𝟕. 𝐀𝐰𝐤𝐰𝐚𝐫𝐝

94 23 2
                                    

Hujan basahi seisi kota Gangbuk kala itu, langit tumpahkan air matanya begitu deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan basahi seisi kota Gangbuk kala itu, langit tumpahkan air matanya begitu deras. Awan yang gelap menutupi matahari untuk bersinar. Sama seperti gadis dengan rambut yang dikuncir itu, ia tampak lucu dan menggemaskan. Namun kata tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada.

Wajahnya dipenuhi dengan air matanya sendiri, basah, sama dengan keadaan kota Gangbuk. Ia terduduk di sebuah bangku, hugo berwarna merah terbalut rapi di badannya. Sang Ayah mencoba menenangkan anak gadisnya yang masih menangis sesegukan, beda halnya dengan sang Kakak yang melihatnya jauh dari kerumunan.

"Aku sudah berlatih sebisa ku." tuturnya sembari mencoba menahan air matanya yang tak kunjung berhenti, "Iya Ayah tau [Name], kau pasti bisa namun tidak sekarang." jawab lelaki paruh baya yang kerap diipanggil pak Hanseo.

[Name] masih kelas 5 di Sekolah Dasar, memenangkan pertandingan ini merupakan keinginannya sejak dulu. Dan ini adalah kesempatannya untuk bersinar, untuk bisa meraih cita-citanya. Namun ekspektasi kadang tidak sesuai realita bukan? Dengan terpaksa gadis itu harus kalah dengan skor 40 - 37, satu tendangan di kepala pasti akan meloloskannya. Namun takdir berkata lain, waktu telah habis mengharuskan gadis bermarga Seong itu kalah.

Langit seakan-akan mendukung perasaannya saat itu. Ia tak percaya dengan kenyataan yang ada, seandainya waktu bisa diulang pasti dirinya akan berusaha lebih baik. 

Taehoon yang awalnya berada di kerumunan pun datang menghampiri, menatap lumat sang adik, "Kau harusnya bisa lebih baik dari ini." ocehnya yang membuatnya berhasil mendapatkan pukulan dari Hanseo.

[Name] terbangun dari tidurnya, mimpi buruk lagi. "Persetan." gumamnya. Gadis itu mencari ponsel yang ia letakkan di atas nakas untuk mengetahui jam berapa sekarang. Waktu menunjukkan jam 8 pagi, di hari Minggu ia terbangun pada pagi hari, itu bahkan lebih buruk dari mimpi yang ia miliki tadi. Ia mengusap wajahnya gusar, padahal pagi hari itu hening, tidak ada suara tukang yang sedang memotong keramik, ataupun memalu paku, dan lain-lain. Oh hari Minggu yang berharga.

Sudah 1 minggu berlalu sejak kedatangan Hobin di dojang nya. Hampir setiap sore lelaki bersurai hitam itu datang menggunakan pakaian Taekwondo yang kebesaran di badannya. [Name] masih mempertanyakan tujuan lelaki itu datang ke tempatnya yang langsung minta diajarkan Dwi-chagi. Toh Kakaknya menerimanya dengan baik, sepertinya. Jadi tidak masalah.

Gadis itu menuruni tangga dengan pelan, disebabkan pandangannya yang masih simpang siur, bisa-bisa saja ia jatuh terguling melewati tangga, dan pastinya itu bukanlah hal yang lucu, apalagi jika Taehoon melihatnya. [Name] mendengar suara keramaian dari arah barat, terdapat ayahnya dan beberapa anak kecil tengah berlatih di dojang. Iris mata [Eye Color] nya melirik ke meja makan, didapatinya lelaki dengan surai coklat terduduk di sana.

Ia lalu berjalan menghampiri, lalu duduk di hadapan Kakaknya, "Tumben kau bangun pagi." ejek [Name] sembari menuangkan susu ke gelasnya, "Diam kau." jawab Taehoon tak mau ambil pusing, "Hari ini Kak Hobin datang lagi?" tanya [Name] lalu meneguk susunya, "Ga tau, nanti juga dia dateng sendiri."

𝐒𝐞𝐜𝐨𝐧𝐝 𝐒𝐞𝐨𝐧𝐠 || 𝐒𝐮𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐞𝐡𝐨𝐨𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang