Chapter 17

13.7K 552 456
                                        

Sebelum baca Vote dulu nanti lupa!

Aku mau naikin target vote nya tapi takut gak nyampe 😭Tapi, coba dulu deh 200 vote + 100 komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mau naikin target vote nya tapi takut gak nyampe 😭
Tapi, coba dulu deh 200 vote + 100 komen.
Doain semoga besok aku update 🤗

Selamat membaca

***

"Lo mau gue lakuin ini?" tanya Nangala begitu berhasil melepaskan baju gadis itu. Hera terus menggeleng. Demi tuhan, Hera tidak mau. Nangala menjauh untuk mengambil minum, tenggorokannya terasa kering.

Kesempatan tersebut digunakan, Hera untuk mundur.

"J-jangan. Gue mohon-," Hera terus mundur hingga hampir terjatuh jika saja Nangala tidak menariknya.

Nangala mendengus sinis kala mendengar perkataan gadis yang kini sudah dalam kendali nya. Ia menunduk untuk mendekatkan wajahnya keduanya, hingga hampir tidak ada jarak. Hera menahan nafas begitu Nangala mulai menyesap tengkuknya. Perlahan namun pasti, ciuman dan gigitan kecil Nangala membuat Hera menggeliat tidak nyaman.

Dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh besar tersebut untuk menjauh, namun lagi-lagi ia kalah telak. Perbedaan proporsi tubuh mereka sangat berbeda jauh. Nangala mengeram marah saat Hera dengan sengaja menghindar ciumannya. Laki-laki itu menghentikan ciumannya. Menatap tajam gadis cantik di bawahnya dengan kesal.

"Balas ciuman gue!"

Hera memalingkan wajahnya membuat Nangala geram. Lelaki itu mencengkram dagunya dengan deru nafas yang kian memburu. Hera bergidik ngeri saat melihat sisi gila Nangala tersebut.

"Shhh.....Jangan bikin gue tambah gila, Halera." bisik Nangala dengan kepala yang sudah nyut-nyutan. Sejak memulai aksinya ia belum ketahap berikutnya itu sebabnya kepala dan bawahnya sudah sakit bukan main.

"Lo tahu gue paling gak suka diabaikan. Jadi balas ciuman gue!"

Nangala kembali mencium gadis yang berstatus tunangannya itu. Hera bisa saja menendang Nangala begitu lelaki tersebut lengah, namun dipikir-pikir bukankah lebih baik ia harus menjadi gadis yang penurut. Cara menyakiti diri sendiri tidak mempan. Maka cara lainnya adalah patuh.

Nangala mengigit bibir bawah Hera, sehingga gadis itu refleks membuka mulutnya. Kesempatan itu digunakan oleh Nangala memperdalam ciumannya, memasukkan lidahnya untuk bermain-main didalam sana.

Hera memejamkan matanya, ia tidak ada pilihan lain selain membalas ciuman lelaki tersebut. Nangala meraih tekuk Hera, memperdalam ciuman keduanya. Saat sang gadis mulai ikut membalas tanpa sadar membuat sudut bibir Nangala tersenyum.

NANGALA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang