"Gimana? Masih lemes? Atau ada yang sakit?"
Jungwon menggeleng. "Masih sakit sedikit bagian lukanya aja kok, paman."
"Syukurlah. "
"Paman, terimakasih banyak. Maaf merepotkan..."
"Seungcheol."
"Huh?" Jungwon menatap dengan bingung.
"Nama saya. "
Lalu setelahnya Jungwon mengangguk dengan senyuman.
"Terimakasih, paman Seungcheol.""Sama-sama. Oh iya, ini anak saya."
Seungcheol menarik anaknya mendekat. Lalu berbisik. "Kenalan.""Gue Sunghoon."
"Aku Jungwon, kak. Terimakasih juga ya... Maaf karena mengantarku kerumah sakit, kak Sunghoon nggak jadi pergi sekolah."
"Nggak usah minta maaf. Sunghoon pasti lagi bahagia sebenernya. Iya kan, kak?" tanya Seungcheol, menatap Sunghoon dengan mata yang sedikit memincing.
"Iya." jawab Sunghoon singkat. Toh memang begitu kenyataannya.
Jungwon tertawa kecil. Diam-dia merasakan sedikit rasa iri ketika melihat interaksi antara ayah dan anak itu. Jungwon juga ingin.
"Paman, saya boleh pulang sekarang?"
"Eh? Memang sudah nggak lemas?"
Jungwon menggeleng pelan.
"Udah nggak.""Tapi nanti kalau di panti, kamu bisa jamin ada yang mengurus?"
"Saya bisa ngurus diri sendiri, kok. Lagian ini cuma luka kecil."
Seungcheol menghela napas pelan.
Entah kenapa hatinya tidak rela untuk mengembalikan Jungwon ke panti dan tidak bisa memastikan akan ada yang merawat sepenuhnya."Kamu di sini saja dulu untuk beberapa hari, sampai lukamu sudah lumayan kering."
"Tapi saya beneran nggak papa kok."
Jungwon tetap kokoh pada pendiriannya. Lagi pula jika ia terlalu lama disini, bagaimana dengan sekolahnya?"Aw!" Jungwon memekik merasakan sakit karena Sunghoon yang tiba-tiba menekan lengannya yang terluka.
"Kak?!" Seungcheol berujar dengan tidak santai.
"Ini yang katanya udah nggak papa?"
Tanya Sunghoon lempeng."Ya kalau ditekan sakit lah!" protes Jungwon.
"Makannya, dirawat aja dulu."
Titah Sunghoon.Ya... Sebenarnya Seungcheol merasa terkejut dengan sikap anaknya yang selama ini sepertinya menjelma menjadi es batu. Tapi kenapa hari ini terlihat sedikit berbeda?
"Nggak mau..." Jungwon berucap lirih.
"Kenapa nggak mau? Kan kalau dirawat bisa cepet sembuh." tanya Seungcheol.
"Saya nggak enak sama paman, juga... Saya mau sekolah."
"Jungwon... Kan sudah saya bilang, masalah biaya, biar jadi tanggungan saya dan kamu nggak perlu mikirin itu. Dan kalau masalah sekolah, paman rasa mereka bisa ngasih pengertian ke kamu."
"Tapi nanti nilai saya turun. Kalau turun, beasiswanya bisa dicabut..."
Oh, sepertinya Seungcheol sekarang paham. Jungwon tak mau jika hanya karena izin tidak bersekolah untuk beberapa hari, menjadikannya tertinggal pelajaran dan berakhir nilainya turun, lalu beasiswanya dicabut.
"Nggak akan. Nurut ya? Paling cuma tiga harian. Nanti paman yang bilang ke ibu panti langsung." Bujuk Seungcheol.
Jungwon menimang sejenak. "Tapi saya nggak enak..."
Seungcheol menghel napasnya. Bingung harus dengan apa lagi agar Jungwon mau dirawat dirumah sakit saja.
"Kalau gitu ganti." Sahut Sunghoon.
Sinta membuat Seungcheol dan Jungwon menoleh. "Gantinya temenin gue jalan kalau lo udah sembuh."
"Papa setuju kalau gitu. Papa kira ganti apaan." Seungcheol mengelus dadanya merasa lega.
"Tapi--"
"Kalau nggak mau, gue anggap lo keterlaluan sih." Potong Sunghoon.
"Yaudah... Mau." Pasrah Jungwon.
Diam-diam Seungcheol mengulas senyum tipis. "Kak, mau tambah adek lagi nggak?"
"Hah?! Apaan?! Mom hamil lagi?!"
Sunghoon reflek sedikit berteriak."Enggak." Sedangkan Seungcheol hanya menggeleng pelan.
"Terus?"
"Nggak jadi."
Larut dalam obrolan keduanya, Jungwon ternyata sudah terlelap. Bahkan setelah sedikit drama perdebatan kecil itu, Sunghoon dan Seungcheol terkejut karena Jungwon yang cepat sekali terlelapnya.
"Terus ini gimana, pa? "
"Nggak gimana-gimana. Kita pulang dulu. Papa juga mau ngabarin pihak pantinya Jungwon. "
"Terus dia gimana? Sendirian?"
"Ntar papa suruh salah satu maid buat jagain Jungwon kesini. Kita pulang dulu aja."
Akhirnya Sunghoon mengangguk.
Keduanya keluar dari ruangan itu, meninggalkan Jungwon yang tengah terlelap."Hng..." Jungwon menggeliat pelan.
Matanya perlahan terbuka, menatap ruangan yang terang karena pencahayaan dari lampu. Dan detik berikutnya Jungwon sadar, ia masih berada di rumah sakit.
"Tuan udah bangun?"
Jungwon menoleh. Kerutan tipis muncul di dahinya saa mendapati wanita paruh baya yang baru saja menyapanya.
"Siapa?"
"Ah, saya salah satu maid dari keluarga Lee. Tuan besar Seungcheol menugaskan saya kemari untuk menjaga tuan Jungwon."
Jungwon mengangguk. "Maaf ya merepotkan. Tapi saya udah baik-baik aja kok. Nggak dijagain nggak papa."
"Maaf, tuan. Tapi bibi tidak bisa pergi karena ini perintah langsung dari tuan besar."
"Yaudah. Tapi, panggilnya Jungwon aja ya? Jangan tuan. Saya nggak terbiasa, juga merasa nggak pantas."
"Maaf, tapi saya tidak bisa."
"Ha---"
"Jungwon? Gimana keadaannya?! Kenapa bisa sampai kesrempet sih? Katanya kamu juga sengaja ditusuk ya?!" Rentetan pertanyaan dari ibu panti yang baru saja datang membuat Jungwon yang tadinya hendak protes, kembali terdiam.
Haloww