05

332 48 0
                                    

Seorang gadis cantik duduk dalam ruang rawatnya. Menampakkan luar jendela yang berisi beberapa anak kecil yang sedang bermain. Kembali ia mengingat dirinya. Alasan mengapa ia bisa berakhir di rumah sakit ini. Menghembuskan nafas lelahnya. Menginginkan semua ini segera berakhir.

"Ella, kamu udah bangun?"

Fidella Ashelia atau yang sering dipanggil dengan Ella, menolehkan wajahnya ke arah belakang. Karena posisinya yang sedang membelakangi pintu masuk.

"Iya, Mom. Baru aja." Dengan perlahan Ella memutar tubuhnya menghadap ke arah Ashel. Ia melihat Ashel meletakkan beberapa buah buahan yang ia beli.

"Papi mana, Mom?" Belum sempat Ashel menjawab, muncullah sang ayah dari balik pintu masuk itu. Ia tersenyum melihat Ella yang kondisi nya kian membaik. 

Adel, ayah dari Ella mengambil duduk di sebelah sang istri. Mengelus kepala anaknya dengan sayang. "Ella, cepet sembuh ya, sayang. Papi kangen sama kamu yang selalu cerewet tiap pagi." Ashel mengelus lengan suaminya.

Adel kemudian meraih buah buahan yang dibawa oleh Ashel tadi. Ia menawarkan buah tersebut kepada anaknya. "Ella mau buah apa?" Ada banyak jenis buah di dalam keranjang tersebut. Namun pilihan Ella jatuh kepada buah anggur.

---

Raizan menatap keluar jendela dengan pandangan gelisah. Mentari sore yang begitu cerah memanggilnya untuk keluar rumah. Dia merasa semangat yang membara di dadanya, ingin mengeksplorasi dunia luar setelah beberapa hari terkurung dalam rumah sakit. 

Namun, langkahnya terhenti ketika Callie, kakaknya, muncul di depannya dengan ekspresi khawatir."Raizan, kamu mau kemana?" tanya Callie dengan suara lembut namun tegas kala melihat penampilan adiknya yang sudah rapi.

Raizan menggeleng cepat. "Mau keluar sebentar, kak. Aku suntuk di rumah terus." Callie tak habis pikir dengan adiknya ini. Belum ada satu hari ia keluar dari rumah sakit sudah mengeluh suntuk berdiam diri di dalam rumah.

Namun, Callie tetap tidak tergoyahkan sama sekali. "Kamu baru aja sembuh, Raizan. Kamu harus istirahat dulu. Dokter juga bilang gitu, 'kan?"Raizan mendesah. Dia tahu bahwa Callie hanya peduli padanya, tapi hatinya juga keras kepala. 

Raizan mengungkapkan pada sang kakak bahwa dirinya sudah baik baik saja. Lagipula ia hanya ingin keluar untuk bertemu dengan teman temannya sekaligus untuk mencari udara segar. Keduanya saling menatap, keinginan dan kepedulian bertabrakan dalam diam. 

Namun, akhirnya, Raizan menyadari bahwa dia harus mengalah. Raizan akhirnya tidak jadi untuk pergi. Ia lebih memilih untuk mendengarkan ucapan kakak tirinya itu. Raizan kembali ke kamarnya untuk mengganti bajunya. Setelah itu, ia kembali untuk menemui kakaknya. "Kalau gitu aku mau peluk kakak aja." 

Dengan senang hati Callie merentangkan kedua tangannya dan menerima pelukan hangat dari adiknya."Kakak nggak mau kamu dalam masalah, Raizan. Kakak cuma punya kamu di dunia ini." Raizan yang sudah tau arah pembicaraan Callie memutuskan untuk mengeratkan pelukannya. Meminta pada sang kakak untuk tidak melanjutkan ucapannya.



Setelah berpelukan dengan Callie, Raizan merasa hangat di dalam hatinya. Dia memutuskan untuk mengikuti saran Callie dan kembali ke kamarnya untuk istirahat lebih lanjut. Namun, ketika dia duduk di samping meja kecilnya, matanya tertuju pada ponselnya yang tergeletak di atas meja. Sebuah ide tiba-tiba melintas di benaknya.

Raizan mengambil ponselnya dan membuka pesan kepada Lulu, suster kesayangannya. Dengan cepat, dia mengetikkan pesan singkat yang berisi keinginannya untuk berkunjung ke rumah sakit. Raizan merasa keinginan itu kuat di dalam dirinya. Dia merindukan wajah lembut Lulu, yang selalu memberikan senyuman cerah dan semangat baru padanya saat dia merasa sedih atau sakit.

Setelah mengirim pesan tersebut, Raizan merasa antusias. Dia tahu bahwa kunjungan ke rumah sakit akan memberinya kesempatan untuk bertemu dengan Lulu. Namun, dia juga sadar bahwa keputusan itu harus dia bicarakan terlebih dahulu dengan Callie.

Raizan berharap bahwa Callie akan setuju dengan ide tersebut. Dia yakin bahwa kunjungan ke rumah sakit bukan hanya untuk memenuhi keinginannya, tetapi juga untuk memberikan dukungan dan semangat kepada Kak Lulu tentunya. Dengan pikiran yang penuh semangat, Raizan menunggu dengan harapannya, siap untuk menerima respons dari Kak Lulu dan juga persetujuan dari Callie.

Suster's BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang