1) Rangkaian Awal

93 15 1
                                    

Meringkuk di tengah angin malam yang setia berhembus. Sinar rembulan membidik tanah bumi hingga membuatnya terlihat berkharisma. Namun, seorang Lifya hanya terduduk diam di teras rumahnya seraya memegang buku pink andalannya.

Buku itu seperti tidak memiliki harga diri di depan Lifya, sebab perhatiannya malah lebih tertuju ke ponsel yang terlungkup di sampingnya. Tak lain dan tak bukan Lifya menanti satu demi dua buah pesan dari Keanzo.

Setelah sekian waktu Lifya menunggu, akhirnya Keanzo memberikan 2 gelembung obrolan. Penantian Lifya pun terbalaskan dan membuat ia tersenyum sumringah.

Hati yang awalnya bergemuruh, menjadi riuh bergembira. Lifya pun dengan sigap menjawab 2 gelembung obrolan dari Keanzo. Ya, lagi-lagi Keanzo meminta semangat. Karena merasa ada yang aneh, Lifya menyemangatinya disertai dengan beberapa pertanyaan.

Khawatir menyerbu tatkala Lifya meletakkan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Khawatir menyerbu tatkala Lifya meletakkan ponselnya. Ia khawatir akan Keanzo yang selalu meminta semangat. Pada umumnya, itu adalah hal yang wajar namun berbeda dengan apa yang singgah di pikiran Lifya.

Ia berpikir bahwasanya Keanzo melemah ulah suatu masalah. Karena biasanya Keanzo tak pernah meminta semangat terus-menerus seperti ini.

Perlu diketahui, Lifya adalah orang yang sangat sensitif terhadap hal-hal yang menurutnya tak biasa. Seperti kini Keanzo tengah membuat Lifya terpukul overthinking.

Dapat disimpulkan bahwa, setiap ada perubahan seseorang yang menurutnya aneh, Lifya akan sangat khawatir. Tetapi itu hanya berlaku untuk orang yang ia sayangi. Oh, berarti Lifya menyayangi Keanzo? Bisa dibilang begitu karena Lifya telah merasakan rasa kasih yang bangkit.

Waktu tidur yang tak pernah ditunggu pun tiba. Lifya murung penuh rasa malas mengingat besok masuk sekolah. Bagi Lifya, hari Sabtu dan Minggu berjalan layaknya sedetik. Selebihnya, ia merasa hari-hari sekolahnya berjalan sangat lama. Mungkin tak hanya Lifya yang merasa demikian, hahaha!

Lifya beranjak lalu berjalan lemas menuju kamarnya. Ia berjalan seraya membawa buku pink dan ponselnya. Melihat pintu coklat kamarnya saja ia sudah sangat malas, apalagi saat bertatapan langsung dengan buku-buku pelajarannya.

Tanpa berpikir panjang ia memutar kenop pintu, dan tara! Buku yang menumpuk menyapa Lifya. Seketika rasa malasnya semakin membuncah. Tetapi ia tetap membereskan dan menyiapkan peralatan sekolah.

Selesai sudah acara menyiapkan tas abu-abu itu beserta isinya. Ia terduduk di tepi kasur seraya menatap layar ponsel yang menunjukkan beberapa pesan dari Keanzo. Mood yang awalnya berserakan menjadi bersatu tumbuhkan semangatnya. Ia membalas pesan Keanzo dengan penuh gebukan sumringah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dekapan Lembut Sang DuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang