9

344 45 3
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨









Muthe mengeratkan genggamannya pada jari jemari Christy. Seolah ia tak ingin lepas dan jauh dari Christy. Pasalnya hari sudah malam dan Muthe memutuskan untuk menemani Christy pulang ke rumahnya. 

"Nanti kamu tidur sama aku aja. Bahaya kalau pulang sendiri." Muthe mengangguk. Bahkan ia tak berpikir untuk pulang kembali ke rumahnya. "Christy, kok sepi banget sih. Kamu sering lewat sini?" Christy mengedarkan pandangannya. 

Karena Christy yang tak pernah pulang selarut ini, jadi ia tak mengetahui jika jalanan akan sesepi ini. "Biasanya rame, kok." 

"Nggak mungkin!" sentak Shani. Mata nyalang Shani menatap Chika dengan tajam. Masih terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Chika.

Tubuh Chika bergetar, ingin menarik kembali tubuh Shani ke dalam dekapannya. Namun apa daya, Shani menahan kedua tangan Chika. Seakan meminta penjelasan lebih lanjut. 

"Nggak ada gunanya juga aku jelasin semuanya..." Chika menangis. Membiarkan air matanya luruh begitu saja tanpa bisa menyekanya. "Aku udah mengingkari janji, dan sebentar lagi nyawaku akan jadi penggantinya."

-

Nafas Muthe memburu, begitu juga dengan Christy. Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, akhirnya mereka berdua sampai di rumahnya Christy. 

Di pertengahan jalan tadi, Muthe merasakan ada angin yang bertiup dengan cukup kencang. Membangunkan rasa takut di dalam diri mereka masing masing. 

Merasa keberadaan mereka tidak aman, Christy memutuskan untuk mengajak Muthe berlari dengan kencang. 

Kembali dalam keadaan rumah, lampu tak ada satu pun yang dinyalakan. Membuat Christy beranggapan bahwa kakaknya belum pulang. 

"Tuh 'kan, kak Chika belum pulang." Muthe berdecak sebal sembari mengikuti langkah Christy yang mencari letak saklar lampu. 

Tiba tiba ada bayangan yang lewat begitu saja di balik jendela kaca tersebut. Bersamaan dengan menyalanya lampu ruang tengah.

"Tadi itu apa Christy." Wajah Muthe pucat. Ia sangat jelas melihat sosok hitam tadi melesat melewati jendela tersebut.

Christy menggeleng. Menarik tangan Muthe untuk dibawa masuk ke dalam kamarnya.

"Kak Chika..." gumam Christy di dalam hatinya. Merasakan hawa yang berbeda untuk malam ini. Christy hanya bisa berharap bahwa malam ini berlalu dengan baik baik saja.

"Sayang, kamu merinding nggak?" Seketika Eli menghentikan aktivitasnya di depan cermin hiasnya. Menatap Gita yang sedang mengelus tengkuknya. Melihat itu membuat Eli menjadi parno sendiri. Ia menatap waspada terhadap sekelilingnya. 

"Kamu jangan nakutin kayak gitu dong." Eli beranjak dari duduknya kemudian mendekat ke arah Gita. Merangkul lengannya.

"Tolong kamu jangan kambuh di keadaan kayak gini. Gerak gerik kamu mencurigakan."

Eli mengajak Gita untuk turun ke lantai satu. Memutuskan untuk berdoa bersama untuk menghilangkan rasa khawatir mereka. Meminta perlindungan agar keluarganya selalu dalam keadaan baik baik saja. Terlebih Muthe yang tidak ada di rumah. 

"Jangan terlalu dipikirin. Sekarang kita ke kamar yuk. Kamu istirahat." Eli mengangguk, membiarkan lengannya ditarik dengan lembut.

Namun perkiraan mereka salah. Entah mengapa mereka merasa semakin gelisah dalam tidurnya. Bahkan untuk memejamkan mata saja tidak bisa. 

"Ya Tuhan, ada apa ini," 

-

Di belahan dunia lain. Tepatnya di sebuah hutan magis. Hutan yang minim akan hembusan angin dan juga suara serangga. Tepat di tengah hutan tersebut, ada angin kencang yang berpusar. Menerbangkan dedaunan kering dan ranting ranting pohon.

Dari dalam pusaran angin tersebut, terbentuk sebuah bayangan hitam dengan tanduk panjang. Mata merah yang menyala menandakan bahwa makhluk tersebut sedang marah. 

Ia meraung menengadah. Membuat hewan hewan yang ada di sekitarnya berterbangan kesana kemari. 

"YESSICA TAMARA!"

Makhluk itu merasa di khianati oleh Chika. Akhir akhir ini Chika tak ada menemuinya kembali. Seakan akan membuangnya begitu saja. 

Sesuai dengan perjanjian di awal, ia akan mencari Chika dan mengambil nyawanya sebagai gantinya.


✨✨✨

On The Weakness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang