XII. D-Day

268 31 10
                                    

Liming bangun pagi-pagi sekali, tentunya dengan keberadaan North disampingnya yang setia memeluk dirinya semalaman. Liming nggak habis pikir, North ini punya apartemen yang lebih mewah dan mahal pokoknya lebih lebih deh. Tapi malah milih tinggal sama Liming? Mana nggak pake persetujuan dari yang punya apartemen, tapi ya Liming udah nggak protes. Awalnya sih ya ngomel, dia mah sebenernya takut diterkam aja sih.

Tak lama setelah menyadarkan dirinya terlebih dulu, Liming menyingkirkan tangan North. Yang dibegitukan nggak bergeming, menurut dan tetap berada di mimpinya. Liming membersihkan tubuhnya dulu, mengenakan pakaian yang layak. Celana jeans bersama kaos putih polos.

Setelah selesai, baru dirinya bekerja keras membangunkan North. Demi apapun yang ada di bumi, membangunkan North lebih susah daripada membuatnya tidak menerkam Liming tadi malam.

"North! Bangun bangsat, lo mau gue tinggal aja? Hah?!" Ucapnya sembari terus menepuk pipi North.

Liming kehabisan akal, akhirnya ia menyerah dan hendak beranjak pergi. Pikirnya mungkin ia akan membangunkan North mepet jam keberangkatan aja. Namun tangannya dicekal dan ditarik begitu saja membuat dirinya hilang keseimbangan lantas jatuh diatas tubuh North. Yang lebih tua membuka matanya, tersenyum dan mencuri kecupan di bibir Liming menyadari wajah mereka sangat-sangat dekat.

"Selamat pagi, sayang."

Liming masih tidak bergeming, pandangannya terpaku. Bahkan ia juga tidak menyadari bahwa kini pipinya sudah semerah kepiting rebus. Merasa gemas, tangan North yang menganggur dibuat memegang tengkuk Liming dan mendorongnya maju. North tersenyum kecil sebelum keduanya larut dalam ciuman panas di pagi hari. Masih pagi udah nggak senonoh aja. Liat tuh, liat.. dasar anak muda!

Bahkan sekarang North sudah berada dalam posisi duduk menyandar pada head board dan Liming berada di pangkuannya, memejamkan mata menikmati cumbuan belah bibir North. Tangannya terkalung apik di leher North, dan tangan North mulai menggerayangi bagian dalam dari kaos Liming. Liming juga nggak segan segan menggesekkan pinggulnya dibawah sana membuat North semakin naik libidonya seolah diberi lampu hijau.

Tring....tringggg..trringgg..

Keduanya masih sibuk dalam cumbuan. Namun ponsel Liming pun tidak mau diam, akhirnya ia raih ponselnya yang sedaritadi sebenernya menjadi saksi bisu antara keduanya. Tidak menghentikan aksi North, Liming dibiarkan lepas bibirnya namun tidak dengan tubuhnya. Justu North memilih untuk menggerayangi leher Liming yang senantiasa memberikan akses. Ada apa dengan Liming hari ini?

"WOI, LIAT JAM COK! KITA SEMUA UDAH DI BANDARA!"

"Mmh- hm? Bukannya jam 9 flightnya?" Balas Liming disertai lenguhan yang tertahan akibat sentuhan tangan panas milik North ditubuhnya.

"Si goblok, gak liat grup ya? DIUNDUR BEGO JADI JAM 8!"

"HAH?!" Liming reflek berteriak sembari mendorong kepala North menjauh. Diliatnya jam di dinding belakang North. Pukul 7.23 tertera disitu. Matilah dia.

...

"NAH, yang ditunggu akhirnya dateng juga," Sarkas Ravic.

"Asik ngapain sih lo berdua hah sampe ga liat grup gitu?" Nawin menambahi.

Sedangkan yang tertangkap basah cuma beradu tatap kemudian mengedikkan bahu mereka acuh. Untung mereka nggak telat, sampai di Bandara udah mepet banget mepet. Jam 7.51 mereka nyampe disitu. North bahkan nggak sempet mandi cuman bisa gosok gigi doang, untung tetep ganteng dan wangi.

Mereka akhirnya masuk ke pesawat yang bakalan bawa mereka ke pulau sebelah diujung sana. Mereka ternyata dipesankan tiket yang first class. Isinya untuk dua orang-dua orang. Tin sama Allan, Ravic sama Winny, udah jelas lah si Liming sama North, Avi sama solmetnya si Wintang, yang terakhir Archen sama si Mark. Udah satu ruangan isinya cuma mereka. Duh, yang holkay emang beda ya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GENIUS - GEMINIFOURTH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang