BAB 29 : Im still Baek Harin

1.3K 152 84
                                    


Harin dan Do Ah duduk nyaman di belakang kursi penumpang mobil. Mobil mewah melaju lancar di jalan raya yang cukup lengang. Di sekitar mereka, pemandangan kota Seoul terlihat terik dengan cahaya matahari yang berkilauan di siang hari.

Harin duduk di sudut kursi dengan ponsel di tangan, terlihat sibuk membalas pesan entah dari siapa, Raut wajahnya yang cantik terpancar di layar kecil ponselnya yang terang benderang.

Do Ah duduk di sebelahnya, melihat Harin dengan tatapan serius.

"Lo yakin?" Tanya Do Ah, memecah keheningan di dalam mobil.

Harin bingung, "About what?"

"Sooji. Lo yakin mau balik sama dia? I mean, she left you."

Harin mengangguk pelan. "Gue yakin. Gak tau, kalau sama Sooji itu feels like home. She gave me a chance so I gave her a chance too."

"Okay then. Kalau hati lo bilang gitu, gue gak bisa apa apa." Kata Do Ah pasrah.

"Well, my grandma— dia gak dateng katanya." Kata Harin mengubah topik.

"Hah? Kan dia yang bikin acara, gimana dah?"

"Mana gue tau. Tuh, dia udah kirim schedule gue aja karna gue abis balik." Kata Harin sambil menunjukan ponselnya pada Do Ah. Menunjukan betapa padatnya beberapa pertemuan yang harus ia datangi.

Do Ah melihat itu menggelangkan kepala, "Astaga dia kayaknya nenek lampir deh, lo gak di kasih istirahat."

"Heh, jangan gitu. Shes still my grandma, and i still love her."

"After everything she done to you? Jadiin lo kuda delman."

Harin hanya tertawa menanggapinya.

"Lagian lo aneh sih. Bisa bisanya masih sayang grandma yang didikannya keras sama lo. Sedangkan Ja Eun yang sayang sama lo dari dulu malah lo bully. Bisa bisanya balikan sama Sooji padahal itu anak udah ninggalin lo dua kali. Padahal disini ada gue yang selalu ada buat lo. Dasar gila, harusnya lo masukin ke rumah sakit jiwa, Rin."

"Pfttt I just got outta there."

"Hah?"

"Nothing."

[PG]

Siang itu, Harin dan keluarganya bersama keluarga Do Ah dan keluarganya berkumpul untuk makan siang di salah satu restoran elit di kota. Mereka memilih restoran tersebut karena reputasinya yang terkenal dengan hidangan lezat dan layanan yang prima. Interior restoran tersebut sangat mewah dengan dekorasi elegan yang menambah suasana eksklusif.

Saat mereka tengah menikmati hidangan utama, tiba-tiba ayah Do Ah memulai percakapan soal liburan Harin di Belanda.

"Jadi, Harin, gimana liburanmu di Belanda?" Tanyanya dengan antusias.

Harin, yang tidak siap dengan pertanyaan tersebut, terlihat sedikit canggung dan sulit menjawab. Dia merasa belum sempat meresapi sepenuhnya pengalaman liburannya sehingga bingung harus menjawab apa.

Ayah Harin segera mengambil alih percakapan untuk menghindari situasi yang tidak nyaman.

"Oh, liburannya sangat menyenangkan!" Kata ayah Harin dengan senyuman lebar. "Harin berkunjung ke banyak tempat indah seperti kanal-kanal di Amsterdam, museum terkenal, dan juga menikmati keindahan kincir angin di pedesaan. Harin menikmati banyak waktu di sana, sampe sampe kamu gak mau pulang, iya kan?"

Harin hanya tersenyum, "Betul."

Ayah Do Ah mengangguk dengan antusias, "Wah, kedengarannya memang seru banget! Saya selalu pengen mengunjungi Belanda."

Do you? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang