Bab 1 - Ketidaksengajaan?

136 90 125
                                    

Happy reading!

17 Juni 2023

"Aishh, sial. Mengapa mereka selalu berebut? Mengantre kan bisa!" Merasa kesal karena banyak orang yang menerobosnya, Ji Yoon berjinjit berusaha melihat apa yang membuat mereka berlarian ke depan sana.

"Apa ada hal yang spesial di sana?" monolognya sambil terus berusaha supaya bisa melihat di depan sana, tepatnya di sebuah swalayan kecil.

"Ji Yoon-ah! Sudah kau catat berita hari ini?" Yeonjun, pria tinggi dengan senyuman manis menghampiri Ji Yoon dengan kamera di tangannya. Tak lupa, satu cup es kopi yang berada di tangan kirinya.

"Lihat, aku memotret seorang idol bersama seorang wanita, yang entah siapa," ujar Ji Yoon menunjukkan kameranya pada Yeonjun.

"Tunggu- ini tak terlalu jelas. Tapi, kurasa dia salah satu anggota boyband terkenal," tebak Yeonjun yang tak bisa Ji Yoon yakini.

"Yeonjun-ah, di depan ada apa? Mengapa mereka ramai sekali?"

"Ohhh, kau tidak tahu? Na Jaemin berbelanja di swalayan itu."

Ji Yoon berusaha mencerna ucapan rekan kerjanya itu. "Na Jaemin? S-siapa?"

"Kau tidak tahu? Haishh pabo-ya! Dia seorang aktor pendatang baru, tapi pesonanya itu yang membuat para gadis menyukainya. Bahkan dia sudah memiliki klub penggemar terbesar di Seoul," kata Yeonjun menjelaskan, sembari terus berjalan mendekati kerumunan para penggemar.

"Hei, kau tak ikut? Kita perlu membuat berita tentangnya juga!"

                                 ***

'Na Jaemin, sang aktor yang sedang naik daun. Kini, dia banjir pujian dari Knetz!'

'Sosok bintang baru yang kini menjadi pujaan para gadis di Korea hingga mancanegara!'

Banyak artikel tentang Na Jaemin muncul di publik. Semua yang menyaksikan merasa tertarik dengan sosoknya. Lain halnya dengan Ji Yoon, perempuan 25 tahun yang sibuk menulis banyak artikel tentang artis-artis itu terlihat sangat berantakan. Rambut panjang cokelat sebahunya yang sudah dicepol terlepas, dan membuatnya emosi.

"Sial. Mengapa aku harus menulis berita tak penting ini?!"

'Na Jaemin dengan aura misteriusnya yang membuat para gadis terpesona oleh sosoknya.'

"Ji Yoon-ssi?" Panggilan tak terduga dari Pak Kim, atasannya membuat Ji Yoon terkejut. "I-iya, Pak?"

"Selesaikan pekerjaanmu, mari lanjutkan pada naskah film yang harus kau kerjakan untuk minggu depan,'' ujar Kim sembari menepuk pundak Ji Yoon. Membuat perempuan berkacamata itu menahan rasa kesalnya. Usai pria tinggi itu berlalu darinya, Ji Yoon langsung saja melayangkan pukulan anginnya.

"Kim Seokjin menyebalkan!"

                                 ***

"Andai sejak dulu aku mengungkapkan perasaanku. Mungkin, kau tak akan melupakanku begitu saja."

"Maafkan aku. Aku hanya... Hanya saja takut. Aku takut membuatmu tak nyaman jika bersamaku."

"Apa yang kau katakan? Mengapa kau takut, Sion? Aku menyukaimu. Dan aku percaya... Kamu juga, kan?"

"Aish! Cerita apa ini! Sangat pasaran." Jaemin membuang napasnya kasar, meletakan naskah pertama yang ia baca, lalu mengambil naskah lainnya.

"Ada hal yang membuat dadaku sesak."

"Aku memendamnya selama 10 tahun, dan semuanya berakhir dengan sia-sia. Dia telah menjadi bintang yang bersinar terang. Seharusnya aku mengatakannya dari dulu, jika aku menyukainya." Alis Jaemin bertaut penasaran. Tangannya membalik kertas putih ke halaman berikutnya, sampai di mana ia menemukan dialog yang sangat ia yakini,

''Hadiah dariku. Tolong diterima?" Jaemin mengulang ucapan tokoh di naskah yang sedang ia baca. "Ini seperti...,"

10 tahun yang lalu....

"Jaemin."

Panggilan dari seorang gadis muda dengan rambut yang dirias membuat alisku bertaut. Dia berlari dari arah samping sekolah, menghampiriku yang hendak keluar gerbang sekolah.

"Kenapa?" tanyaku.

Gadis kecil berseragam SMP itu tak segera menjawab pertanyaan dariku. Yang dia lakukan hanya diam dan sesekali melirik ke arahku, seperti malu malu. "Ini," katanya sambil memberikan buket dengan isian boneka kelinci padaku.

"Apa maksudmu?" tanyaku dengan alis bertaut.

"Hadiah dariku. Tolong diterima."

Memiringkan kepala, Na Jaemin merasa deja vu dengan dialog di dalamnya. Terlebih, favorit karakter utamanya adalah kelinci, yang tak lain merupakan karakter favoritnya.

Usai meletakkan naskah di atas meja, Na Jaemin mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja. Mencoba menghubungi seseorang.

Tak lama sambungan tersambung.

"Nee, siapa?"

"Jaemin."

Dari seberang, penerima telepon tampak antusias. "Ohhh, Jaemin-ssi? Ada apa?"

"Aku terima tawaran naskah darimu."

"Benarkah? Aigoo, terima kasih banyak Na Jaemin. Aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik!"

"Hm ya ya."

"Besok, datanglah ke kantor untuk penandatanganan kontrak."

"Baiklah, aku tutup teleponnya."

Sambungan telepon diputuskan Jaemin sepihak, membuat Pak Kim di sana memberengut kesal.

"Dia berlian, Kim. Sabar."

                                  ***
                         Bersambung

Admirer of the ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang