Kurang dari 5 jam di udara, Billy sama sekali tidak menyesal akan keputusannya yang diambil secara terburu-buru.
Entah apa yang ia pikirkan, tetapi setelah beberapa kali mencoba menghubungi Babe dan tidak juga membuahkan hasil ia pun mulai merasa ada yang tidak beres. Spontan, ia langsung menyewa jet pribadi untuk pergi ke Thailand tanpa membawa sebiji pakaian ganti pun. Di tangannya hanya ada dompet dan ponsel yang memang kebutuhan yang paling penting dalam perjalanan.
Begitu sampai di negeri kelahirannya, tanpa menunggu lama ia langsung menghubungi salah seorang saudara dan meminta untuk menjemputnya di bandara. Selain karena sudah lama tidak bertemu dengan sang sepupu, Billy juga ingin memanfaatkan koneksi lelaki yang memiliki penampilan cukup kasual dengan sebuah topi bertengger di kepalanya tersebut untuk mencari Babe.
“Yo! Whats up, Bro!”
“Hmn.”
“Ck! Sambutan macam apa itu?! Apa kau tidak merindukan saudaramu yang tampan ini, huh?!”
“Tidak,” sahut Billy tanpa basa-basi. “Antar aku ke apartemen sekarang.”
“Kenapa tidak pulang ke rumah dulu, Bro? Memang kau tidak ingin bertemu dengan orang tuamu dulu.”
“Untuk apa?”
Tack menjatuhkan rahang. “Untuk apa kau bilang? Hey! Mau bagaimanapun juga ibumu selalu menanyakanmu, apa kau tidak ingin menemuinya walau hanya sekali saja?”
“Tidak sekarang. Aku punya urusan yang lebih penting.”
“Ah, benar juga. Kau tidak mungkin tiba-tiba ada di sini kalau tidak memiliki urusan yang sangat penting dan mendesak. Jadi, ada apa? Apa ada yang bisa kubantu, Bro?”
“Ada, dan banyak. Bersiaplah!” kata Billy sembari menepuk pundak sang sepupu sebelum melewatinya untuk masuk ke dalam mobil sport keluaran Eropa yang terparkir di hadapannya.
“Okey!”
***
2 jam kemudian ....
Tap!
Sebuah tepukan dirasakan Billy mendarat di pundak. Ia melirik sekilas ke samping dan kembali fokus menatap ke depan sana---takut kalau-kalau targetnya tiba-tiba menghilang dari pandangan.
Sesosok lelaki meletakkan dua botol minuman ke atas meja hingga menimbulkan benturan yang cukup keras, meskipun begitu suaranya tetap teredam oleh riuhnya suasana yang semakin panas, musik dan teriakan orang-orang yang sedang lupa daratan.
“Jadi siapa dia?” tanyanya pada Billy yang sedetik pun tidak mengalihkan pandangan.
“Babe.”
“Oke, belum apa-apa sudah kau panggil Babe saja," ujar Tack mengejek dan salah mengartikan 'Babe' sebagai panggilan 'sayang' sang sepupu pada lelaki tersebut. "Jadi ... siapa Babe ini? Pacarmu? Atau orang yang sudah menipumu sampai-sampai kau rela mengejarnya kemari. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kau tidak pulang ke kampung halaman.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL [Complete]
Hayran KurguBabe Tanatat, seorang influencer yang sedang naik daun. Berkat videonya yang meledak dan tembus jutaan viewers, ia pun menjadi sorotan dan diundang ke berbagai event dari lokal hingga mancanegara. Suatu hari ia mengenal Billy Patchanon, salah satu...