3

477 59 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


✨✨✨






Setelah Chika berteriak seperti itu, tiba tiba saja ada angin yang berhembus kencang dari arah belakang. Membuat bulu kuduk mereka tiba tiba berdiri. Merasakan hawa kegelapan yang semakin mencekam. Membuat Christy berlari menghampiri sang kakak.

"Itu angin apa kak?" Chika masih diam tak bergeming. Menatap waspada di sekitarnya.

Kemudian, di atas meja muncul sebuah buku yang mengharuskan mereka berdua untuk membuka pakaian bagian atas untuk digunakan menutup kedua mata.

"Kok aneh gitu, kak."

"Udah jangan banyak tanya. Tutup mata kamu setelah itu kita pelukan."

Akhirnya mata mereka sudah tertutup dengan baju mereka sendiri. Memeluk tubuh satu sama lain karena merasakan dingin yang menusuk kulit.

"Kakak rasa, sekarang pusatnya di mata,"

"Udahlah kak. Jangan percaya takhayul kayak gitu." Christy mendudukkan dirinya di sebelah sang kakak yang terbaring lemas. Dengan baskom dan juga sebuah kain.

Christy mencelupkan kain tersebut kemudian diperas. Diletakkan di dahi sang kakak yang panas. Kemarin setelah melakukan hal aneh di hutan, secara mengejutkan tubuh Chika melemah. Memaksa Christy dan Chika untuk mengenakan pakaiannya kembali.

"Biasanya juga gitu. Nggak terjadi apa apa kok." elak Chika yang tak mau di salahkan. Sebenarnya ini adalah efek samping dari mantranya yang berhasil ditepis. Jadi Chika sendiri yang terkena.

Christy berlalu untuk meletakkan kembali baskomnya. Malam ini Christy memutuskan untuk tidur bersama sang kakak. Memudahkan dirinya jika sang kakak membutuhkan sesuatu.

"Udah. Sekarang kita tidur. Aku nggak mau lihat kakak kayak gitu lagi." Chika membalas pelukan sang adik dengan erat.

"Cium?"

-


"Memangnya Muthe beneran ngomong kayak gitu?"

Di kamar yang cukup luas, terlihat seorang pria yang baru saja mendapatkan kesadarannya. Di temani dengan sang istri tercinta. Membawakan dirinya air minum serta makanan.

"Kamu sama Muthe udah makan?" Eli mengangguk. Mengarahkan suapan pertama ke mulut sang suami.

Tangan Gita terangkat, membuat Eli langsung menutup matanya. Gita yang melihat reaksi istrinya seperti itu, mengurungkan niatnya untuk menyentuh pelipis Eli.

"Bahkan kamu takut ketika aku menaikkan tangan seperti tadi." Gita menghembuskan napasnya. Meraih gelas airnya kemudian meneguknya hingga tersisa setengah.

"Mungkin ucapan Muthe nggak ada salahnya."

-

"
Shani, ikut ayah ke rumah tetangga sebelah yuk,"

Shani mengerutkan keningnya ketika melihat air muka ayahnya yang berbeda. Ia beranjak dari kursinya lalu mendekat ke ambang pintu.

"Tentang cairan hitam?" Sang ayah mengangguk. Membuat Shani berpikir berulang kali untuk ikut.

Shani berpikir bahwa ini akan menjadi penjelajahan panjang. Karena menyangkut dunia lain. Shani pasrah. Ia mengangguk dan meminta sang ayah untuk menunggunya di ruang tengah.

"Jangan lama Shani. Anak ayah udah cantik, kok."

-

"Mau kemana, Pak?" Seorang warga yang tak sengaja melintas bertanya kepada ayahnya Shani. Pasalnya sangat jarang Shani di ajak keluar oleh ayahnya.

"Saya beserta anak mau ke rumahnya pak Gita, silahturahmi. Sekalian jenguk beliau." Warga itu memberhentikan kendaraannya. Menatap tak percaya dengan tujuan dua orang di depannya.

"Memangnya nggak takut bertamu ke sana?" Ayah Shani menaikkan sebelah alisnya guna menanyakan maksud dari warga tersebut.

"Banyak warga yang bilang kalau hawa di rumah itu kurang bagus. Mereka dibuat nggak nyaman di rumah itu. Mungkin bu Eli kurang melakukan pembersihan di rumah itu."

Warga itu berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Karena di belakangnya terdapat kendaraan roda empat yang hendak melintas.

Meninggalkan Shani beserta sang ayah di pinggir jalan. Memaku langkah kaki mereka. Menggoyahkan iman yang sudah berdiri kokoh sejak tadi.

"Tuh 'kan Yah, mending kita pulang aja." Shani ingin melangkahkan kakinya untuk kembali ke rumah namun ditahan oleh ayahnya.

"Temani Ayah. Takut rasanya kalau sendirian ke sana."


✨✨✨

On The Weakness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang