"Tolong! Siapapun tolong itu ada yang tenggelam!" teriak Ningning dan Ji Yoon bersamaan.
Mereka bertiga terus berteriak, membuat keadaan di sekitar panik. Sorak ramai yang tadi terdengar tergantikan dengan teriakan panik.
Pak Guanlin, dengan mempersiapkan perahu motor, bergerak dengan sigap memasuki laut.
"Paakkk, ikut!"
"Di sini aja, Ji Yoon. Bahaya," kata Pak Guanlin.
"Saya jago renang, Pak. Tenang aja!" kukuh Ji Yoon dengan tak sabar.
Para siswa yang melihatnya menatap Ji Yoon aneh. Mereka menganggap dirinya hanya berlagak mencari perhatian saja. Namun, pandangan mereka tak Ji Yoon pedulikan.
"Ya udah, ayo!''
Guanlin mengendarai perahu motor, dengan Ji Yoon yang membonceng. Mereka mendekat ke arah Jaemin yang masih berusaha meminta tolong. Keadaannya begitu tak memungkinkan untuk kembali berenang. Kakinya terpentuk banyak karang di bawah. Na Jaemin menyesali telah mengajak Jeno menyelam seperti ini.
"Jaemin!'' panggil Pak Guanlin yang telah melihat Jaemin.
Lee Jeno dan Lucas bernapas lega, ketika melihat Pak Guanlin datang dengan perahu motornya. Tapi apa itu? Lee Ji Yoon juga datang, huh?
"Ayo." Ji Yoon mengulurkan tangannya pada Jaemin. Menyuruhnya agar cepat naik.
"Kaki aku luka... Perih buat naik," kata Jaemin.
Tanpa aba-aba. Lee Ji Yoon melompat dari perahu motor, mendorong Jaemin supaya cepat naik. Guanlin dan Lucas yang melihatnya, hampir berteriak karena pergerakan spontan dari Ji Yoon. Nyatanya, gadis itu tetap pada posisinya, tak tenggelam.
"Ayo, gak apa-apa. Perihnya dipaksa sebentar aja. Kamu udah pucat gini,'' kata Ji Yoon pada Jaemin.
***
Tubuh yang lemas itu, segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
Lee Ji Yoon ingin sekali ikut, namun Lee Jeno menahan tangannya. Alhasil, dirinya hanya diam saja di depan ruang ganti."Di sini aja. Biar guru yang ikut."
Lee Ji Yoon dengan pakaian yang sudah basah, menatap geram Jeno. "Dia kaya gini gara-gara siapa? Lo kan?! Lo yang ngajak dia main kaya gini?''
Lee Jeno sudah menduga, adiknya akan menuduhnya seperti ini. "Sebaiknya lo ganti baju dulu. Nanti ke sana bareng gue. Gue udah hubungin Ayah nyuruh Pak Moon bawa mobil ke Busan."
Mau tak mau, Ji Yoon harus menuruti perkataan Jeno. Setelah keduanya selesai berganti pakaian, Ji Yoon menghubungi temannya agar tak perlu menunggunya pulang. Sebab, ia akan pulang bersama Jeno.
"Ayo." Setelah supirnya datang, Lee Jeno dengan cepat mengajak sang adik untuk segera memasukinya.
"Pak, bisa lebih cepat, nggak?" desak Ji Yoon tak sabaran.
Moon Taeil, supir pribadinya itu mengiyakan dengan cepat. "Siap, Non!"
Sesampainya di rumah sakit, Ji Yoon dan Jeno dengan cepat menuju ruangan di mana Jaemin berada. Melewati lorong, hingga berhadapan dengan ruangan yang ditempati pemuda yang tengah asik memandang langit-langit kamarnya.
"Na?" begitu dipanggil Jeno, Na Jaemin menoleh ke arah pintu. "Masuk."
Lee Jeno mendekati ranjang Jaemin, bertanya apakah ada yang sakit?
"Kaki aku kena kerang,'' kata Jaemin.
"Sebentar lagi sembuh," tutur Jeno.
Netra Jaemin beralih pada Ji Yoon yang hanya diam. "Makasih, ya."
"Eh?"
Lee Jeno menyenggol lengan adiknya. "Dibilangin makasih, tuh. Ciee..."
"Dih, apaan, sih!"
Ji Yoon memberanikan diri menatap Jaemin. "Eumm... Iya, sama-sama."
"Gue tinggal bentar. Mau beli makan," pamit Jeno keluar ruangan. Meninggalkan Ji Yoon dan Jaemin berdua.
"Udah malam. Kamu mau menginap di sini?"
Ji Yoon spechlees. Jaemin bicara seperti itu? Apa tidak masalah mengajaknya bermalam di sini?
"Menginap? I-itu... Nanti nunggu Jeno aja," balas Ji Yoon gugup.
"Kamu jago renang ya? Aku baru tahu," kata Jaemin lagi. Entah sudah berapa kali Ji Yoon mendengar pertanyaan dari Jaemin yang sudah jelas jawabannya.
Tak mendapat jawaban dari Ji Yoon, membuat Jaemin menggaruk kepalanya. Sebenarnya, Jaemin hanya mencoba mengulur waktu, sampai Jeno datang. Suasana di ruangan ini begitu canggung. Jaemin merasakan itu. Terlebih, Ji Yoon yang banyak diam. Sebenarnya, Ji Yoon hanya diam sebab...
"A-aku...''
"Kenapa? Kamu merasa lapar?"
"Kamu merasa lelah, Ji Yoon?"
"Atau kamu mau duduk saja?"
Pertanyaan beruntun dari Jaemin tak satu pun dibalas Ji Yoon. Gadis itu bergerak gelisah tak karuan.
"A-aku.."
"Kalau ngantuk tid-"
Bruttt!
Jaemin membelalakan matanya. Menatap netra cokelat yang sama-sama sedang melebarkan matanya.
"Astaga, Ji Yoon! Lo kentut di depan cowo??"
Mampus.
Lee Jeno datang.
"Huekkk, bau banget!"
"Jorok!"
Tak peduli omongan Jeno, Ji Yoon langsung berlari ke arah toilet. Sambil tangannya yang terus menutupi bagian belakang pantatnya.
Hidupnya seperti hancur. Mau diletakkan di mana wajahnya?
Di dalam toilet, Ji Yoon terus menjerit dalam diam. "Aaaaaaaaa! Maluu banget, anjir!"
"Gimana gue keluar dari sini?" menatap sekeliling, ia tak menemukan solusi untuk keluar dari toilet tanpa bertemu dengan Jaemin dan Jeno.
"Malu banget, nih! Pengen nangis...."
"Aaaaaa, Appa!"
Dari luar, seseorang mengetuk pintu toilet. "Udah belum, nih? Gue kebelet juga." itu Jeno.
Dengan cepat, Ji Yoon mengetikkan pesan untuk Jeno pada ponselnya.
"Gue malu. Bawa gue keluar tanpa harus ketemu Jaemin."
Lee Jeno tertawa. Bahkan sampai terdengar dari dalam toilet. Membuat Ji Yoon ingin mengumpati kakaknya itu.
"Kenapa?" tanya Jaemin di atas ranjangnya.
Masih dengan sedikit tawanya, Lee Jeno menjawab. "Gapapa."
"Pulang nanti ke rumah gue ya?"
***
"Malu bet jir gue...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Admirer of the Actor
FanfictionNa Jaemin, sosok sempurna yang dikagumi banyak orang. Manusia dengan hobi memberikan senyum tulus kepada penggemarnya. Namun, siapa sangka, Na Jaemin memiliki banyak kekurangan dalam hidup, salah satunya kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Lantas, m...