02

413 57 1
                                    

Hari ini Raizan sudah diperbolehkan untuk pulang. Ia dan juga sang kakak tengah membereskan barang-barang bawaannya. Dengan tenaga yang belum pulih sempurna, Ia tak ingin membuat sang kakak kelelahan sendiri. Mengingat orang tuanya yang belum juga menampakan dirinya di rumah sakit ini.

"Kak, administrasinya gimana? Ayah sama bunda belum ada ke sini." Callie menghentikan kegiatannya dalam membereskan barang-barang. Ia menoleh ke arah sang adik dengan tetapan yang sendu. Merasa kasihan kepada sang adik yang tak mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya.

"Kamu tenang aja. Kakak udah lunasin semuanya." Raizan tersenyum kemudian mengangguk. Melanjutkan kegiatannya.

Kini mereka berdua keluar dari ruangan tersebut, berjalan menuju ke ruangan dokter Lia.

Setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk, Callie dan juga Raizan melangkahkan kakinya untuk bertemu dan berterima kasih kepada dokter Lia.

"Kak Lulu kemana, Dok?" Lia yang sedang asyik berbincang dengan Callie pun mengalihkan pandangannya. Tersenyum melihat adik temannya yang sepertinya tergila-gila dengan Lulu.

"Dia lagi ada pasien, palingan sebentar lagi selesai. Mau ditunggu?" Ucap Lia dengan nada riangnya. Dan tentunya disambut dengan baik oleh Raizan.

"Mau Dok. Mau banget!"

Senyum Raizan merekah ketika mendapati Lulu yang memasuki ruangan dokter Lia. Lulu yang menyadari keberadaan anak itu pun hanya bisa menghembuskan nafas dengan pasrah. Lia pun telah kau melihat ekspresi wajah Lulu yang seperti itu.

"Callie, sini ikut aku ke ruangan pasien. Biarin mereka berdua di sini." Seakan memberikan kode kepada Callie, Lia pun mengajak Callie untuk pergi dari ruangannya. Melangkahkan kakinya menuju ke ruangan yang dimaksud.

"Hehe, hai kak Lulu." Raizan mengikuti langkah Lulu yang berjalan menuju ke sebuah sofa. Mendudukkan dirinya di sana karena merasakan tenaganya yang terkuras. "Iya. Kenapa Raizan?"

"Aku udah mau pulang nih. Mau pamitan sama kak Lulu," sedari tadi Raizan tidak melunturkan senyumnya. Merasa senang dan juga beruntung dapat bertemu dengan seorang suster yang cantik seperti Lulu.

Lulu pun kemudian mengangguk. Memberikan beberapa pesan kepada Raizan ketika sudah berada di rumah. Seperti tetap meminum obat sesuai anjuran yang diberikan. Kemudian beristirahat yang cukup dan juga banyak minum air putih.

Raizan pun hanya mengangguk ketika Lulu mengucapkan itu. Setelah itu Raizan mengeluarkan ponselnya lalu menyerahkannya kepada Lulu.

"Kenapa?" Tanya Lulu sembari menerima uluran ponsel tersebut. "Minta nomornya Kak Lulu. Nanti kalau aku kangen biar gampang." Lagi lagi Raizan menampilkan cengirannya kepada Lulu.

Dulu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mulai memasukkan nomor ponselnya. Dirasa sudah benar, Lulu mengembalikan ponsel tersebut kepada Raizan.

"Makasih banyak, Kak Lulu."

Seperti yang diucapkannya tadi, Lia benar-benar mengajak Callie untuk masuk ke sebuah ruang rawat pasien. Ikut memeriksa dan melihat keadaan sang pasien.

Mommy... Mommy..."

Panggil anak itu untuk membangunkan ibunya yang sedang tertidur. Kemudian ibu dari anak itu pun bangun dan melihat keberadaan Lia dan juga Callie.

"Dokter?"

"Permisi ibu, saya hanya ingin memeriksa keadaan anak ibu." Lia mulai mendekat dan memeriksa keadaan tubuh dari anak itu. Lia menganggukkan kepalanya tipis yang menandakan keadaan anak itu sudah semakin membaik.

Dan selama anak itu diperiksa oleh Lia, pandangannya tidak pernah lepas dari keberadaan Callie. Anak itu menatap Callie dengan tatapan kagum. Tatapan yang membuat Callie gelisah dalam posisinya.

Setelah Lia selesai dengan kegiatannya, akhirnya Callie bisa bernafas lega. Callie memperhatikan Lia yang sedang memberikan penjelasan terhadap pasien dan orang tuanya. Setelah itu Lia dan callie keluar dari ruangan itu. Dengan ujung mata Callie yang menatap pasien tersebut.

Suster's BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang