happy reading!
Giselle meremas tas tangannya saat memasuki ruang tunggu, ia bisa merasakan kaki dan tangannya terasa dingin sejak menginjakkan kaki di bandara. Perasaannya terus bertambah cemas sejak berpisah dengan Ayah, Ibu dan kakak laki-lakinya, Yuta, di ruang tunggu setelah Check In. Dan meskipun mereka semua sudah meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, ia tidak merasa perasaan cemasnya berkurang sedikitpun.
Bagaimana Korea? Bagaimana keluarga kanungnya akan memperlakukannya nanti?
Giselle menghirup udara lalu menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diri saat pertanyaan-pertanyaan itu melintas di kepalanya.
Giselle mengakui bahwa beberapa tahun terakhir ini ia selalu berpikir ingin sekali bertemu keluarga kandungnya. Bukannya ia tidak menyayangi apalagi tidak bersyukur memiliki keluarganya yang sekarang, tapi ia rasa ia berhak tahu siapa keluarganya.
Sayangnya, Ayah dan Ibunya selalu kompak menjawab bahwa mereka tidak punya kabar apa pun menyangkut keluarga kandungnya di Korea.
"Ayah ingin mengatakan sesuatu, Aeri-chan."
Itulah kalimat pertama yang dilontarkan ayahnya dengan nada serius di sesi sarapan mereka yang selalu damai. Ibunya kemudian menaruh kembali selembar roti yang sudah diolesi selai ke atas piring. Yuta, kakaknya yang sejak menikah memilih mandiri kini entah mengapa hadir dalam sesi sarapan hari ini dan ikut menghentikan aktivitasnya.
Seingat Giselle kalau suasana sudah canggung dan Ayahnya berbicara dengan serius, ditambah Yuta ikut dalam pembicaraan, biasanya hal yang akan diangkat Ayahnya adalah sesuatu yang penting, tidak sedikit menyangkut kesalahan yang dilakukan olehnya. Apakah ini menyangkut makan malam bersama di restoran Korea kemarin malam? Well, harus ia akui ia masih belum mengatakan apa pun tentang Jimin pada keluarganya.
Sesaat Giselle merasa takut, tetapi Yuta tiba-tiba menggenggam tangan kirinya seolah memberi kekuatan.
"Tenang saja, Aeri-chan," katanya sambil tersenyum, dan Giselle langsung membalas senyumnya.
Nakamoto Yuta adalah kakak laki-laki yang baik, hal kedua yang paling ia syukuri setelah memiliki Ayah dan Ibu yang pengertian. Yuta tidak berbeda jauh dengan ayahnya yang sedikit protektif, tetapi Yuta juga selalu berusaha untuk melakukan apa pun untuknya. Ia bukannya tidak sadar bahwa kadang Hina cemburu karena Yuta cenderung lebih memperhatikannya. Giselle ingat Yuta bahkan menghiburnya dan berjanji akan membujuk Hina agar ia bisa dipekerjakan kembali di Claire de Lune. Giselle tentu saja menolak, ia ingat ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk membujuk kakak laki-lakinya itu untuk tidak melakukan hal bodoh beberapa bulan lalu di restoran Jepang.
Tidak, bukannya Giselle sedang mencari perhatian, tetapi Giselle sedang berusaha untuk tahu diri dan tak terlalu merepotkan Hina. Ia tidak ingin Hina malah membencinya karena Yuta selalu mengutamakan perasaanya. Dan Giselle memang tidak pernah kembali ke sana, tetapi ia ragu kakaknya tidak ikut campur dalam perekrutannya ke Sweet Cake.
"Kemarin ayah mendapatkan sebuah e-mail dari Kim Jongin (Kai)," pandangan Ayahnya menunduk, sekilas terlihat sedih, "Dia orangtua kandungmu, Nak."
Perasaannya saat itu berubah menjadi tidak karuan, ia tidak tahu harus senang atau bagaimana. Apakah ia akhirnya disuruh memilih salah satu dari mereka, atau yang lebih parah, apakah ia disuruh meninggalkan keluarga Nakamoto?
![](https://img.wattpad.com/cover/366338289-288-k127583.jpg)