003 : Effort Bunda

92 59 116
                                    

Rara berhasil mencium pipi kanan milik Rico, harap-harap tidak ada yang melihat aksinya barusan, "ini sebagai tanda maaf aku karena kemarin kamu kena omel sama Bunda, maafin aku ya?"

Rico mematikan dan menyimpan ponselnya di dalam saku celananya, "kamu di ajarin siapa kaya gitu?" tanya Rico sambil tersenyum dan mengacak gemas puncak kepala kekasihnya.

"Kamu." jawab Rara dengan senyum yang tak kalah sumringah, "kamu udah maafin aku kan?"

Rico mengangguk, "udah sayang, aku gak mungkin marah lama-lama sama kamu." jawabnya sambil menarik tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukannya.

Menurut Rara, Bunda salah besar. Justru menurutnya Rico adalah laki-laki baik tidak seperti yang Bundanya pikirkan, liat saja Rico selalu memperlakukan Rara dengan perlakuan yang hangat.

"Udah mau bel, masuk ke kelas yuk." ajak Rico lalu bangkit dari tempat duduknya yang langsung di ikuti oleh Rara.

Keduanya tengah berjalan beriringan menuju kelasnya masing-masing, "pulang sekolah mau jalan lagi?" tanya Rico di sela-sela langkahnya.

Rara menggeleng pelan, "kayanya engga deh, aku takut Bunda marah lagi sama kamu, besok aja gimana?" sebenarnya Rara merasa tak enak, lebih tepatnya Rara memang ingin sekali jalan dengan Rico dan menghabiskan waktu berdua.

"Yaudah gapapa, waktu kita masih banyak kok." lagi-lagi Rico kembali mengusap puncak kepala gadis itu, "masuk sana, aku mau ke kelas," katanya saat mereka sudah berada di depan kelas Rara.

Rara hanya mengangguk dengan di melempar senyuman manisnya lalu berjalan masuk ke dalam kelasnya, meninggalkan Rico yang masih berdiri di sana.

ooOoo

Asti tengah berada di butik miliknya sekarang, tadi pagi ia di antar oleh suaminya karena mobil yang kemarin ia pakai, hari ini di bawa oleh Rara ke sekolah.

"Rani, coba tolong ambilkan baju yang ada di dekat meja saya," perintah Asti pada salah satu pegawainya di sana.

"Baik, Bu." wanita itu langsung bergegas mengambil baju yang Asti maksud, "ini, Bu." lanjutnya lagi sambil memberikan baju itu pada Asti.

Asti menunjukkan baju itu dan memperlihatkannya kepada pegawainya, "menurut kamu ini cocok gak Ran di pakai sama anak saya?" tanya Asti meminta pendapat, baju ini ia desain dan jahit sendiri untuk ia berikan kepada Rara.

Rani mengangguk dengan antusias, "ini mah cocok banget Bu, buat di pake sama Mbak Rara." Rani tidak berbohong, baju yang Asti buat memang bagus, "ini Ibu yang desain dan jahit sendiri ya, Bu?" tanya Rani sedikit penasaran.

Asti mengangguk, "iya, Rara mau ulang tahun ke 18 soalnya jadi saya pengen kasih ini buat hadiah Rara, buatan saya sendiri." jelas Asti dengan senyum tipis sambil melihat pakaian yang sudah ia selesaikan sendiri beberapa hari ini.

Pantas saja dari kemarin Rani melihat Asti tengah sibuk membuat desain, memilih bahan yang bagus dan menjahit baju itu sendiri, saat Rani ingin menawarkan bantuan Asti justru malah menolaknya.

Asti memberikan baju itu pada Rani, "Kalo gitu tolong bajunya bungkus yang rapih ya Ran, saya mau kabarin anak saya dulu." perintahnya yang langsung mendapatkan anggukkan dari Rani.

Wanita paruh baya itu membuka ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan kepada putrinya.

Anda :

Ra.

Kamu pulang sekolah jangan mampir
kemana-mana ya?

Langsung pulang.

Melihat pesannya yang hanya di baca tanpa di balas oleh Rara. Asti kembali mengirimkan sebuah pesan pada putrinya.

Anda :

Rara bisa bales chat Bunda dulu?

Bunda ada sesuatu buat kamu.

Anak Bunda 💗💗 :

Iya, nanti Rara langsung pulang.

Asti tersenyum melihat balasan dari putrinya, setidaknya untuk hari ini ia senang karena Rara tidak akan menghabiskan waktunya dengan laki-laki bernama Rico itu setelah pulang sekolah nanti.

ooOoo

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, tapi kelas Rico belum juga keluar, "Ra, aku pulang duluan ya."

Aca yang sedari tadi ikut menemani Rara jadi kesal sendiri, padahal sekolah sudah mulai sepi tapi kelas yang tengah di ajar pak Budi itu tak kunjung selesai juga.

"Yaudah deh, gak enak juga kalo kamu ikut nunggu lama." jangankan Aca. Rara saja kesal, memang pak Budi ini adalah guru yang suka curi-curi waktu liat saja sekarang sudah waktunya pulang ia masih dengan santainya menjelaskan materi geografinya.

Aca sudah lebih dulu pulang, sedangkan Rara masih setia menunggu Rico di depan kelas.

Ting . .

Sebuah notifikasi dari ponselnya kembali berbunyi, Rara sudah tau pasti siapa yang mengirimkan sebuah pesan padanya.

Bunda :

Ra, sudah pulang?

Tanpa membalas pesan dari Bundanya, Rara justru malah mencari nama kontak lain di ponsel miliknya, jarinya dengan lihai mengetik beberapa pesan di sana.

Anda :

Sayang.

Aku pulang duluan ya?

Aku sebenarnya masih di depan kelas
kamu, dari tadi.

Nungguin kelas pak Budi lama banget.

Aku di tungguin Bunda soalnya.

Maaf ya?

I love u.

Setelah berhasil mengirimkan pesan pada Rico. Rara bergegas pulang ke rumah, ia bukan takut jika nantinya ia di marahi oleh Bundanya, tapi ia takut jika Bunda malah memarahi Rico lagi karena Rara pulang terlambat, walaupun hari ini Rara hanya terlambat beberapa menit saja.

bersambung . .

ARAH PULANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang