Happy reading!
Pemikiran Giselle tidak salah, Na Wonbin memanglah tipe laki-laki yang menyenangkan. Di balik sifat kekanakannya, Wonbin adalah seorang laki-laki yang cerdas. Pengetahuannya tentang kudapan manis sangat luas dan laki-laki itu tidak pernah keberatan untuk membagi ilmunya serta mengajari Giselle dengan sabar membuat kue.
Ini baru disadari Giselle setelah beberapa hari. Ternyata Wonbin juga memiliki sisi serius, apalagi ketika ia sedang fokus membuat kue atau berkreasi resep baru. Intinya laki-laki itu akan serius pada hal yang membuatnya tertarik. Saat serius Wonbin bahkan terlihat sangat berbeda, lebih tampan dan dewasa. Tidak ada hal yang menyebalkan dari Wonbin, selain saat laki-laki itu merengek agar Giselle membuatkannya panna cotta.
Sweet Cake belum waktunya dibuka, tetapi pagi itu Giselle dan Wonbin sudah sibuk membuat kue di dapur. Giselle sedang memanggang cupcake sambil menyiapkan buah-buahan untuk pelengkap tartlet, sementara Wonbin sedang membuat adonan roti.
Giselle menghela napasnya, sebenarnya ia belum bisa bernapas lega sepenuhnya. Na Wonbin memang selalu bisa membuatnya tertawa dan merasa nyaman, tetapi Na Jaemin juga sanggup membuatnya frustrasi di saat yang bersamaan. Setiap bertemu dengan Giselle, laki-laki itu selalu menatapnya dengan tajam seolah sedang berusaha untuk mendiskriHinasinya.
"Gi-chan, kau lupa mengikat rambutmu." Wonbin entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya, memegang rambutnya dan merapikannya sebelum kemudian mengikatnya dengan ikat rambut berhiaskan Cherry yang diberikan lelaki itu pada saat ulang tahunnya kemarin.
"Nah, selesai. Kau cantik saat rambutmu diikat, aku suka. Tetapi tentu saja kau juga cantik saat mengurai rambutmu."
Wonbin manis sekali bukan? Sikap dan sifatnya sama manisnya dengan kudapan-kudapan yang ia buat.
Giselle tersenyum. "Terima kasih."
"Kau terlihat banyak melamun akhir-akhir ini." Wonbin mengamati Giselle sebentar. "Dan sedikit terlihat marah." Tambahnya.
Bunyi oven berdenting halus pertanda pembakaran kue sudah selesai, Giselle buru-buru memakai sarung tangan khusus dan mengangkat loyang berisi Cupcake kreasi baru milik Wonbin yang rencananya akan di pasarkan mulai minggu depan.
"Ada apa?" Tanya Wonbin akhirnya.
Giselle tidak buru-buru menjawab, gadis itu meraih penjepit makanan dan memindahkan Cupcake berwarna hijau kecoklatan itu ke piring satu per satu.
"Apa ini ada hubungannya dengan Chef?"
"Tidak." Giselle menjawab pertanyaan Wonbin terlalu cepat hingga akhirnya laki-laki itu bisa menyimpulkan dengan benar.
"Sudah ketahuan!" sahut Wonbin sambil meniup-niup Cupcake yang baru diangkat Giselle dan mengambilnya untuk dicicipi.
Pipi sebelah kanan Wonbin mengembung saat memakan Cupcake, ditambah laki-laki itu sedikit mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Hal itu tampak menggemaskan hingga Giselle memiliki keinginan untuk mencubit pipi Wonbin.
"Ternyata enak," ujar Wonbin. "Oh, ya, sampai mana tadi? Kenapa bisa Chef membuatmu marah?"
Giselle mengangkat bahunya pelan, meskipun mereka dekat, tetapi ia tidak boleh sembarangan memberitahukan masalah ini pada Wonbin. Karena bagaimana pun laki-laki itu pegawai Jaemin, tidak ada jaminan Wonbin tidak akan membela Jaemin.
"Dia memang menyebalkan sih," kata Wonbin akhirnya membuat Giselle menatap laki-laki itu takjub.
Apakah itu artinya laki-laki itu ada dipihaknya?