Angan-angan memang hanya akan berakhir menjadi angan saja. Itulah yang Babe rasakan.
Begitu membuka pintu kamar, ia melihat Heng terlelap dengan posisi miring memunggunginya. Dengan perasaan berat Babe mencoba melangkah mendekat, memanggil-manggil mencoba mencari perhatian. Namun, sang suami sama sekali tak mengindahkannya. Beberapa kali ia mencoba membangunkan Heng, sayangnya tetap tidak ada respon apa-apa dari lelaki tersebut.
Seolah-olah ia sama sekali tidak dianggap.
***
“Kau ... baik-baik saja?”
Babe melirik sinis sosok wanita mungil yang berdiri di sampingnya. “Kau masih bisa bertanya seperti itu?”
May membuang napas kasar. Mendudukkan diri di samping Babe, mengangkat tangan dan memesan minuman pada bartender di seberang meja bar. “On the rocks,” katanya sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf yang dapat diartikan sebagai angka 2.
“Inikah yang membuatmu memaksaku datang ke bar lewat tengah malam seperti ini.”
“Ke bar memang cocoknya tengah malam seperti ini. Orang gila mana yang akan pergi ke bar pagi-pagi buta?!”
“Cih! Kalau kau sedang tidak ada masalah juga aku yakin kau tidak akan pernah menginjakkan kaki di tempat ini.”
Benar.
Seumur-umur, memang baru kali ini Babe berkeliaran di bar. Bahkan sebelum menikah pun Babe bukan tipe anak muda yang akan senang berkumpul di club malam seperti yang lainnya. Kalau bukan karena Heng yang mengabaikannya tadi, mungkin ia juga tidak akan berakhir menggeletakkan kepala di atas meja bar sambil melamun seperti ini.
“Hey ...,” lirih Babe memanggil May dengan malas.
“Hmn.”
“Hey,” panggilnya lagi.
“Apa, sih?! Cepat bilang, ada apa?! Jangan memanggil-manggil tanpa daya seperti itu. Membuatku kesal saja.”
“Menurutmu ....”
Ucapan Babe terhenti dan berakhir mengambang begitu saja untuk waktu yang cukup lama. May yang sudah menunggu kelanjutan ucapan Babe pun semakin kesal karena merasa dipermainkan.
“Babe! Apa kau percaya aku bisa mengangkat kursi ini dan melemparkannya ke kepalamu?!” ujar May setengah mengancam. “Cepat bicara sebelum kesabaranku habis, Brengsek!”
“Haaahhh ....”
Bukannya melanjutkan kalimatnya yang belum selesai tadi, Babe malah menghela napas panjang. Hampir saja ia membuat May benar-benar mengangkat kursi yang diduduki, sampai kemudian ia berkata, “Heng sudah tahu semuanya.”
“Ya, lalu?”
“Menurutmu, siapa yang memberitahunya?”
“Apa kau sedang menuduhku, Babe?!”
“Aku sedang bertanya.”
“Jawabannya aku tidak tahu. Tapi yang jelas, selama ini aku sudah berusaha menutupi perselingkuhanmu di London semampuku.”
“Brengsek! Aku tidak selingkuh.”
“Owhh~ lalu apa namanya? Tinggal bersama lelaki lain selama dua pekan, tidur seranjang, saling berpelukan, berbagi ciuman dan melakukan hubungan seks. Apa itu namanya kalau bukan selingkuh?”
“Apa tidak ada bahasa yang lebih baik?”
“TIDAK! Mau bagaimanapun juga itu namanya selingkuh. Mau dilihat dari sudut pandang manapun itu selingkuh. Selingkuh! Apa kau masih belum paham juga?!!”
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL [Complete]
FanfictionBabe Tanatat, seorang influencer yang sedang naik daun. Berkat videonya yang meledak dan tembus jutaan viewers, ia pun menjadi sorotan dan diundang ke berbagai event dari lokal hingga mancanegara. Suatu hari ia mengenal Billy Patchanon, salah satu...