanya bisa tersenyum kecil, bertepuk tangan menyesuaikan irama sambil menggelengkan kepala. Dia tidak benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi, tapi antusiasme Indah begitu menggemaskan.

"Antara gyatt dan sigma," lanjut Indah dengan semangat yang ceria, seperti anak kecil yang tengah bermain. Melihat antusiasme Indah, senyum Shani semakin lebar.

Tak bisa menahan diri, Shani akhirnya ikut bernyanyi, "Kau bunuh dia impostor," sambil menahan tawa. Dia berusaha mengikuti alur lagu yang semakin absurd, meski gelak tawa sudah hampir tak dapat ia bendung.

"Yang kusebut itu Kai Cenat," jawab Indah sambil tertawa renyah.

Harmonisasi mereka tidak sempurna secara teknis (kacau malah), tapi tawa dan kehangatan yang tercipta membuat semuanya terasa pas. Ruangan kecil itu dipenuhi humor dan melodi aneh yang entah bagaimana terciptanya.

Indah, yang kini semakin terbawa suasana, melanjutkan, "Jelqing-kan aku, Sigma!"

Shani tertawa geli, meski bingung dengan lirik-lirik aneh yang keluar dari mulut sang kekasih. Indah sendiri tampaknya juga tak begitu mengerti, yang ia tahu, ini adalah parodi dari lagu salah satu band terkenal yang liriknya diganti dengan bahasa gaul (?) remaja zaman sekarang.

"Dia bukan mewing-ku!" teriaknya lagi, suaranya menggema di ruangan karaoke yang cukup sempit.

"Biarkan Fanum!" serunya.

"Fanum!" sahut Shani, yang semakin terbawa suasana aneh itu.

Indah memang tidak pernah mendengar lagu ini sebelumnya secara langsung. Semua ini gara-gara Gendis dan Greesel-dua adik generasinya-yang setiap hari tak henti-hentinya menyanyikan lagu tersebut dengan volume yang hampir selalu mengganggu. Lama-lama, Indah jadi hafal tanpa sadar. Sekarang, ia seperti mengeluarkan lirik-lirik itu secara otomatis, seolah sudah tertanam di kepalanya.

"Taxing aku ... Lookmax-kan aku, Sigma! Dia bukan mewing-ku!"

Shani terkikih, merasa bingung sekaligus terhibur dengan semangat yang ditunjukkan kekasihnya. Menurutnya Indah benar-benar imut sekarang.

"Biarkan Fanum!" lanjut Indah, suaranya semakin lantang.

"Fanum!" Shani kembali menyahut, kali ini dengan lebih percaya diri.

"Edging, aku!" seru keduanya, menutup lagu yang semakin absurd ini dengan nada tinggi. Kedua gadis itu akhirnya tertawa lepas, merasa puas.

Yah, hari ini pun, pasangan ShanDah menjalaninya dengan bahagia.

Mereka terus melanjutkan karaoke dengan semangat yang tak kunjung padam, beralih ke lagu "Brainrot"-sebuah istilah yang sering digunakan oleh Gendis-berikutnya.

>>Bersambung<<

JKT48 (SITUATION)SHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang