08-Festival Mangrove

108 14 6
                                    

Hari Mangrove sedunia menjadi momentum yang sangat ditunggu, perayaan besar menanti para penduduk pesisir. Sebuah festival tahunan yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga yang juga bekerja sama dengan BEM Fakultas tempat Singto bergabung.

Dengan adanya festival Mangrove, Singto dan teman-temannya telah disibukkan dengan berbagai persiapan, Festival Mangrove ini merupakan program kerja terakhir dari BEM Fakultas Bahasa dan Seni, sekaligus menjadi penutup periode tahun ini. Makadari itu, semua orang mengerahkan semua yang mereka punya untuk program kerja tersebut.

Tak terkecuali Singto, kali ini ia bertugas untuk menghubungi beberapa koneksi BEM mereka untuk turut serta meramaikan festival tersebut, dan juga mencari peserta umum sebanyak-banyaknya. Lebih sulit karena waktu pelaksanaan festival ini bertepatan dengan liburan semester yang baru di mulai, sehingga sebagian besar mahasiswa yang merantau akan pulang ke Klan masing-masing.

"...besok kita udah mulai acara, gue harap besok nggak ada kendala yang berarti, semoga besok lancar. Abis ini kalian pulang, istirahat buat besok guys! Semangat!"

Sebagian besar anggota BEM menghela nafas berat setelah ditutupnya rapat finalisasi malam ini, rasa gugup tiba-tiba menyeruak. Acara tahunan yang ditunggu oleh banyak orang ini memiliki harapan besar jika Festival Mangrove kali ini akan berjalan lebih baik daripada tahun sebelumnya.

Singto berjalan sendirian menuju kondominium uni, sudah hampir jam sebelas malam, tubuhnya lelah dan butuh istirahat, guratan lelah bahkan tak bisa disembunyikan lagi.

"Kak Singto baru pulang kampus?"

Siempunya nama mendongak, mengalihkan pandangannya dari sepatu kulit miliknya kearah Krist yang menyapanya di depan gedung kondo, "Iya, abis rapat final tadi, sekalian ngecek peralatan juga," Ujar Singto, lalu keduanya masuk ke dalam gedung beriringan, "Kamu sendiri dari mana?"

Krist mengangkat kantong plastiknya, "Abis beli suppresan, heat ku bentar lagi soalnya,"

Yang lebih tua mengangguk mengerti, "Pantesan kamu wangi banget," Komentarnya singkat.

Kamar mereka berada di lantai empat, lift saat ini sangat sepi karena waktu sudah menunjukkan dimana sebagian besar orang telah berada di atas tempat tidurnya masing-masing, entah untuk tidur atau mengerjakan tugas untuk besok hari. Sehingga kini Krist hanya berduaan saja dengan alpha yang ia sukai itu.

Tak ada percakapan yang berarti, hanya tentang persiapan besok yang mana Krist juga ikut serta di dalam acara yang Singto buat, dan juga keluhan Singto tentang pegal-pegal di seluruh tubuhnya.

"...oke Krist, good night," Pamit Singto di depan pintu kondo Krist.

***

Festifal satu hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan itu berjalan lancar, dengan Krist yang menjadi maskot utama bersama Godt, alpha dari Fakultas Hukum tahun pertama itu menjadi sorotan utama yang menjadi satu keberhasilan para pihak penyelenggara karena berhasil menarik perhatian para penikmat acara. Banyak orang yang datang karena maskot Festival yang tampan dan manis itu, hanya untuk sekedar berswafoto, menonton pertunjukan, bahkan membeli cinderamata buatan penduduk setempat.

"Huft! Akhirnya kelar juga ini acara! Bisa bebas!" Seru seorang panitia yang duduk di sebelah singto, kemudian tak lama wajahnya dilempari kulit kacang oleh Ling, "Enak aja! Laporan pascaacara dulu!" Ketus sang sekertaris yang nampak mulai stress.

Malam ini seusai acara, para panitia dan peserta dari Universitas dan BEM Fakultas Bahasa dan Seni itu tengah berkumpul di pinggiran pantai yang berhiaskan lampu-lampu. Dengan minuman keras disekitar mereka, ketua Klan setempat memang mengajak para mahasiswa untuk merayakan keberhaasilan mereka hari ini dengan mabuk sampai pagi.

Tak terkecuali Krist dan Singto, keduanya sangat menahan diri untuk tidak mabuk karena Krist telah menjanjikan untuk menonton film bersama di kondo Singto malam ini karena hari ini adalah ulang tahun alpha tersebut. 

"Sing, nggak minum? Mumpung gratis, nih!" Senggol Glam yang sudah setengah sadar itu menawarkan minum pada Singto, namun hanya dibalas dengan gelengan kecil, lalu asyik memakan kuaci, menunggu sampai Krist menghampirinya.

Malam semakin larut, krist memutuskan untuk mengajak Singto kembali ke kondominium, "Kak, ayo pulang, kan mau nonton film,"

Singto menurut, keduanya berpamitan secara singkat dan bergegas pulang, dengan Singto yang baru menyadari sesuatu.

Motor hasil Singto meminjam temannya itu menjadi tumpangan mereka malam ini, Singto merasakan sesuatu ketika Krist mulai memeluknya selama perjalanan, "Krist, kamu yakin belum heat? Aku ngerasain feromon kamu mulai kuat, apa kita tunda dulu aja nontonnya, ya?" Bujuk Singto mulai waspada.

Namun Krist menggeleng keras, "Segini masih aman, ayo nonton! Aku mau nonton!" Rengek Krist manja.

"Krist, kamu mabok?"

Sekali lagi, gelengan menjadi jawaban, "Aku masih sadar! Tadi cuma minum seteguk aja, kok!" Dan akhirnnya mau tak mau, Singto mengalah, segera ia lajukan motornya menuju kondominium mereka berdua.

***

Krist betulan sadar bahkan ketika keduanya sudah siap dengan soda dingin dan makanan ringan untuk menemani film malam ini, Krist duduk di sisi ranjang Singto di dalam dekapan sang empunya kamar, bersiap menikmati film yang Karen kirimkan padanya. Berhubung kondominium Singto tidak memiliki televisi, laptop pun menjadi pilihan terbaik.

Awalnya hanya sebuah film aksi dengan adegan bertarung dengan sedikit tembak-menembak sebagai bumbu pelengkap. Krist sedikit bergidik ngeri sepanjang film, tanpa sadar juga ia melepaskan feromonnya yang begitu manis karena omega itu telah mendekati-atau mungkin sudah sampai di masa eterusnya itu. Singto diam saja, menahan diri karena tak ingin merusak suasana.

Namun justru adegan akhir film tersebut yang membawa bencana.

Adegan ranjang yang lumayan panjang sepertinya akan menjadi penutup cerita, seketika Singto menegang, sangat terasa oleh Krist yang merasakan sesuatu telah bangun. Tak ada yang berani bergerak barang seinchi, tapi di dalam hati, Krist amat merutuki Karen yang telah merekomendasikan film ini tempo hari.

Suara desahan diiringi musik erotis itu mulai mengganggu pendengaran para penonton, Krist semakin kaku dan merasa dirinya juga ikut terangsang oleh adegan tak senonoh tersebut. Tak ada bedanya dengan Singto, alpha itu menelan salivanya berat, mungkin spontanus rut-nya sudah berlangsung saaat ini.

"Krist, kamu heat?" Tanya Singto gugup.

"Kayaknya... iya, kak,"

Seketika Singto merasa frustasi sendiri, feromon mereka telah menyatu di ruangan ini, milik Krist mendominasi, memaksa Singto untuk menanggalkan kewarasannya lalu segera menikmati omega manis yang tengah birahi ini. Tapi akal sehatnya masih berjuang untuk melawan nafsunya, banyak pertimbangan untuk segera melepaskan Krist dari dekapannya dan pergi menenangkan diri, tapi rasanya begitu sulit karena ereksi sialan yang telah mengeras itu.

Lalu kini, Singto merasakan cairan menembus ereksinya, dari posisi mereka saat ini, sudah dipastikan Krist yang mengeluarkannya. Begitu wangi dan memabukkan, lebih buruk daripada sebuah minuman keras. Dan juga, wajahnya yang berhadapan langsung dengan ceruk leher Krist, Singto menggila setelah diserang feromon manis itu habis-habisan.

"Akh! Kak Singto!" Rintih Krist seketika karena serangan alpha Singto secara mendadak.

Hilang sudah kewarasan Singto, juga kesadarannya, alpha itu menjilat serta menghisap rakus pusat penghasil feromon Krist yang memabukkan itu, sehingga membuat Krist merintih kesakitan.

"Krist, kakak nggak bisa tahan lagi," 


























Bersambung

Funfact pas nulis bagian "Krist, kamu heat?" "Kayaknya... iya, kak," itu tadinya mau Vee tambahin "Sama, aku juga rut, yaudah, kita ngeseks aja," tapi seketika inget image Vee yang ayu ini tidak boleh brutal HAHAHAHAH 

(Sebelum) Rumah Cemara [SingtoKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang