12-Pernikahan

97 11 2
                                    

Suara pintu yang berderit tidak membuat Krist terganggu dalam matanya yang terpejam. Tee memeriksa keadaan adiknya setelah satu jam lalu Krist menangis kencang. Krist nampaknya tertidur setelah menangis, namun posisinya saat ini bisa membuat ia sakit leher.

Tee pelan-pelan membenahi posisi tidur adiknya, setelah itu ia menatap sang adik iba. Tee berpikir, kenapa kisah hidup adiknya sesedih ini? Apa kesalahan Krist sampai Moon Goddess menghukumnya dengan kesedihan mendalam?

"Maafin kakak ya, dek? Karena kakak nggak bisa lindungi kamu," Lirih Tee seraya mengusap surai lepek sang adik.

Matanya pasti akan sakit ketika bangun nanti, Krist menangis lama, Tee menunggu sang adik dari balik pintu tadi, "Sebenernya kamu kenapa? Kuliah nggak pernah pulang nggak pernah ngabarin kita, sekalinya pulang malah dihamilin alpha, apa gunanya kakak buat kamu, dek?"

Sebagai kakak, sudah naluri Tee untuk melindungi sang adik, menjaganya dari bahaya maupun rasa sedih, juga memberinya rasa aman ketika ia resah. Namun dengan kejadian ini, Tee merasa sangat gagal menjadi seorang kakak.

Tapi Tee tidak bisa diam saja.

"Papa, Ayah, kalo Krist nggak mau nikah sama mas Earth, aku sama bang Tae bisa rawat anaknya Krist, biar dia bisa lanjut kuliah tanpa mikirin anak,"

Sang kepala keluarga melepas kacamata bacanya dan menatap lurus sulungnya, "Bicara apa kamu? Emang alphamu mau?" Ketus sang ayah, "Biar Krist menikah sama Earth, hidupnya terjamin sampe tua,"

"Tapi apa dia bahagia?" Bantah Tee, "Kalian nggak denger Krist nangis terus semingguan ini?"

Sang papa ikut menyela, "Tau apa kamu soal bahagia? Papa dulu awal nikah sama ayahmu juga nangis terus, tapi buktinya sekarang?" Papa Tee tersenyum, "Pernah kamu lihat kita berantem?"

"Papa, ayah.."

Omega rumah Sangpotirat itu menggeleng, "Pokoknya lusa Krist harus nikah sama Earth, abis itu naik jadi Luna, urusan selesai, papa mau masuk dulu!" Potongnya yang tak ingin mendengar bantahan sang sulung.

***

Tubuh Krist sangat menyedihkan saat ini. Masa kehamilan yang seharusnya membuat Krist semakin gembul, kini justru membuat Krist seperti mayat hidup. Kantung mata yang terlihat jelas sangat membuat Tee tak mampu melihat berapa hancurnya dunia Krist.

Sangat kontras dengan dekorasi sederhana di kediaman Watthanesiri itu, putra pertama dari mendiang Ketua Klan yang lama itu segera melaksanakan pernikahannya lalu akan mengucapkan sumpah demi prosesi pelantikan menjadi ketua Klan yang baru.

Pakaian serba putih menjadi tema pakaian inti keluarga pagi hari ini, senada dengan kulit putih pucat Krist karena kekurangan gizi.

Seluruh masyarakat Klan berbondong-bondong datang untuk menyaksikan momentum sakral ini, semua memakai pakaian terbaik mereka, karena menyambut hari baru di Klan mereka.

Di atas podium, tetua Klan telah bersiap untuk menikahkam Earth dan Krist, prosesi juga hampir di mulai, dengan keraguan di dalam hati para mempelai. Tetua pun juga merasakan keraguan tersebut, apalagi Earth, seperti ada sesuatu yang ingin dikatakan.

Matanya menunggu dengan gelisah ke arah terluar rumahnya, seperti sedang menunggu seseorang. Hal ini pun mengundang tanya sang tetua, "Nak, siapa yang kau tunggu?" Tanyanya.

Earth pun terperenjat, "Tidak! Tidak ada, tetua," Jawabnya gelagapan.

Sang tetua mengangguk paham, dan segera memulai prosesi pernikahan.

Kegugupan mulai menyerang kedua mempelai, terlihat dari gestur tubuh yang tak bisa tenang ketika tetua memberikan kata pengantar. Sungguh prosesi pernikahan lebih terasa seperti prosesi pengusiran setan.

"Kalau begitu kita bisa mulai–"

"Pernikahan ini nggak bisa di lanjut! Mas Earth harusnya nikah sama saya!"

"Krist juga harusnya nikah sama saya! Saya yang berhak!"

Seruan dari dua orang yang baru saja tiba itu mengejutkan semua orang yang hadir di sana. Orang tua, sanak saudara, pejabat hingga masyarakat Klan juga dikejutkan dengan mereka berdua.

Seorang omega dan seorang alpha, berjalan dengan berani mendekati podium pernikahan, omega itu menarik Krist dan menyerahkannya pada Singto. Lalu omega tersebut duduk di sebelah Earth.

"Tetua, saya Mix, omega yang tengah mengandung anak dari alpha Earth, daripada omega Krist yang mengandung anak dari alpha Singto, saya lebih berhak atas alpha Earth!" Seru Mix dengan yakin.

Di sekitarnya mulai terjadi bisikan desas-desus mengenai kedatangan Mix dan Singto yang tiba-tiba merusak acara sakral pagi ini, dan diantaranya juga, Earth menghela nafas lega, karena omeganya datang tepat waktu.

Hal ini membuat ayah Krist berseru tidak terima, "Krist harus menikah sama Earth!" Serunya marah.

Mix berdiri menghadapi ayah Krist, "Terus saya gimana, pak? Saya juga hamil anak dia. Sama kaya Krist yang dihamilin sama adeknya mas Earth, apa bapak nggak mikirin perasaan saya? Krist sama saya ini senasib loh pak!" Mix menyibak helai terluar pakaiannya sehingga perut buncitnya nampak, "Bapak nggak lihat perut saya udah mblendung gini?!"

Keadaan memanas, Mix dan ayah Krist terus berdebat meminta validasi sang Tetua, sementara para tamu undangan nampak berbicara dengan desus ringan. Kondisi sangat tidak kondusif, semua berada di dalam kebingungan, termasuk ibunda Earth dan Singto, Nyonya Edelweis.

Bruk!

"Tolong! Nyonya Edelweis pingsan!"

***

Tak ada momen baik di hari ini untuk menikahkan siapapun. Bahkan Earth, Mix, Singto, juga Krist berada di kursi panas sedang dihakimi oleh anggota keluarga dan juga petinggi Klan. Meski pernikahan dibatalkan, masyarakat yang hadir sebagai tamu undangan tak beranjak dari tempat duduknya, menyimak peradilan keempat manusia 'kotor' di depan mereka.

"Puas kalian buat malu keluarga?! Ayah kalian wafat karena masalah Singto, terus sekarang Earth juga?!" Salah satu alpha di keluarga Singto berseru murka.

Nama keluarga Singto benar-benar tercoreng habis, hubungan diluar nikah bagi masyarakat Klan di desa memang masih sangat tabu, apalagi sampai menghasilkan anak.

"Earth, saya kira kamu yang paling waras, ternyata udah lebih dulu melanggar!" Cerca paman Earth dan Singto.

Namun Earth menyangkal, "Saya bersumpah nggak pernah nyentuh omega Mix barang satu senti, dia nggak hamil! Dia cuma nyelametin saya dari pernikahan ini!"

"Iya Pak, betul! Karena saya dan Earth saling cinta, saya nggak mau kehilangan dia,"

Kepala nyonya Edelweis makin pening ketika mendengar pernyataan sulungnya, apa lagi ini? Bahkan ia sudah tak memiliki tenaga lagi untuk sekedar membuka mata.

Lalu Mix membuka pakaiannya, mengeluarkan sebuah gulungan yang menyerupai bentuk perut orang yang tengah mengandung, "Saya nggak mau mas Earth nikah sama Krist, begitupun Singto, dia nggak mau Krist nikah sama mas Earth,"

Bukan hanya nyonya Edelweis yang jatuh lemas, namun kini papa Krist juga jatuh pingsan, banyak hal yang harus ia cerna dalam satu waktu.























Bersambung

(Sebelum) Rumah Cemara [SingtoKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang