1.bukan harapan

452 11 5
                                    

Basmalah gralind nama gadis cantik pemberian ibunya. Kini dia berusia 7 tahun hidup dengan ayahnya yang keras karena sang ibu meninggal saat melahirkan nya. Dibesarkan dalam kebencian ayahnya yang mendalam mala kerap mendapatkan perlakuan kasar dari roni ayahnya.

Sejak dulu ayahnya menginginkan anak laki-laki namun istrinya justru melahirkan anak perempuan, kebenciannya bertambah besar saat adel istrinya meninggal karena pendarahan hebat saat melahirkan mala.

Tidak pernah sekali pun ayahnya memanggilnya dengan sebutan kasih sayang ataupun memanjakan nya seperti anak lainnya ia hanya menyebutnya anak manja dan pembawa sial. Sejak kecil mala hidup dengan ketidaknyamanannya karena keinginan dan obsesi ayahnya yang menginginkan anak laki-laki, ia selalu berpakaian seperti anak laki-laki dan memiliki mainan anak laki-laki ia melakukan hal itu demi memuaskan keinginan sangat ayah.

Suatu hari ayahnya menikah dengan seorang perempuan janda yang memiliki seorang anak laki-laki berumur 3 tahun. Awalnya dia berpikir ibu tirinya akan berbuat baik dan menyayangi nya namun sebaliknya ibu tirinya terus menyudutkan nya dan memperlakukan nya lebih keras dari sang ayah ditambah lagi dengan perlakuan ayahnya yang seolah tidak pernah memiliki anak perempuan, mala.

Suatu hari mala pulang ke rumah dengan baju kotor dan masuk ke rumah. "Dari mana saja kamu?" tanya roni dengan tatapan dingin seolah menghakimi secara diam.

"Aku habis main, ayah" jawab mala dengan gugup.

"MAIN, MAIN, MAIN!! ITU AJA YANG ADA DI OTAK KAMU!"

Mala tersentak dengan suara keras ayahnya dan mundur perlahan.

Roni mendekati mala dan memegang wajah nya dengan keras. Roni sangat kesal tangannya geram hendak menampar wajah dari bocah berumur 7 tahun itu. Mala menatap mata ayahnya seolah memohon, roni terdiam menatap mata mala ia masih bisa melihat adel di mata mala orang yang paling dia cintai tapi kebencian menutup mata hatinya sehingga roni tetap menampar mala dan membiarkannya tergeletak tidak sadar kan diri di ruang tamu.

Keesokannya mala terbangun masih di ruangan yang sama ia bersiap untuk berangkat sekolah dan berlari menghampiri temannya di luar, dia adalah Raden Rakha Daniswara Putra. Dia langsung duduk di boncengan sepeda rakha "berangkat langsung" ucap mala dengan sedikit terburu-buru.

Rakha langsung mengayuh sepeda nya menuju sekolah. "Dipukul om roni lagi?" tanya rakha. "Kok kamu tau?"

"Pipi kamu masih merah" ucap rakha dengan tenang. Mala memegang pipinya sambil cengengesan "perhatian banget kamu suka ya sama aku?"

"Aku? Suka kamu? Nggak mungkin lah kamu aja lemah nggak bisa ngelawan"

"Jadi kalo aku udah bisa ngelawan kamu bakal suka sama aku?"

"Iya... Kita lihat aja nanti"

"Yeay! Mala suka rakha" teriak mala.

"Kita masih bocah masa udah ngomong suka suka an"

"Biarin"

Skip time

Mala pulang setelah meletakkan sepatu di rak sepatu mala bergegas ke kamarnya tapi tiba-tiba ayahnya keluar dari kamarnya dan menarik tangannya secara kasar dan mendorongnya kepada sepasang suami-istri mereka adalah dila dan beni yang merupakan saudara ibunya. "Bawa anak ini jauh jauh dari rumah ku jangan sampai aku melihatnya untuk kedua kalinya jika iya aku akan membunuh nya" perkataan ayahnya membuatnya hancur benar-benar hancur. Dila menuntun nya ke dalam mobil dan beni masuk ke dalam mobil. Menolak? Hatinya benar-benar hancur tapi dirinya menolak untuk pergi. Mala tidak menyangka hari dimana ia akan meninggalkan rumah terjadi, dila memeluk nya seolah mengerti apa yang dirasakan oleh mala, dia mencium rambut mala. "Kamu sekarang akan tinggal bersama paman dan bibi ya sayang?" ucapnya dengan lembut.

Mala hanya diam air matanya menumpuk di pelupuk matanya menahannya untuk tidak keluar lagi untuk tidak menangis ayahnya yang bahkan dengan tega dan kejam membuangnya seolah dia adalah sebuah robekan kertas dengan kotoran didalam nya.

Ia benci, benar-benar membenci ayahnya mulai hari ini dan seterusnya dia benci ayahnya benci mendengar namanya dan benci dengan semua hal yang berhubungan dengan ayahnya itu. Ia kesal, tidak pernah sedikit pun ayahnya mengerti tentangnya tentang ketidaknyamanannya dan segalanya. Ia iri, dengan adik tiri nya yang langsung mendapatkan fokus dan perhatian dari ayah yang selama ini mala berusaha untuk mendapatkan semua itu gagal hanya karena dia bukan harapan ayahnya.

Mala menatap dila yang masih memeluk nya dan melunak ia membalas pelukan dila dan menangis sejadi-jadinya. Beni memukul stir mobil dengan kesal ia geram dengan roni dia tidak mengerti jalan pikirnya sehingga memperlakukan mala dengan buruk bahkan ia tidak akan melakukan hal jahat itu kepada binatang.

Ia menatap mala dan dila yang sedang berpelukan melalui kaca mobil dan menenangkan emosinya.

"Kita pindah"

Dua kata yang keluar dari mulut beni yang membuat mala sedikit senang sekaligus sedih. Dila menatap mala dan mencium wajah mala. "Bibi tahu ini berat tapi mala nurut ya bibi dan paman akan memperlakukan mala dengan baik, bibi janji" ucap dila sembari menunjukkan jari kelingking nya berharap mala akan menyematkan jari kelingking nya juga. Mala tersenyum dan menyematkan jari kelingking nya.

Dila tersenyum bahagia dan memeluknya lebih erat.


-end-


.

.

.

.

.






WAIT! CUMA SEGINI AJA NIH?! nggak dong masih panjang kok ceritanya ikutin aja alurnya nanti juga paham wkwk segini dulu dari saya terimakasih dan wassalamualaikum

beautiful boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang