7. Daijoubu.

23 6 0
                                    

"Adik, harusnya kamu seperti aku agar disukai oleh laki-laki."

Joya mengangkat pandangan dari makanannya, menatap gadis yang memiliki wajah secantik dewi dengan kelembutan seperti sutra, memberikan sebuah nasehat yang sangat tidak berguna.

"Barang murah memang cenderung lebih banyak di beli," Balas Joya acuh kembali makan.

"Joya, tidak bisakah lebih lembut lagi pada, Aina? bukankah dia juga Adikmu?" Ucap Laska tersenyum lembut menenangkan Aina yang menangis dipelukannya.

Joya hanya menatap datar, gadis itu berdiri dan mengangkat kaki meletakkan nya di atas meja. "Suruh kekasih, oww maksudku tunanganmu itu untuk menjilat kakiku lebih dulu, akan ku pikirkan untuk mengakuinya," Balas Joya dengan nada angkuh.

Jika semua orang menyebut dia penjahat maka Joya akan memperlihatkan jahat itu seperti apa, tidak perlu membuang tenaga untuk menjelaskan sesuatu yang tak bisa para orang idi*ot itu mengerti.

"Joya, tidakkah itu keterlaluan?" Balas Laska.

"Kenapa? Apa berat? ingin kubantu?" Tanya Joya memiringkan kepala.

"Adik, aku hanya memberikan nasehat agar kamu bersikap lebih baik, kenapa kamu..."

Joya memutar matanya malas melihat sandiwara yang membuat perutnya terasa mual, menggunakan perhatian semua orang serta sifat dewi? cih, Joya meludah.

"Joya!" Geram Laska.

"Kenapa? apa kau menyayangkan air liurku? perlu aku meludah di wajahmu?"

"Joya itu tidak bagus untuk seorang gadis, harusnya kamu seperti aku," Lanjut Aina dengan wajah lelah, serta rasa bersalah akibat tidak bisa menjadi kakak yang baik, dimata orang, berbeda dimata Joya, gadis itu hampir muntah.

Joya mengeluarkan ponsel dan mulai merekam. "Ayo kembali berbicara, aku akan memberitahu pada dunia bahwa kau artis yang baik," Ucap Joya.

"Adik... Hikss..."

"Hentikan Joya!" Tekan Laska mencoba mengambil ponsel gadis itu, namun Joya dengan cepat memundurkan tubuhnya.

Joya terkekeh. "Kenapa? aku bersedia menjadi pembimbingnya jika dia ingin menjadi artis, hey? aku adik yang baik, kalau perlu aku berlutut padanya," Ejek Joya tersenyum miring.

"Joya kenapa kamu seperti ini, harusnya kamu bersikap lebih lembut-"

"Sepertimu? Baiklah, Kakak tolong berikan aku pelajaran yang sangat bagus hingga aku menjadi gadis yang munafik serta lembut yang di buat-buat, ahh! Ajarkan aku menjadi pela*cur!"

"Joya apa maksudmu?!" Tekan Laska menatap penuh amarah.

"Hm? Apa kurang jelas? otak dangkalmu kesulitan memahami kata-kataku? baiklah aku ulangi, tunanganmu P e l a c u r."

Joya terkekeh dan keluar dari kantin dengan langkah yang santai, setelah keluar dari kantin gadis itu mendongak agar air mata yang sedari tadi dia tahan tidak jatuh. "Sial."

Joya menghela nafas, tatapan gadis itu tertuju pada sebuah pohon yang dimana diatasnya terlihat seorang gadis melambai, gadis itu memakai sebuah sarung aneh tersenyum manis.

"Sini gw temenin nangis," Ucap gadis itu.

"Aneh," Balas Joya namun gadis itu tetap menghampiri, naik duduk di sampingnya.

"Kalau gw bikin lo balik lagi sama Laska gimana?"

Joya menyandarkan kepalanya di pundak gadis itu. "Gw gak mau."

"Kenapa?"

"Sekali dia berkhianat, gw gak bisa jamin dia gak ngelakuin lagi, mending menghindarkan? pada mengobati untuk kedua kali..."

JoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang