004 : Hadiah

93 56 107
                                    

Rara melihat Bundanya yang sudah berada di depan rumah, Bundanya pasti sudah menunggunya sedari tadi. Setelah berhasil memarkirkan mobilnya Rara kini menghampiri Bundanya, "kok telat Ra, pulangnya?" tanya Asti pada putrinya.

"Cuman beberapa menit kan, Bun? namanya juga jalanan di Jakarta." Asti hanya mengangguk mendengar jawaban putrinya, "yaudah sekarang kamu masuk dulu, Bunda mau ambil sesuatu buat kamu." setelah mengatakan itu Asti lebih dulu masuk dan berjalan ke arah kamarnya, di ikuti oleh Rara yang juga berjalan menuju kamar miliknya.

Tak lama Asti keluar dengan membawa sebuah kotak di tangannya, ia menghampiri putrinya yang sudah sedari tadi menunggunya di kamar, "itu apa?" tanya Rara saat melihat Bundanya membawa sebuah kotak.

Dengan antusias Asti membuka dan menunjukkan apa yang ingin ia berikan pada putrinya, "Bunda bikin ini buat kamu." wanita itu menunjukkan pakaian yang sudah ia buat sendiri beberapa hari terakhir, "Bunda bikin sendiri buat kamu sayang, dari mulai desain sampai jahitannya Bunda ngerjain sendiri."

Rara akui baju buatan Bundanya memang sangat cantik, tapi Rara belum tau di momen apa ia akan memakai baju ini, "gimana bajunya?" tanya Asti dengan harapan putrinya menyukai hadiah pemberiannya.

Rara mengangguk, "bagus kok Bunda, tapi Rara gak tau bajunya bakalan Rara pake kapan, Rara tunggu momennya aja ya?"

Kali ini Asti yang mengangguk dengan senyum tipis yang ia tunjukkan, "gapapa, tapi Bunda pengen dengan bertambahnya umur kamu, kamu belajar buat tutup aurat kamu ya? pelan-pelan aja Bunda bakalan selalu temenin kamu."

"Iya, nanti Rara coba."

Asti kembali merapihkan bajunya dan menyimpan kembali kedalam kotak, "Bunda simpen gamisnya di lemari kamu ya? nanti kalo kamu mau pake kamu tinggal ambil di sini."

Setelah berhasil menyimpan kotak itu Asti menghampiri dan memeluk putrinya, "selamat ulang tahun ya sayang, Bunda selalu sayang sama kamu, semoga Tuhan selalu kasih keberkahan buat kamu," ujar Asti sambil mencium kening putrinya.

Di matanya Rara adalah putrinya yang masih begitu kecil, Asti begitu menyayangi putri satu-satunya yang ia miliki, Rara lebih berharga dari apapun, bahkan dirinya sekalipun.

Rara membalas pelukan Bundanya, "makasih, Bunda."

"Yaudah, sekarang kamu bersih-bersih ya. Bunda mau masak dulu takut Ayah kamu pulang."

ooOoo

Setelah pulang sekolah Rico memilih untuk pergi ke tempat lain sebelum ia pulang ke rumah, sudah hampir 10 menit ia diam sambil terus melihat beberapa dress untuk kekasihnya namun, ia sama sekali tidak tau mana yang cocok untuk acara nanti malam.

"Mba?" panggil Rico pada salah satu pegawai di sana, "saya mau cari dress yang cocok buat cewe saya, kira-kira yang cocok yang mana ya?" tanya Rico saat pegawai toko itu menghampirinya.

"Kalo boleh tau dress-nya buat acara apa, Mas?" tanya pegawai itu untuk memastikan dress apa yang cocok untuk pasangan customer-nya itu.

"Buat acara makan malem aja sih Mba, sambil mau ngerayain ulang tahun dia." wanita itupun mengangguk seraya tersenyum lalu mulai mencari dress yang cocok.

Beberapa menit berlalu, kini wanita itu kembali menghampiri Rico yang tengah berdiri sambil fokus memainkan ponselnya, "kalo menurut saya ini cocok buat di pakai sama pacar, Masnya." wanita itu memberikan dress itu pada Rico. Rico yang tak mengerti apa-apa hanya bisa mengangguk dan tersenyum, tapi menurutnya dress-nya memang bagus dan pasti akan kelihatan sangat cantik jika di pakai oleh Rara.

"Yaudah Mba, sekalian cari heels yang cocok ya Mba." pinta Rico lalu memberikan dress itu kembali, kini dirinya kembali fokus pada ponsel miliknya itu.

ooOoo

Pukul 16.45 Rara sudah selesai membersihkan diri, kini ia terduduk di atas kasur lalu tangannya beranjak mengambil benda pipih yang berada di atas nakas dekat kasur, sedari ia pulang sekolah Rico belum ada membalas pesannya.

Baru hendak Rara mengirimkan pesan lagi pada Rico, laki-laki itu sudah lebih dulu mengirimnya pesan.

Rico 🤍 :

Sayang.

Sebentar lagi aku sampe rumah kamu, kamu keluar ya.

Rara mengerutkan keningnya saat melihat pesan yang di kirimkan oleh Rico barusan, untuk apa Rico datang ke rumahnya sore-sore seperti ini.

Tanpa berniat membalas pesan dari kekasihnya, Rara justru memilih untuk cepat keluar dari kamarnya dan sedikit melihat ke arah dapur, di sana terlihat jelas Bundanya masih sibuk berkutat dengan alat masak.

Belum sempat Rara berjalan ke luar, sebuah notifikasi membuat dirinya mengurungkan niatnya sejenak.

Rico 🤍 :

Aku udah di depan.

Pesan yang baru di kirimkan oleh Rico barusan membuat Rara langsung bergegas keluar untuk menemui Rico, langkahnya yang terdengar oleh Asti membuat Asti menghentikan aktivitasnya sebentar lalu melihat ke arah putrinya.

"Mau kemana, Ra?" tanya Asti di sela-sela memasaknya.

Rara menghentikan langkahnya sebentar lalu melihat ke arah Bundanya, "ke depan sebentar, Bun."

Rara berlari kecil menghampiri Rico yang berada di sebrang jalan, Rico tidak memarkirkan motornya di dekat rumahnya dan Rara sudah tau apa alasannya Rico tidak melakukan itu.

Rara menghampiri dan memeluk laki-laki itu, "maaf ya karena kemarin kamu di marahin Bunda sekarang kamu mau nemuin aku harus di pinggir jalan kaya gini." Rico tersenyum mendengar penuturan kekasihnya.

Padahal menurutnya ini bukan masalah besar sampai Rara harus berkali-kali meminta maaf padanya.

"Gapapa sayang." Rico melepaskan pelukan itu perlahan.

Kini tangannya beralih mengambil paper bag yang ia gantungkan di stang motornya, "nih, kamu bukanya di rumah aja ya? takut Bunda kamu keburu liat."

Rara menerima paper bag itu dengan senyum manis yang ia tampilkan, "apa ini?" tanyanya sambil melihat isi dari paper bag itu.

"Di rumah aja liatnya, aku mau pulang dulu dari tadi aku belum pulang." Rico hendak menyalakan mesin motornya tapi dengan cepat Rara memutar kunci motor itu dan berhasil mematikan mesinnya. "kenapa lagi?" tanya Rico yang baru saja melihat tingkah Rara barusan.

"Aku masih kangen."

Rico tersenyum geli melihat tingkah gadisnya, tangannya menarik tubuh mungil gadis itu untuk kembali masuk ke dalam dekapannya, tangan kanannya mengusap halus puncak rambut gadisnya, "nanti malem kita ketemu lagi, kamu siap-siap yang cantik." bisiknya.

Rara mengangguk dengan antusias lalu perlahan melepaskan pelukannya, "kalo gitu aku pulang ya? takut Bunda nyariin."

"Iya sana, aku juga mau pulang." Rara berlari kecil meninggalkan Rico yang belum beranjak dari sana, harap-harap Bundanya di rumah masih sibuk dengan masakannya.

Rara membuka pintu rumahnya dengan sangat pelan, melangkah kecil menuju kamarnya, ia sama sekali tidak mendapati Bundanya yang tadi sedang memasak di dapur.

"Habis dari mana, Ra?"

bersambung . .

ARAH PULANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang