4

450 57 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



✨✨✨






"Apa yang para warga katakan tentang rumah itu memang benar, Ayah. Shani juga merasakannya tadi."

Saat mereka berdua sampai di rumah tersebut, Shani langsung merasakan hawa yang kurang baik bersemayam di dalam rumah tersebut. Ditambah lagi banyaknya sampah dedaunan di halaman rumah.

"Iya, Shani. Sorot mata pak Gita pun sedikit berbeda."

Mengenai tentang cairan hitam tersebut, ayah Shani sudah menjelaskannya dengan rinci. Mereka terkejut kala mengetahui kain yang digunakan untuk menutup mata Gita meninggalkan bekas hitam.

"Ayah semakin yakin kalau ini ada hubungannya dengan ilmu hitam." Shani memutar bola matanya malas. Beranjak dari duduknya kemudian berjalan ke arah kamarnya.

"Tolong jangan libatkan Shani lagi, Ayah."

-


"Daunnya, bebas 'kan?" Muthe mengangguk. Eli menoleh ke arah halamannya yang masih berserakan dengan dedaunan kering.

"Sini, ikut Buna ke depan." Eli membuka sebuah kantong plastik. Menyerahkannya kepada Muthe. "Buna kumpulin dulu. Nanti kamu ambil, ya? Secukupnya aja."

Muthe memperhatikan Buna nya yang sedang menyapu. Memegang erat kantong plastik tersebut. Itu akan digunakan untuk tugas praktek di sekolah Muthe.

"Segini cukup, Muthe?" Muthe mendekat dengan kantong kreseknya. "Udah Buna, segini aja." Muthe memasukkan daun kering itu dibantu dengan Eli.

Tiba tiba jari jemari Muthe menyentuh sebuah kain berwarna putih kecoklatan. Seperti kain yang terkena tanah.

"Buna, ini apa?"

Merasa menemukan benda yang aneh, Eli beserta Muthe memutuskan untuk membakarnya bersama sampah dedaunan tersebut. Mereka tak terlalu memikirkan tentang benda tersebut.

Sedangkan Gita di halaman belakang sedang menyusun pot bunga milik istrinya. Mereka semua membagi tugas untuk membersihkan rumah mereka.

Setelah kedatangan ayah Shani dan juga Shani ke rumah ini, akhirnya mereka mengikuti saran dari mereka. Mencoba untuk membersihkannya secara perlahan.

Gita menukikkan kedua alisnya ketika ia menemukan benda yang aneh, lagi. Namun kini bukan berupa bungkusan kain, melainkan suatu benda yang berbentuk aneh. Yang sepertinya terbuat dari logam atau besi.

"Aneh semua yang ada di rumah ini."


-


"Hey, adek. Kamu nggak apa apa?" Christy menggeleng sembari menepuk nepuk di area lukanya. Ia terjatuh karena ada kucing hitam pekat yang tiba tiba melintas di depannya.

"Aku nggak apa apa kok, Kak." Christy berdiri kemudian mengangkat sepedanya. Kemudian orang yang menolongnya itu membantu mengemasi barang milik Christy.

"Nama kamu siapa? Tinggal Deket sini?" Christy mengangguk. "Nama aku Christy kak. Rumah aku deket dari sini kok." Christy meraih kantong kreseknya.

"Nama kakak siapa?" Sembari memandangi wajah cantik tersebut.

"Nama kakak, Shani." Christy mengangguk dan tersenyum.

Akhirnya Christy dan juga Shani berjalan beriringan. Shani berniat untuk mengantarkan Christy ke rumahnya. Karena keadaannya yang juga sedikit memprihatinkan.

"Ini rumah aku, kak." Shani mengangguk. Netranya menatap lekat ke arah rumah Christy. "Deket ya, rumah kakak nggak jauh dari sini kok."

Shani enggan untuk mampir, padahal sudah ditawarkan. Shani merasakan ada hawa aneh yang menghuni rumah tersebut. Ia tak berani untuk masuk ke sana.

Akhirnya ia meninggalkan Christy yang perlahan masuk ke rumahnya. Shani juga sempat bertanya mengenai siapa saja yang tinggal bersama Christy.

Katanya ia hanya hidup dengan kakak tercintanya. Kedua orang tuanya sudah meninggalkan mereka untuk selama lamanya.

"Aku harus tanya ayah, secepatnya."

-

"Christy, ya?" Ayah Shani dan juga Shani mengangguk. Mereka berdua menanyakan tentang Christy dan juga kakaknya kepada Eli.

"Mereka itu teman saya, kok. Malahan saya anggap seperti adik sendiri." Shani dan juga ayahnya saling pandang. Merasa ada yang aneh dari ucapan tersebut.

Karena hawa itu terasa sama dengan hawa yang berada di rumah ini. Jadi, Shani merasa rumah ini dengan rumah Christy ada hubungannya.

"Bisa kita berkunjung ke rumahnya, sekarang?"


✨✨✨

On The Weakness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang