1

764 73 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


✨✨✨







Dengan tenaga yang belum pulih, Eli mencoba untuk mengobati suaminya sendiri. Karena Eli enggan untuk meminta tolong, apalagi melihat kilas balik kekacauan yang berasal dari kelakuan suaminya. Tentu tidak ada satu pun yang akan membantu.

Tak terkecuali Muthe.

Anak itu sepertinya enggan untuk berdekatan dengan ayahnya. Terlihat dengan ia yang sedang berada di dalam kamar Christy, bersama si pemilik kamar.

"Aku kambuh lagi?" Mata Eli kembali menatap wajah lebam di depannya. Ia mengangguk, yang membuat Gita menghela nafasnya.

"Sebenarnya itu apa sih? Aneh banget. Tiba tiba muncul." Gita mendesis kala merasakan perih di dahinya.

"Harusnya aku yang tanya begitu. Kamu ada berbuat aneh aneh nggak?" Gita langsung menggeleng dengan cepat. Membantah pertanyaan tersebut.

"Aku anak baik, nggak mungkin aneh aneh," kilah Gita yang mengundang tatapan sinis dari Eli.

"Masa lalu nggak ada yang tahu."

-

Eli membuka pintu kamar Christy secara perlahan. Mendapati Muthe yang tengah tertidur di sebelah Christy.

Eli mengedarkan pandangannya. Ruangan yang cukup luas dengan di hiasi oleh berbagai jenis ikan. Baik itu berupa seni maupun biota air.

"Muthe, bangun yuk. Buna mau pulang." Muthe melenguh lalu menggeliat dalam tidurnya. Membuka matanya secara perlahan.

"Bunaa..." Muthe merentangkan kedua tangannya. Meminta Eli untuk menggendong dirinya. Melupakan keadaan Buna-nya yang tidak baik baik saja.

Dengan sisa tenaganya, Eli membawa Muthe, menggendong tubuhnya. 

Eli keluar lalu menutup pintu kamar kembali. Secara perlahan menuruni anak tangga agar tidak terjatuh.

"Kok di gendong? Muthe tidur?" Eli mengangguk dan membiarkan Gita mengambil alih Muthe dari dirinya.

Eli merasakan lelah yang amat sangat. Padahal hanya menuruni beberapa anak tangga.

"Yaudah, aku cari Chika dulu. Sekalian pamit." Gita keluar bersama Muthe di gendongannya. Membiarkan Eli yang menyusul dan langsung menuju mobil.


Melihat keadaan ruang tengah yang sudah kosong, seorang wanita berjalan mendekat menuju sofa. Meraih beberapa helai rambut Eli yang terlepas dari kulit kepalanya, kemudian menyimpannya.

Wanita itu tersenyum, kemudian beranjak pergi dari sana.

"Kamu kira aku akan menyerah, Gita?"

-

"Buna..."

"Buna lagi istirahat, sama ayah dulu, ya?"

Muthe terbangun dan ingin bersama sang bundanya. Saat sampai rumah, Eli berpesan kepada suaminya untuk membawa Muthe ke kamarnya. Sedangkan dirinya akan beristirahat sejenak.

"Aku nggak mau sama ayah," Muthe berusaha untuk melepaskan dekapan sang ayah. Namun tidak bisa. "Ayah jahat!"

"Hei, maafin ayah, ya. Ayah tanpa sadar sudah melukai kamu sama buna." Sakit rasanya saat anak kita tidak ingin berdekatan dengan kita.

Mengenai masalah ini, Gita sudah melakukan segala cara, bahkan sudah tes kejiwaan. Namun hasilnya, semua normal. Tak ada kelainan yang di temukan.

Bukannya menghilang, malah tambah parah. Efek samping nya pun tak begitu terasa di Gita. Pernah suatu ketika, Gita merasakan tubuhnya yang remuk. Seakan semua tulangnya hancur berkeping keping.

Setelah mendengarkan penjelasan, ternyata Gita mengamuk dan menghancurkan semua barang di depannya. Tak terkecuali anaknya. Untung ada Eli yang menahan dirinya.

Gita merasakan tubuh anaknya yang mulai melemah, tidak berusaha untuk melepaskan diri lagi. Dielusnya surai panjang dengan poni itu, memberikan rasa nyaman terhadap anaknya.

Gita pun ikut memejamkan matanya. Memeluk Muthe dengan erat. Beberapa saat berlalu, terlihat Eli yang masuk ke dalam kamar. Mengambil tempat di sebelah anaknya. Ikut merebahkan diri dan memeluk Muthe.

Keluarga Bahagia! Seharusnya.

-

"Ayo, Christy. Ganti baju, setelah itu kita berangkat." Christy menatap jengah sang kakak yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya. Terlihat sudah rapi dengan pakaian kasualnya.

Mata Christy kini beralih ke arah jendela kacanya. Melihat cahaya jingga yang menghiasi kaca tersebut. Lalu kembali melempar atensinya ke arah kakaknya.

"Bentar lagi malam kak. Nggak bisa besok pagi aja?" Christy mencoba untuk bernegosiasi dengan sang kakak. Yang dijawab gelengan olehnya. "Aturannya memang begitu. Ayo cepat!"

✨✨✨

On The Weakness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang