3. Pengakuan cinta yang meragukan

18 4 0
                                    

"Aina..."

Gadis dengan nama Aina itu menoleh, menatap seorang wanita yang dia sebut sebagai ibu. "Ada apa, Bu?"

Viona tersenyum menatap anak gadisnya, dia perlahan duduk di samping Aina, mengusap lembut pada rambut coklat gadis itu.

"Kamu siap? Malam ini akan menjadi pesta pertunanganmu, kamu sudah bisa mencapai Laska tanpa harus takut di rendahkan oleh keluarga nya... Karena kita sudah setara."

Selain menginginkan harta yang melimpah, Aina juga memiliki obsesi sendiri untuk memiliki Laska, dari awal gadis itu melihat sosoknya. Aina berusaha tidak dalam waktu yang singkat menarik perhatian Laska, karena saat itu masih ada Joya. Aina tersenyum lembut, dia memenangkan semuanya dari Joya, cinta dan keluarga.

Konyol sekali, menghancurkan cerita orang lain untuk membangun ceritanya sendiri.

"Aku tahu, Bu..."

"Bagus, berdandan lah sebaik mungkin, agar keluarga Anaka semakin menyukaimu..." Ucap Viona.

____

Di lantai dua, Joya mengawasi pesta yang sedang berlangsung, Joya merasakan rasa bosan, namun entah kenapa seakan-akan ada sesuatu yang menarik nya untuk tetap menyaksikan pesta tersebut.

Joya tersenyum pahit, insting yang memang tidak pernah salah, dia menyaksikan orang yang dia cintai bahagia dengan orang baru, jadi yang benar yang mana? Pemenang nya orang baru, atau orang lama? Jika orang lama mungkin Joya tidak akan merasakan di posisi tidak menguntungkan ini.

"Apa untungnya menangisi seorang pria?"

Joya tidak tahu kenapa, dari pertama mereka bertemu Alister selalu ada di sekitar nya, sekarang pemuda itu ada di sampingnya, memegang sebuah minuman berwarna ungu, dengan jas mahal yang terpasang indah di tubuh besarnya, begitu tampan, baju itu seakan-akan memang di takdirkan untuk Alister.

Alister kembali berbicara saat tidak mendapatkan respon apapun dari gadis yang membuat lelaki sepertinya tertarik. "Lebih baik kau bersamaku, kau mungkin akan lebih bahagia?"

Joya terkekeh. "Kenapa kau begitu yakin bisa membuat ku bahagia?"

"Aku merasa kita hanya memiliki takdir yang sama," Jawab Alister terdengar acuh.

"Apa yang membuatmu begitu yakin?"

"Ada begitu banyak orang disini, dan aku malah mencarimu, jika secara logika kemungkinan kau ada hanya 30%."

Joya terkekeh merasa terhibur dengan ucapan Alister, pemuda itu memang benar, Joya belum tentu ada namun dia tetap mencarinya.

"Jika benar, biarkan aku sembuh lebih dulu, aku tidak mau dia yang memberikan luka, tapi malah kau yang mengobatinya, itu tidak adil."

"Itulah pengorbananku untuk mencintai ranting yang patah."

"Kau seperti seseorang yang begitu mengerti Cinta, apa kau tahu? Aku sedikit geli jika harus terus membahas itu."

"Aku seperti ini karena adamu..."

"Kau aneh, kita tidak lama bertemu, aku meragukan kau mencintai ku.."

"Kau ragu? Coba belah dadaku.."

"Ada aku?"

"Ada paru-paru."

Alister tertawa pelan mendapatkan raut wajah Joya yang berubah masam. "Aku hanya bercanda, tapi itu sebuah kebenaran, di dadaku selain ada paru-paru terdapat juga hati yang berfungsi untuk menyimpan namamu.."

"Berhenti berbicara omong kosong."

"Aku sedang tidak beromong kosong, tatap aku, Joya. Lihat mataku hanya ada dirimu."

JoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang