••••••"Mas, gue masih jetlag banget sumpah. Emang nggak bisa di undur meetingnya?" Keluh Cio pada manager kesayangannya.
"Gak bisa, udah ayo bangun!" Perintah manager Cio lagi.
"Yaudah satu jam lagi." Dengan mulut yang setengah tertutup dan mata yang masih begitu rapat Cio kembali menarik selimutnya. Ia masih ingin melanjutkan tidurnya.
"Bangun atau gue laporin ke-"
"GUE BANGUN, GUE BANGUN! jangan lapor, Ok?" Tubuhnya langsung bangkit secara otomatis meskipun sambil mengomel. Dengan terpaksa Cio melangkah berat meninggalkan tempat tidur. "Shit, ngaduan." Gerutu Cio dengan langkah gontainya.
Setelah selesai, Cio bergegas meninggalkan hotel menuju lokasi yang sudah di tentukan. Pertemuan tersebut membahas mengenai projek yang akan di garap dengan Cio sebagai wajah baru untuk brand tersebut.
Semua berjalan lancar tanpa hambatan apapun. Hanya saja, sepanjang meeting berlangsung mata nya tak lepas dari sosok cantik yang kini berada di seberang mejanya.
Lihatlah wanita yang menggunakan blazer oversize dengan messy high ponytail, style nya yang modis dan paras bak titisan Aphrodite itu. Siapa yang bisa menolak bekerja dengannya? Begitu pun Cio, yang dengan senang hati menandatangani kontrak sebagai duta brand fashion ternama untuk koleksi musim panas kali ini.
"Ternyata benar, target datang tanpa gue undang." Monolog kecil Cio.
Sepanjang meeting yang berlangsung 2 jam, wajah Cio begitu sumringah. Menebar senyum yang terkesan ramah. Benecio, pria itu pintar membuat orang-orang di sekitar merasa senang dan kagum padanya. Tak ada satupun dari mereka yang berada di ruang pertemuan yang tidak menyanjungnya, kecuali wanita itu-Reba.
Berbeda dengan Cio yang membawa kesan ramah dan ceria, Reba justru terlihat begitu berwibawa dan jarang sekali tersenyum.
Mahal. Menjadi kesan pertama yang tertangkap olehnya. Wanita itu begitu berkelas. Wibawa dan mimik datarnya tak menjadikan Reba sosok yang angkuh di mata Cio. Sama sekali tak ada kesan angkuh dan sombong, padahal kemungkinan besar seseorang akan langsung di cap angkuh jika memasang wajah seperti itu.
Pertemuan selesai. Setelah menyalami beberapa di antaranya, Cio sedikit bergegas ia sudah gak sabar menghampiri wanita yang sedari tadi mencuri perhatiannya. "Hai." Sapa Cio ramah.
Yang di sapa hanya terlihat diam di tempatnya, memberi anggukan kecil dengan senyum tipis.
"Whoaa." Satu kata yang terpatri dalam benak Cio saat ini.
"Saya rasa tadi kita belum benar-benar kenalan ... Cio, Zuma Benecio." Dengan manis Cio mengulurkan tangannya, menunggu tangannya di sambut oleh jemari lentik nan indah itu.
"Renata Bachtiar." Balasnya singkat.
Saat wanita cantik ini membalas uluran tangannya dengan singkat, manik mata keduanya bertemu. Cio menatap Reba dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Target terkunci."
******
"How's your day, babe?" Menjadi kalimat pertama yang Kaisar ucapkan saat ia menjemput kekasih cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THERE'S NO IN BETWEEN, BENECIO.
General FictionRenata Lucy Bachtiar telah cukup lama berjarak dengan rumah yang tinggal cercahan memori dalam hatinya. Berjalan di atas segala kekacauan masalalu yang ia pasrahkan. Luka kehilangan yang tak akan mengeringpun turut kembali mencuat. Siapa sangka keda...