Pagi hari, seperti hari biasa di akhir pekan. Seluruh penghuni panti akan melakukan kerja bakti. Kecuali yang masih berumur bayi tentunya.
Mereka membagi tugas, ada yang menyapu panti, mengepel, membersihkan halaman depan ataupun belakang, bahkan juga samping, juga memasak.
Semua bergotong royong dengan senang hati. Bahkan beberapa kali mereka mengerjakan dengan diselingi candaan.
Tak terkecuali Jungwon yang saat ini mendapat bagian membersihkan halaman panti bagian depan dengan empat orang lainnya. Mereka menyapu daun-daun kering yang berjatuhan di halaman panti mereka, menyirami tanaman hias, dan apapun yang dapat mereka kerjakan untuk membuat halaman itu tampak bersih.
Asik dengan lontaran candaan dan pekerjaan yang mereka lakukan, tiba-tiba sebuah mobil putih yang terlihat mahal terparkir di gerbang luar panti. Kelima anak itu sontak berhenti dari pekerjaan mereka, lalu berkumpul berdempetan di dekat pagar masuk.
Decakan kagum keluar dari beberapa anak itu kala mendapati orang yang menaiki mobil keluar. Penampilan mereka jelas penampilan orang kaya.
Dua laki-laki dewasa, dan dua anak laki-laki yang sepertinya anak dari pasangan itu."Permisi, boleh kita masuk?"
Lamunan mereka buyar saat suara berat itu mengalun. Sontak mereka mengangguk dan langsung sedikit menjauh agar tidak menghalangi jalan.
"Kalian ini, anak panti sini?" tanya salah satu laki-laki dewasa itu.
Jungwon mengangguk mewakili teman-temannya. "Iya. Kami anak panti sini. Kalau boleh tau, ada perlu apa?"
Belum sempat menjawab lontaran pertanyaan Jungwon, ibu panti sudah terlebih dahulu muncul diambang pintu. "Loh? Ada tamu? Kenapa nggak di suruh masuk?"
Atensi mereka tertuju pada ibu panti.
Setelah agak menyipitkan mata, ibu panti terkejut, lalu dengan cepat menghampiri mereka."Eh, Tuan. Mohon maaf, mari masuk."
Keduanya mengangguk dengan senyuman yang ramah. Setelah ibu panti membawa orang-orang itu untuk masuk, kelimanya masih diluar sambil saling tatap menatap.
"Siapa?"
"Nggak tau."
Setelah setiap sudut dari tempat tinggal mereka bersih, para anak panti berkumpul di taman belakang bangunan yang mereka anggap rumah. Semua duduk dengan formasi melingkar, dan tepat ditengah lingkaran yang mereka buat, terdapat nasi serta lauk pauknya.
Makan bersama setelah melakukan kerja bakti sudah sering kali mereka lakukan. Dan rasanya adalah sebuah rutinitas, yang mana jika di lewatkan akan terasa aneh.
Walaupun tak ada satupun dari anak panti itu yang memiliki hubungan darah, tapi hubungan mereka sudah seperti saudara kandung yang saling menyayangi. Tak ada keributan yang benar-benar serius, tak ada yang saling memojokkan. Rukun. Adalah kata yang tepat untuk mereka.
Berterimakasih juga kepada ibu panti yang baik hati, dan tidak membedakan mereka sama sekali. Tidak ada yang terlalu disayang, tidak ada juga yang kurang disayang. Semua terbagi rata.
"Anak-anak, kalau makanannya udah selesai, masuk ya? Ada tamu yang pengin ketemu kalian. Kalau bisa, segera."
Mendapat intruksi dari ibu panti, mereka mengangguk serempak dan cepat-cepat menghabiskan sarapan.
Tak terlalu lama hingga akhirnya semua anak panti berkumpul di ruang tamu yang saat ini terlihat cukup penuh karena semua berkumpul disana.
"Nah, anak-anak, beliau-beliau ini adalah donatur panti asuhan kita sekarang. Mereka juga yang sering kali ngasih kita makanan, atau mungkin baju. "
Penjelasan dari ibu panti membuat mereka mengangguk paham. Lalu secara kompak, mereka mengucapkan terimakasih kepada donatur panti asuhan mereka.
"Terimakasih..."
Jawaban kompak dari mereka membuat pasangan yang diketahui sebagai donatur panti ini tersenyum hangat.
Suasana ruang tamu nampak menyenangkan dan hangat. Hingga Jungwon mendapat sebuah pesan dari ponsel yang ia beli dengan uang hasil mengumpulkan sendiri.
Jungwon beringsut mendekat kearah ibu panti lalu membisikkan sesuatu.
Pemandangan itu juga tak lepas dari penglihatan si donatur dan anaknya.Ibu panti mengangguk setelah mendengar apa yang dibisikkan oleh Jungwon. "Hati-hati. Jangan pulang kemaleman ya?"
Jungwon mengangguk setelah berpamitan kepada ibu panti, dan diam diam menghilang dari ruang tamu itu. Sengaja tidak berpamitan dengan yang lain karena tampak sibuk. Jadi sebisa mungkin Jungwon pergi dengan perlahan agar tidak ada yang menyadarinya.