Harusnya ini nyambung ke chapter 5 tadi, tapi kayaknya bagusan dipisah aja :)
***
"Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi semua harapan yang bapak miliki."
kata Sagara, yang beradu tatap dengan seorang Lehmann Salim.
***
Sebagai pasangan suami istri yang telah lama tak berinteraksi, Lehmann dan Utari duduk berjauhan di ujung meja yang seharusnya bisa diisi sepuluh orang. Janji makan malam bersama calon jodoh pilihan masing-masing untuk Anindya seharusnya terlaksana lima belas menit lagi. Namun, baru sekarang mereka berdiskusi tentang bagaimana caranya menyikapi apa pun yang terjadi nanti dengan adil.
"Donald Hong adalah pria yang pantas untuk Anin. Keluarganya terpandang, bibit, bebet, bobotnya jelas. Anin tidak akan sengsara kalau memilih bersama dia."
"Sederhanakan saja ucapanmu dengan kalimat; Anin layak diganti dengan uang. Jangan pikir aku tidak tahu maksud terselubung kalian menjodohkan Donald dan Anin. Mahakeji niatmu tidak pantas dilakukan oleh seorang ayah untuk anaknya."
"Apa bedanya dengan kamu? Siapalah itu yang mendiang ayahmu inginkan untuk berjodoh dengan cucunya, bukankah tak ada gunanya? Orang biasa, hanya cucu dari jenderal TNI zaman dulu, jelas tidak ada untungnya. Setidaknya saya cukup bijak memikirkan masa depan Anin untuk 5, 10, hingga 50 tahun ke depan."
"Menjual anak untuk memperlancar bisnis bukan tindakan bijak, Lehmann."
"Donald Hong sangat pantas bersanding dengan anak saya!"
"Anak aku, Anindya anakku. Kamu bahkan sudah tidak mempedulikan dia beberapa tahun terakhir. Berani-beraninya datang untuk sekadar merenggut kebahagiaannya dengan sebuah perjodohan paksa."
"Sekali lagi saya tanya, Utari, apa bedanya denganmu? Kamu juga menjodohkannya dengan orang asing."
"Setidaknya aku dan Sasmi membiarkan anak kami saling mengenal terlebih dahulu, membiarkan mereka merasakan kedekatan secara alami, untuk kemudian membuat keputusan apakah setuju untuk menikah atau tidak. Di antara kami tidak pernah ada paksaan, kami hanya menjodohkan, untuk urusan diterima atau tidaknya, biar mereka yang menentukan. Kamu seharusnya juga bertindak seperti itu. Donald orang baik, aku tahu. Tapi yang menurut kita baik belum tentu baik untuk Anin. Kenapa tidak membiarkannya memilih di antara dua kandidat ini?"
Lehmann diam di ujung sana, tatapan lurus mengarah pada istri yang dalam waktu dekat akan diceraikan. Tentang ucapan Utari, dia benar, tapi Lehmann tidak mau menerima begitu saja. Membiarkan Anin memilih sama saja mematikan api sejak awal, karena Lehmann yakin pilihannya tidak tertuju pada Donald. Bagaimana cara anaknya menatap sang pria, tidak ada cinta sama sekali yang terlihat. Jelas kedekatan mereka sejak kecil menjadikan keduanya sebagai saudara tidak sedarah. Tapi hanya Anin yang begitu, dalam pandangan Lehmann, Donald kentara menyukai anaknya.
Perdebatan ini terpaksa berhenti saat seseorang datang mengatakan salah satu tamu sudah di depan.
Sejurus kemudian, Donald hadir dengan beberapa tas bermerek sebagai buah tangan.
"Selamat malam, Om, Tante. Bagaimana kabarnya?"
Lehmann menyambut dengan tangan terbuka, bahkan ia paling semangat mengajak Donald bicara kemudian. Membiarkan Utari Sasongko duduk resah menanti Anin dan Sagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Match
Roman d'amourSesungguhnya Aga dan Anin sama-sama enggan dijodohkan. Namun setelah bertemu satu sama lain, Aga mengajaknya berteman. Di lain sisi, Anin malah lebih ingin berkencan. Yuk, intip kisah Mas Damkar dan Mbak-mbak pimpinan divisi IT yang ingin mengenal...