6. Lubang matahari?

11 5 0
                                    

"Tuan, Anda melepaskan Nona Joya?" Tanya Liam saat mereka sudah berada dalam Mobil.

Dante terkekeh. "Mengikat hewan liar hanya akan membuat dia semakin liar, merasakan ketakutan pada sang pemburu, kenapa tidak membuatnya jinak lebih dahulu?"

Beberapa saat Liam terdiam mendengar ucapan Tuannya. "Anda akan mendekati Nona Joya seperti manusia normal?"

Kerutan tercipta di kening Pria bermata emas itu, matanya menatap Liam dengan jengkel. "Kau mengatakan aku tidak normal?"

Liam meringis. "Tidak seperti itu Tuan..."

Dante mendengus jengkel, mengalihkan tatapan pada jalanan yang cukup padat, di otak Pria itu sudah banyak tersusun sebuah sandiwara rumit yang akan dia tampilkan untuk menjerat hewan liar tanpa memaksa mereka memasuki kandang.

"Cari tahu tentang gadis itu."

Liam kembali melirik, ternyata pikirannya tentang Dante yang melepaskan Joya hanya kesalahan. "Baik, Tuan."

_____

Seorang gadis menatap sosoknya sendiri pada sebuah kaca, memperhatikan setiap lekukan tubuh serta bentuk wajah, mata tajam yang tak memiliki binar, bibir kering serta aura yang semakin suram. Joya, ada hal yang lebih menarik daripada hanya sebuah kecantikan pada sosoknya.

Sudah berlalu 3 hari, yang dimana masa skornya sudah habis membuat Joya kembali menampakkan diri pada sekolah yang sebenarnya tidak begitu penting. Sebagian orang beranggapan sekolah penting untuk mendorong anaknya menuju gerbang kesuksesan, namun berbeda untuk Joya, dia sekolah hanya ingin mencari perhatian Chris, membuat masalah agar pria itu sadar akan keberadaan.

"Buat aku sebencinya, sampai titik dimana jikapun kau bersujud tidak ada rasa ingin kembalinya ku padamu..." Lirih Joya masih menatap dirinya sendiri.

Gadis itu menegakkan tubuh, menghela nafas sebelum meninggalkan apartment menuju tempat dia mencari ilmu atau masalah?

Tak membutuhkan waktu lama, gadis itu sudah bisa menginjakkan kaki di parkiran sekolah, tampak berbeda dari biasanya akibat tatapan beberapa orang pada Joya, ada yang menatap takut serta mencemooh.

Joya mendengus, baru beberapa hari menjadi murid sekolah highschool Purveys dia sudah begitu terkenal. Dengan wajah acuhnya Joya melangkah menuju kelas.

Tubuh gadis itu menegang saat dia berada di ambang pintu, pemandangan yang cukup aneh di lingkungan sekolah, beberapa murid bercinta tanpa malu? Ini benar-benar gila.

"Hey, tutup pintunya... Nghh~" salah satu pemuda berbicara disela gerakan tubuh yang menggauli seorang siswi.

Joya menutup pintu dan berjalan menuju tempat duduknya, seperti biasa ada seorang pemuda yang selalu tertidur di sampingnya. Ketenangan tak bisa Joya dapatkan dalam waktu yang lama, tiba-tiba seorang pemuda menarik tangan Joya dengan kasar.

"Kau harus bertanggung jawab!" Marah Pemuda itu.

Joya menepis kasar, membuat memar tertinggal di kulit putihnya. "Mengapa?"

"Kau membuat lengan kekasihku cacat!"

Kening Joya berkerut mencoba mengingat kejadian mana dia membuat kekasih pemuda itu cacat, perlahan seringai muncul saat Joya ingat beberapa yang lalu dia memang membuat masalah dengan mematahkan lengan seorang gadis. "Jika aku memukulmu, apa kau akan membalas?" Tanya Joya.

Pemuda itu menatap bingung. "Tentu saja, kau pikir aku akan melembut karena kau seorang gadis?" Jawaban pemuda itu harusnya sudah menjadi jawaban untuk dirinya sendiri bukan? bagi Joya tidak ada rasa sakit yang di balas maaf, maka dari itu Joya bertindak.

JoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang