"Patah hati bisa dihindari apabila mau berkomitmen untuk saling percaya. Sekarang kalau kuberi rasa percaya ini, kamu sanggup menjaganya? Jujur saja aku tidak berniat untuk patah di ujung nanti. Jadi tolong, jangan sampai mengecewai."
kata Anin, sebagai jawaban dari pertanyaan 'kapan siap jatuh cinta lagi?'
***"Lantas, kalau saat ini aku katakan kamu punya saingan dalam perjodohan, bagaimana pikiranmu, Mas Aga?"
Pertanyaan barusan membawa pria itu tenggelam pada manik mata gadis di hadapannya.
"Jadi, bagaimana?" ulangnya kembali, menegaskan pertanyaan semula yang sukses membuat sang pria terhenyak lama.
Sagara menampilkan senyum tipis di raut wajahnya yang lelah, kemudian setelah menenggak kembali teh yang dituangkan, ia membalas, "Saya percaya persaingan adalah bagian alami dari kehidupan, dan itu hanya akan mendorong saya untuk terus melakukan yang terbaik. Saat memiliki saingan kompeten, saya merasa terdorong untuk meningkatkan kemampuan diri sekaligus berusaha lebih keras untuk mencapai apa yang diinginkan."
"Jawabanmu seperti lagi presentasi," gurau Anin, tak urung tersenyum. "Memangnya apa yang Mas inginkan?"
"Kamu, Anindya."
"Aku butuh keyakinan bahwa hubungan ini akan berjalan dengan baik. Apa yang membuat Mas yakin bahwa kita cocok satu sama lain?"
"Pertanyaanmu seakan minta saya buat presentasi lagi," balas Aga, sengaja menjahilinya. Kontan saja wanita itu tertawa kecil.
"Oke, jadi apa jawabannya?"
"Dua hari ini, tiap bersamamu membuat saya merasa lebih baik dan lebih bersemangat. Saya yakin bahwa kita bisa melewati segala jenis masalah bersama."
"Mas, jujur sama aku, kamu sudah menyiapkan jawaban itu dari jauh-jauh hari, kan?" Anin bertanya dengan tatapan menyelidik.
Sang pria mengangguk jujur.
"Lebih baik punya kesiapan lebih dulu, dibanding kebingungan mencari jawaban. Sama seperti ujian, menghadapi kamu pun begitu."
"Begitu maksudnya apa? Aku terkesan menantang?"
"Begitu maksudnya... saya perlu hapalan di kepala agar tidak berbelit-belit menjawab pertanyaan kamu, Anindya...."
Anin menahan senyum, "Bagaimana jika suatu hari kita menghadapi masalah besar, apa Mas akan tetap ada?"
"Saya merasa sedang wawancara kerja," celetuknya, dibalas Anin dengan kerlingan mata kesal. "Baik, akan saya jawab lagi," timpalnya, tidak mau memperburuk mood wanita itu.
"Saya akan berjuang untuk hubungan ini dan tidak akan menyerah. Kita bisa melewati segala hal bersamaan. Kuncinya dua, komunikasi yang baik dan saling pengertian."
Wanita itu sesaat mengulum bibir, kemudian mengibaskan rambut ke belakang.
"Aku pernah menjalin hubungan asmara saat remaja selama beberapa bulan, jujur hal itu masih sangat membekas. Bukan karena bahagianya, tapi karena sakitnya ketika aku dicampakkan. Karena itu, aku belum pernah berniat jatuh cinta lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Match
RomanceSesungguhnya Aga dan Anin sama-sama enggan dijodohkan. Namun setelah bertemu satu sama lain, Aga mengajaknya berteman. Di lain sisi, Anin malah lebih ingin berkencan. Yuk, intip kisah Mas Damkar dan Mbak-mbak pimpinan divisi IT yang ingin mengenal...