Pandangan Jungwon jatuh pada salah satu toko roti yang berada di tepi jalan. Ia merogoh sakunya, dan mendapati beberapa uang lembar di sana.
Setelah beberapa saat merenung, Jungwon akhirnya memilih untuk menyebrang jalan, menuju toko roti yang sejak tadi ia pandangi.
Kakinya melangkah tanpa ragu, dengan hatinya yang terasa senang.Memasuki toko itu, aroma wangi berbagai macam roti masuk kedalam indra menciumannya.
"Selamat datang, mau pesan yang mana?" sambut salah satu pelayan yang bertugas.
Jungwon tersenyum. "Kak, saya mau beli donat oreo satu, dan donat tiramisu satu"
Pelayan tersebut mengangguk, lalu dengan cekatan membungkus apa yang sudah Jungwon pesan. Setelah terbungkus, dua donat itu diserahkan kepada Jungwon yang juga menyerahkan beberapa lembar uang kepada si pelayan.
"Terimakasih, jangan lupa datang kembali."
Merespon dengan senyuman, Jungwon lalu berjalan keluar dari toko itu, kembali melanjutkan perjalananya untuk pulang ke panti.
Sepanjang jalan, senyum bahagia terukit di bibir indahnya. Ia tidak sabar untuk kembali ke panti dan menemui salah seorang temannya.
Begitu sampai di depan pintu, Jungwon melepaskan sepatunya lalu meletakkannya di rak dalam. Ia lalu berjalan ke kamarnya.
"Jungwon sudah pulang?"
"Eh? Iya, kak Nicho. Jungwon udah pulang."
Si lawan bicara tersenyum. Nicholas, adalah teman satu kamar Jungwon.
"Yaudah, ganti baju terus makan siang ya? Kakak udah sisain satu piring buat kamu. Ada di lemari dapur bagian atas."Jungwon mengulas senyumannya lalu mengangguk. "Terimakasih, kak Nicho."
"Sama-sama"
Percakapan singkat itu berhenti ketika Jungwon memutuskan untuk melaksanakan perintah dari yang lebih tua, untuk mengganti baju lalu makan siang.
Setibanya di dapur, Jungwon segera mengambil jatah makanannya yang sudah diambilkan oleh Nicholas, lalu memakannya dengan lahap. Setelah selesai, Jungwon langsung mencuci piringnya, lalu menempatkannya di rak piring. Ia juga mengambil satu wadah yang sedikit lebih lebar. Bentuknya seperti piring, namun tidak memiliki cekungan.
Jungwon membawanya kedalam kamar. Kembalinya kehadiran Jungwon, membuat atensi Nicholas teralihkan. Lalu menatap teman sekamar yang bahkan sudah ia anggap sebagai adiknya itu dengan sedikit bingung.
"Buat apa?" tanya Nicholas, menunjuk wadah yang Jungwon bawa.
Jungwon tak langsung membalas. Alih-alih membalas pertanyaan Nicholas, Jungwon justru menutup mata milik yang lebih tua dengan telapak tangannya.
"Jangan buka mata sebelum aku suruh, ya?"
"Loh? Kenapa?"
"Kak Nicho nurut aja."
Akhirnya Nicholas hanya mengangguk pasrah.Jungwon tersenyum puas, lalu dengan telaten mengeluarkan dua buah donat yang dibungkus dari dalam tasnya. Dikeluarkan donat itu dari dalam bungkus, lalu di letakkan diatas wadah yang sudah ia ambil tadi.
Setelahnya, ia mengambil sebuah lilin ulang tahun kecil dari dalam kotak pensilnya, lalu menyalakannya dengan korek yang terletak di atas meja belajar miliknya.
Setelah siap, Jungwon berjalan mendekat kearah Nicholas yang masih setia menutup matanya.
"Buka sekarang."
Nicholas kembali menurut. Membuka kedua netranya dengan perlahan, dan langsung dihadapkan dengan dua buah donat yang ditancapi lilin kecil.
Matanya menatap Jungwon dengan terkejut juga bingung."Selamat ulang tahun, kak Nicho. Maaf ya, Jungwon cuma bisa kasih ini. Kapan-kapan kalau uangnya udah banyak, Jungwon belikan kado buat kakak. Semoga kakak sehat dan bahagia selalu ya? Tetap menjadi kak Nicho yang aku kenal." Jungwon berucap dengan tulus, ditambah dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat, membuat lengkungan indah.
Nicholas ikut tersenyum. Ia terharu, sekaligus bahagia. Kepalanya mengangguk pelan. "Nggak perlu minta maaf, ini aja udah lebih dari cukup buat kakak. Terimakasih banyak, Jungwon... Seharusnya nggak perlu se-repot ini."
Jungwon menggeleng. "Ini nggak repot! Lagian ulang tahun aku kemarin, kakak juga ngelakuin hal yang sama."
Nicholas tertawa gemas. "Iya, pokoknya makasih banyak."
"Sama-sama. Sekarang kak Nicho buat harapan, terus tiup lilinnya."
Nicholas mengangguk lalu menutup kembali netranya. Mengucapkan beberapa harapan dan doa dalam hati.
'Tuhan, berikan aku dan Jungwon kebahagiaan dan kesehatan.'
"Sudah? Sekarang tiup lilinnya."
Nicholas kembali mengangguk, lalu meniup pelan api yang menyala di lilin kecil itu. Setelah padam, Nicholas kembali menatap Jungwon dengan senyumannya.
"Ayo makan bareng."
"Enggak, aku beliin donat buat kakak. Kakak aja yang makan."
"Nggak bisa gitu, kamu harus makan, kakak nggak mau tau!"
Akhirnya Jungwon hanya mengangguk pasrah, setelah Nicholas memberikan beberapa bujukan, dan ancaman akan marah jika Jungwon tidak mau.
Sore menjelang malam itu, mereka habiskan dengan memakan donat dan berbincang ringan hingga larut malam, mengingat besok adalah akhir pekan.